Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersenyum pada hari ini. Namun, kondisi serupa tidak dialami oleh logam mulia. Apa sebenarnya yang terjadi di pasar hari ini? Sobat Cuan bisa mendapat penjelasannya di artikel berikut.
Nilai IHSG bertengger di posisi 6.113,24 poin pada penutupan perdagangan Rabu (25/8), atau naik 0,39% dibanding posisi awal perdagangan.
Beberapa analis mengatakan, penguatan IHSG hari ini disebabkan oleh reaksi investor yang masih selera membenamkan uang di pasar modal lantaran bank sentral AS, The Fed, masih belum memberi sinyal terkait kebijakan tapering.
Meski pejabat The Fed akan mengadakan simposium nasional di Jackson Hole pada Jumat (28/8), pelaku pasar masih berkeyakinan bahwa otoritas moneter AS tersebut tidak akan mengumumkan aksi tapering di perhelatan tersebut. Keyakinan pasar tersebut tercermin dari nilai aksi beli bersih (net buy) asing yang mencapai Rp539 miliar.
Jika The Fed jadi memberlakukan kebijakan tapering, maka hal tersebut akan membawa dampak buruk bagi pasar modal AS.
Dalam kebijakan tapering, The Fed akan mengurangi pembelian instrumen surat berharga. Akibatnya, persediaan dolar AS akan mengetat, dan tentu saja akan menaikkan nilai Dolar AS. Di saat-saat tersebut, pelaku pasar tentu akan menarik dananya dari pasar modal dan cenderung memilih menggenggam Dolar AS.
Di samping itu, kebijakan tapering biasanya akan diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan. Hal itu akan mengerek suku bunga produk perbankan, sehingga investor akan memilih menyimpan uangnya. Alhasil, arus dana keluar (capital outflow) dari pasar modal Indonesia akan tak terbendung.
Pergerakan pasar pada hari ini juga dipengaruhi oleh kesepakatan pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan kebijakan burden sharing, alias pembagian beban anggaran negara, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
Burden sharing adalah mekanisme pembagian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2021 dan 2022. Dalam hal ini, pemerintah meminta BI untuk menyerap Surat Berharga Negara (SBN). Adapun rencananya, BI akan membeli SBN senilai Rp432 triliun di sisa tahun ini dan sepanjang tahun depan.
Kebijakan stimulus itu akan membuat likuiditas di dalam negeri menjadi banjir. Alhasil, permintaan instrumen pasar modal domestik pun meningkat.
Baca juga: Harga Emas Stagnan Seiring Sikap Hawkish Bos The Fed
Pada hari ini, tiga sektor yang mencatat pertumbuhan transaksi hari ini adalah sektor teknologi, kesehatan dan perindustrian yang masing-masing mencatatkan penguatan 0,91%, 1,40% dan 1,13%.
Adapun saham yang mencatatkan persentase pertumbuhan nilai tertinggi hari ini adalah:
Sementara itu, saham yang mencatat persentase penurunan nilai tertinggi adalah:
Kemudian, saham yang paling aktif ditransaksikan pada hari ini (dari sisi frekuensi) adalah:
Nasib harga emas ternyata tak semujur IHSG. Pada Rabu (25/8) pukul 17.00 WIB, harga emas di pasar spot bertengger di posisi US$1.794,31, melemah 0,48% dibanding waktu yang sama kemarin.
Pelemahan harga emas hari ini dipicu oleh sikap investor yang masih ragu-ragu menginjakkan kaki di pasar emas. Sebab, mereka menanti sinyal-sinyal kebijakan tapering dari simposium nasional bank sentral AS, The Fed, yang dijadwalkan berlangsung Jumat (26/8).
Jika The Fed benar-benar ingin melancarkan aksi tapering, maka hal itu akan berdampak negatif terhadap harga emas. Apa alasannya?
Tapering adalah kebijakan di mana The Fed akan menurunkan pembelian jumlah surat berharganya secara perlahan. Jika itu terjadi, maka jumlah dolar AS beredar akan mengetat, sehingga nilai Dolar AS akan menguat dibanding mata uang lain. Investor tentu tak mau ketinggalan momen tersebut, sehingga mereka akan melepas emasnya demi mata uang greenback tersebut.
Di samping itu, kenaikan nilai dolar AS akan membuat harga emas menjadi relatif lebih mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut. Alhasil, permintaan emas akan menurun, dan kemudian akan menyeret turun harganya.
Kekhawatiran tapering di tengah investor ini muncul kembali setelah sebelumnya dilupakan oleh investor. Beberapa hari terakhir, investor malah lebih mengkhawatirkan pelemahan ekonomi global yang disebabkan oleh merebaknya COVID-19 Delta.
Kondisi ekonomi yang melemah akan membuat imbal hasil aset-aset berisiko, seperti saham, menjadi tidak menarik. Akibatnya, investor akan menarik diri dari pasar modal dan beralih memburu emas sebagai aset aman (safe haven).
Kenaikan permintaan emas, tentu saja, akan mengerek naik harga emas di masa depan.
Baca juga: Apa Itu Pasar Saham?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini