Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada Kamis (2/9). Namun, harga emas ternyata menorehkan pertumbuhan tipis di waktu yang sama.
Apa yang terjadi di pasar pada hari ini? Sobat Cuan bisa menyimak penjelasannya di rangkuman pasar berikut:
Nilai IHSG berada di level 6.078,22 poin pada penutupan perdagangan Kamis (2/9), atau melemah 0,21% dari posisi awal perdagangan.
Dengan kata lain, IHSG sudah terperangkap di zona merah selama dua hari berturut-turut. Beberapa analis mengatakan, koreksi indeks saham kali ini disebabkan atas reaksi investor yang ragu-ragu memasuki pasar modal setelah melihat sinyal pelemahan ekonomi di negara-negara maju.
Sinyal itu tercermin dari indeks manufaktur negara-negara maju yang terlihat melambat di Agustus. Salah satunya adalah indeks manufaktur China yang berada di level 50,1 pada bulan lalu, atau turun dari posisi 50,4 di Juli.
Sementara itu, indeks manufaktur Indonesia belum mampu mencapai 50 pada Agustus. Adapun indeks manufaktur di angka 50 menunjukkan bahwa kegiatan industri manufaktur Indonesia sedang dalam tahap ekspansif. Jika angka indeksnya di bawah angka tersebut, maka bisa dibilang produksi industri manufaktur Indonesia masih lesu.
Indikasi pertumbuhan ekonomi yang lesu bikin investor tidak selera menginjakkan kaki ke pasar modal. Sebab, investor tidak bisa berharap imbal hasil yang tinggi ketika ekonomi masih “suam-suam kuku”.
Di samping itu, pelaku pasar juga tampak melakukan wait and see di tengah kabar munculnya virus Covid-19 varian anyar, Mu. Sebab, varian yang pertama kali ditemukan di Kolombia pada awal tahun ini rupanya sudah menyebar ke 39 negara lain, mulai dari Amerika Selatan maupun Eropa.
Investor takut, bahwa varian itu akan membuat pemulihan ekonomi berjalan mundur. Sehingga mereka mulai mengatur ulang portofolio investasinya atau justru memaksimalkan aksi ambil untung secara jangka pendek.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG Gigit Jari, Harga Emas Berkilau Akhir Pekan
Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar memborong saham PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) dan juga saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Investor asing tercatat melakukan beli bersih sebesar Rp50,9 miliar di AGRI dan Rp25,9 miliar di TLKM
Namun di sisi lain, investor asing banyak melepas saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) senilai Rp67 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Rp59 miliar. Karena hal itu, saham Bank Jago mengalami koreksi 3,10% turun ke harga Rp14.050 per saham
Padahal Bank Jago baru saja mendapatkan restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait calon anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS)-nya. Ya, bank yang mengklaim sebagai bank digital itu bakal memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) untuk memperluas cakupan pasarnya.
Sementara itu, berikut tiga saham yang mencatatkan pertumbuhan nilai tertinggi hari ini adalah:
2. PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON) (tumbuh 27,3%)
3. PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA) (tumbuh 24,8%)
Di sisi lain, tiga saham yang mencatatkan penurunan terdalam hari ini adalah:
2. PT Falmaco Nonwoven Industri Tbk (FLMC) (turun 9,77%)
3. PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) (turun 9,48%)
Sedangkan saham yang paling aktif diperdagangkan menurut frekuensinya pada hari ini adalah:
2. PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS) (49.656 kali transaksi)
3. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) (45.112 kali transaksi)
Seolah tak mau mengikuti jejak IHSG, harga emas berhasil naik tipis pada hari ini. Pada Kamis (2/9) pukul 17.00 WIB, harga emas bertengger di posisi US$1.815,59 per ons, alias menguat 0,09 dibanding waktu yang sama kemarin.
Penguatan harga emas hari ini disebabkan oleh sikap investor yang mengumpulkan logam mulia karena mengantisipasi bahwa angka penyerapan tenaga kerja baru Amerika Serikat (Non-Farm Payroll) tidak sesuai harapan.
Analis yang dihimpun Reuters mengatakan bahwa dunia usaha AS hanya mampu menyerap sekitar 728.000 tenaga kerja pada Agustus, atau anjlok drastis dibanding Juli 943.000 tenaga kerja, akibat penyebaran COVID-19 Delta. Lantas, apa implikasi data ini terhadap sikap investor?
Melemahnya angka penyerapan tenaga kerja adalah indikasi bahwa perekonomian suatu negara belum benar-benar pulih. Maka, pelaku pasar bisa berharap bahwa bank sentral Amerika Serikat, The Fed, kemungkinan akan memperpanjang pelonggaran kebijakan moneternya dan menimbang kembali keputusan tapering.
Tapering akan membuat Dolar AS beredar kian mengetat. Akibatnya, nilai Dolar AS akan menanjak dan nilai tukarnya terhadap mata uang lain akan menguat. Namun, harga emas akan menjadi relatif lebih mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan Dolar AS, sehingga permintaan emas akan melemah dan mengerek harganya turun.
Di samping itu, Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell pernah mengatakan bahwa pemulihan pasar tenaga kerja akan menjadi penentu kapan bank sentral akan mulai melakukan pengurangan pembelian aset.
Berkaca dari hal itu, pelaku pasar tampak lebih optimistis untuk memborong emas lantaran percaya bahwa penyerapan tenaga kerja masih belum akan maksimal.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG dan Emas Masih Dibayangi Hantu Tapering
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini