Raksasa streaming Netflix akhirnya mengungkap kinerja keuangannya di kuartal I 2023. Seperti apa ulasannya? Simak di Pluang Insight berikut!
Perusahaan streaming kenamaan Netflix mengumumkan laporan keuangan kuartal I 2023 yang terasa manis dan getir di saat bersamaan.
Dari sisi pendapatan, perseroan mengoleksi US$8,16 miliar sepanjang kuartal I 2023, tumbuh 3,7% dari US$7,86 miliar di periode yang sama tahun lalu. Kendati demikian, angka tersebut ternyata sedikit lebih rendah dari estimasi analis yakni US$8,18 miliar.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, motor utama penggerak pendapatan Netflix berasal dari pertumbuhan jumlah pelanggannya. Maklum, semakin banyak jumlah susbcribers-nya, maka Netflix pun semakin banyak pula mengoleksi pendapatan dalam bentuk biaya berlangganan.
Sepanjang triwulan lalu, Netflix berhasil menambah 1,75 juta pelanggan baru jika dibanding dengan kuartal sebelumnya. Kuat dugaan, perilisan konten-konten menarik seperti Outer Banks, You, The Night Agent, dan The Glory menjadi magnet kuat bagi masyarakat untuk mulai berlangganan platform streaming satu ini.
Hanya saja, angka pertumbuhan jumlah pelanggan tersebut masih lebih rendah dari proyeksi analis yakni 2,41 juta pelanggan baru. Bahkan, realisasi penambahan jumlah subscribers tersebut masih lebih rendah dari 7,66 juta pelanggan baru yang terjadi di kuartal IV 2022. Sepertinya, pelemahan kondisi makroekonomi telah membuat masyarakat untuk pikir-pikir ulang dalam berlangganan Netflix.
Selain itu, salah satu biang kerok gagalnya Netflix dalam meraih pendapatan sesuai estimasi analis adalah turunnya jumlah 450.000 subcribers di Amerika Selatan sepanjang triwulan lalu.
Lebih lanjut, terlepas dari realisasi pendapatan Netflix, hal lain yang menarik untuk dicermati adalah rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) perusahaan dari empat negara, yakni Kanada, Australia, Selandia Baru, dan AS. Pasalnya, Netflix baru memberlakukan kebijakan paid sharing bagi pelanggannya yang berdomisili di wilayah-wilayah tersebut.
Sekadar informasi, program paid sharing adalah program yang diluncurkan Netflix pada Februari lalu. Program ini mengharuskan pengguna untuk membayar biaya tambahan jika akunnya pun digunakan oleh pengguna lain untuk menonton konten-konten Netflix. Padahal sebelumnya, seorang pengguna bisa memanfaatkan akun pengguna lain untuk menonton Netflix secara gratis.
Ternyata, setelah dilakukan selama sebulan, langkah tersebut mampu mendongkrak ARPU Netflix sebesar 9% secara tahunan di empat wilayah tersebut.
Selain dari sisi pendapatan, performa keuangan yang terasa manis dan getir juga kental terasa di raihan laba perusahaan.
Pada triwulan lalu, Netflix membukukan laba bersih sebesar US$1,3 miliar atau turun 18,28% dari US$1,59 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, angka ini sejatinya masih lebih baik dari estimasi analis, yakni US$1,28 miliar.
Alhasil, perusahaan pun "cuma" berhasil mencetak laba per saham sebesar US$2,88, lebih rendah dari US$3,53 di kuartal yang sama setahun sebelumnya. Angka ini pun sedikit lebih baik dari proyeksi analis, yakni US$2,86.
Melandainya laba perusahaan disebabkan oleh penurunan margin operasional dari 25,1% di triwulan I 2022 menjadi 21% di kuartal lalu. Hal ini pun merupakan dampak negatif dari kuatnya apresiasi nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang lain selama setahun belakangan.
Namun pertanyaannya, mengapa fluktuasi nilai tukar Dolar AS sangat mempengaruhi laba Netflix?
Asal tahu saja, perusahaan streaming yang beroperasi di 190 negara. Agar pelayanan mereka dapat diterima di negara-negara tersebut, maka Netflix pun membebankan biaya berlangganan kepada pelanggannya menggunakan mata uang resmi dan berlaku di wilayah-wilayah tersebut.
Sementara itu, karena Netflix adalah perusahaan asal AS, maka pencatatan keuangannya pun ditulis dalam denominasi Dolar AS. Sehingga, perusahaan pun wajib mengonversi pendapatannya dalam mata uang negara lain ke dalam bentuk Dolar AS. Nah, dengan demikian, maka nilai pendapatan dari negara lain bakal terasa lebih kecil jika nilai Dolar AS terapresiasi, bukan?
Lebih lanjut, selain karena perkara nilai tukar, laba Netflix juga tertekan oleh kenaikan beban-beban seperti beban produksi konten dan beban manajemen.
Baca Juga: Pluang Insight: Meramal Peruntungan Netflix di Kuartal I 2023
Secara kasat mata, kinerja Netflix di kuartal I memang terkesan penuh turbulensi. Namun, jika Sobat Cuan mau melihat secara jangka panjang, maka Netflix sepertinya akan mengalami beberapa perkembangan yang cukup seru dan sayang untuk dilewatkan.
Pertama, Netflix masih punya peluang untuk menggembungkan pendapatannya di tahun ini dan tahun depan berkat perluasan program paid sharing di kuartal ini. Di samping itu, perusahaan juga diharapkan bakal melihat pertumbuhan minat pelanggan terhadap paket basic with ads di tahun ini seiring rencana Netflix untuk menaikkan kualitas terbaik tayangan di paket tersebut dari 720p menjadi 1.080p.
Asal tahu saja, melalui paket basic with ads, pelanggan bisa menikmati konten Netflix dengan membayar biaya langganan lebih murah dari paket-paket lainnya, seperti paket Basic, Standard, dan Premium, meski harus "diganggu" deretan tayangan iklan.
Kedua, Netflix berencana akan merestrukturisasi organisasi di divisi rumah produksi filmnya, sehingga perusahaan bisa memproduksi film dengan jumlah lebih sedikit namun dengan kualitas yang mumpuni. Reorganisasi ini diharapkan dapat menekan beban produksi konten yang sempat menekan perusahaan di kuartal I lalu.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, manajemen Netflix optimistis bahwa perusahaan bisa menggaet pendapatan US$8,24 miliar di kuartal ini atau meningkat perlahan dari triwulan lalu. Kendati begitu, angka ini lebih pesimistis dibanding proyeksi analis yakni US$8,47 miliar.
Atas proyeksi itu, analis pun memprediksi bahwa harga saham Netflix bisa menyentuh US$368,7 di akhir tahun nanti, atau 10,5% lebih tinggi dari harga penutupan per Selasa (18/4).
Baca Juga: Pluang Insight: Dihujam Segudang Tantangan, Pendapatan Netflix Tetap Menawan!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini