Tesla baru merilis laporan keuangan kuartal I 2023 yang cukup bikin kaget analis dan investor. Penasaran seperti apa isinya? Simak di sini!
Produsen mobil listrik Tesla masih bisa tersenyum mengakhiri kuartal I 2023. Pasalnya, perusahaan sukses membukukan pendapatan US$23,32 miliar atau menguat 24% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kendati demikian, realisasi tersebut sejatinya masih lebih rendah dari estimasi analis yakni US$23,35 miliar.
Jika ditilik lebih jauh, maka motor pendapatan Tesla kali ini berasal dari kuantitas penjualan yang melimpah. Di triwulan lalu, Tesla tercatat melakukan pengiriman kendaraan sebanyak 422.875 unit atau meningkat 36% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Melesatnya pertumbuhan pengiriman itu didorong oleh aksi "banting harga" yang dilancarkan perusahaan sejak awal tahun untuk meningkatkan permintaan. Belakangan, langkah tersebut telah berkembang "perang harga" mobil listrik lantaran produsen lain seperti Nio dan Ford pun mengikuti jejak Tesla.
Lebih lanjut, model Y menjadi jenis mobil terlaris perusahaan sepanjang kuartal lalu lantaran harga jualnya sudah terpangkas 24% sejak Desember 2022, jauh lebih besar dibanding model lainnya yang memiliki diskon 11%-19%. Bahkan, salah satu produk kelas atas Tesla, Model 3, kini dibanderol sekitar US$40.000 untuk pertama kalinya di AS.
Kebijakan pemangkasan harga terlihat manis secara kasat mata. Sayangnya, kebijakan tersebut justru berubah menjadi bumerang yang menjadi "senjata makan tuan" bagi Tesla. Pasalnya, gara-gara diskon besar-besaran tersebut, Tesla cuma mampu menorehkan laba US$2,51 miliar atau nyungsep 24,17% dari US$3,31 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Alhasil, perusahaan pun membukukan laba per saham (EPS) sebesar US$0,85 di kuartal lalu atau menukik 21% dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Namun, angka tersebut setidaknya sedikit lebih rendah dibanding estimasi analis yakni US$0,86.
Asal tahu saja, kebijakan korting besar-besaran yang dilakukan perusahaan memang mampu mengerek permintaan. Hanya saja, konsekuensinya, margin operasional Tesla pun ikut tertekan. Di triwulan lalu, Tesla membukukan margin operasional sebesar 11,4% alias anjlok dari 19,2% di kuartal I 2022.
Oleh karenanya, tak heran jika raihan laba perusahaan ikut melempem. Namun, investor rupanya sudah keburu khawatir dengan angka margin operasi tersebut.
Selain perkara diskon harga, faktor lain yang menekan laba perusahaan adalah kenaikan ongkos produksi seiring meningkatnya harga material, komoditas, dan biaya logistik.
Tetapi, melalui siaran pers yang dirilisnya kemarin, perseroan berkomitmen untuk terus mencari inovasi-inovasi baru agar biaya manufaktur dan operasionalnya tak semakin membengkak antar waktu. Adapun inovasi tersebut akan difokuskan terhadap optimalisasi penggunaan piranti lunak untuk mengurangi frekuensi penggunaan piranti keras yang berbiaya mahal.
Baca Juga: Pluang Insight: Meramal Nasib Tesla di Tengah Gencarnya Aksi 'Banting Harga'
Meski mengawali awal tahun dengan turbulensi, Tesla sejatinya masih tetap optimistis untuk bisa mengakhiri akhir tahun ini dengan senyum lebar.
Saat melakukan konferensi dengan investor kemarin, CEO Tesla Elon Musk menargetkan bisa menjual 2 juta unit mobil di tahun ini. Apalagi, penjualan itu akan ditopang oleh truk swakemudi terbaru yang bernama Cyber Truck, yang rencananya akan diluncurkan perusahaan pada kuartal III 2023 mendatang.
Di samping itu, Tesla sepertinya juga memberi sinyal untuk menjual piranti keras atau piranti lunak yang terpasang di unit-unit mobilnya secara umum, namun dengan margin yang sangat tinggi. Hal ini, tentu saja, menjadi angin segar bagi raihan laba Tesla di akhir nanti.
Kendati demikian, target-target tersebut tentu perlu dikritisi lebih lanjut. Pasalnya, jika perusahaan masih ngotot untuk memasang target angka penjualan selangit, maka ada kemungkinan Tesla masih akan melanjutkan kebijakan diskon besar-besaran. Sayangnya, kebijakan ini bisa semakin menekan margin operasional Tesla apabila perusahaan tidak membatasinya.
Selain itu, terdapat pula pertanyaan mengenai prospek permintaan kendaraan Tesla di tengah ketidakpastian ekonomi dan ancaman resesi. Sehingga, investor pun menanti sepak terjang terbaru dari Tesla demi mengerek permintaan mobilnya di tengah serbuan ancaman.
Nah, berdasarkan hal tersebut, investor kemungkinan akan menjual saham Tesla di jangka pendek karena khawatir dengan tingkat profitabilitasnya. Kendati begitu, saham Tesla tetap akan menjadi salah satu saham berprospek menarik di masa depan lantaran perusahaan tak pernah lelah untuk menelurkan inovasi anyar.
Untuk saat ini, analis masih memasang rating Buy untuk saham Tesla. Selain itu, analis juga memasang target harga sebesar US$204,4 di akhir tahun atau potensi keuntungan 13,2% dari posisi harga Rabu (19/4).
Transaksi Saham Tesla di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini