Selamat sore, Sobat Cuan! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar kripto kembali layu setelah sempat reli singkat kemarin. Kira-kira apa yang terjadi? Simak selengkapnya di sini!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi perdagangan Rabu (6/7) dengan suram. Nilainya bertengger di 6.646,41 poin alias anjlok 0,85% dibanding kemarin.
Sang indeks domestik memang sudah terlihat tak bisa selamat. Pasalnya, ia selalu menyelam di zona merah sejak awal sesi perdagangan.
Wajar saja jika IHSG tertekan hari ini meski nilainya sempat mentereng sehari sebelumnya. Sebab, tekanan yang datang ke bursa domestik hari ini pun terbilang bertubi-tubi.
Pertama, nilai Dolar AS hari ini semakin perkasa, bahkan nilai tukarnya terhadap Rupiah sudah menyentuh Rp15.000 per Dolar AS siang ini.
Sekadar informasi, mata uang negara Paman Sam tersebut kian strong setelah pelaku pasar mencari perlindungan lantaran sinyal-sinyal resesi ekonomi AS makin kentara. Salah satu sinyal tersebut muncul dari posisi tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 2 tahun yang kini lebih tinggi ketimbang instrumen serupa bertenor 10 tahun. Nah, situasi yang disebut inverted yield curve ini memang selalu digadang sebagai pertanda kuat resesi ekonomi AS.
Penguatan Dolar AS tentu membuat pelaku pasar lebih memilih aset tersebut ketimbang aset-aset berisiko. Makanya, maklum saja jika indeks saham domestik tak berdaya sepanjang hari ini.
Adapun sentimen kedua berasal dari dalam negeri.
Dua hari lalu, pemerintah mengumumkan kembali menaikkan status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jabodetabek dari level 1 ke level 2 menyusul lonjakan kasus COVID-19 di dalam negeri. Pelaku pasar khawatir pembatasan mobilitas masyarakat akan kembali berdampak ke kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pun kena imbasnya.
Hanya saja, siang tadi, pemerintah ternyata membatalkan kenaikan status PPKM Jabodetabek. Kebijakan ini tertuang di Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2022.
Baca Juga: Rangkuman Pasar: Investor 'Balas Dendam', Kripto & IHSG Gagal Runyam!
Sementara itu, pergerakan aset kripto terbilang gitu-gitu aja seperti pagi tadi. Melansir Coinmarketcap pukul 15.19 WIB, tujuh dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat mendarat di zona merah dalam 24 jam terakhir.
Pasar kripto terlihat stagnan setelah selera investor terhadap aset berisiko terbilang meredup, mengikuti kondisi yang terjadi di pasar modal.
Asal tahu saja, pelaku pasar kripto memang sering memantau pergerakan di pasar saham AS sebagai acuan dalam melihat gairah investor ke pasar berisiko. Adapun saat ini, pelaku pasar tengah ragu-ragu menginjak pasar berisiko seiring ancaman resesi ekonomi AS yang semakin menebal.
Selain itu, penguatan Dolar AS juga semakin menahan laju aset kripto. Kabar terbarunya, nilai indeks Dolar AS sempat menyentuh level 106,59 kemarin alias level tertingginya sejak 2022.
Namun, mengapa nilai Dolar AS sangat berpengaruh terhadap aset kripto?
Hal ini sebenarnya lumrah saja, Sobat Cuan. Pasalnya, pelaku pasar tentu akan lebih memilih menggenggam sang aset greenback ketimbang aset kripto ketika nilainya tengah menanjak. Di samping itu, kenaikan Dolar AS juga membuat harga aset kripto cenderung lebih mahal bagi pelaku pasar yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut.
Apalagi, pada pekan lalu, Cointelegraph melaporkan bahwa korelasi antara pergerakan BTC dan Dolar AS sedang dalam level terkuatnya dalam 17 bulan terakhir.
Bahkan, laporan terkini Coinbase bahkan menyebut bahwa profil risiko aset kripto saat ini terbilang mirip dengan minyak mentah dan saham-saham teknologi.
Kondisi-kondisi tersebut sejatinya terbilang anomali. Sebab, sejak dulu, pelaku pasar memandang aset kripto sebagai instrumen yang punya minim korelasi dengan aset lain atau situasi makroekonomi.
Hanya saja, kondisinya saat ini cukup berbeda. Pasar kripto kini dijejali oleh investor institusi yang gerak-geriknya sangat terpengaruh oleh dinamika ekonomi.
Terakhir, kini pelaku pasar juga mencermati aksi jual yang bakal dilakukan penambang Bitcoin lantaran harga BTC sudah berada di bawah biaya operasi penambangannya.
Data Glassnode menunjukkan, kini saldo BTC yang dimiliki penambang kripto sudah menyamai level Desember 2021 silam. Dengan kata lain, penambang BTC sepertinya terpaksa menjual BTC kelolaannya karena tak tahan dengan tekanan keuangan.
Baca Juga: Pluang Pagi: Sentimen Makin 'Ngadi-Ngadi', Kripto & Saham AS Puyeng Rabu Pagi
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 90 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Selain itu, kamu sekarang bisa berdiskusi bersama komunitas di Pluang untuk mendapatkan kabar, insight, dan fakta menarik seputar investasi dari sudut pandang antar member pada Fitur Chatroom Pluang.
Tempat diskusi tanpa worry? Fitur Chatroom solusinya! Klik di sini untuk mendapatkan early access.
Bagikan artikel ini