Pertengahan minggu ini,. rangkuman kabar berisikan langkah -langkah preventif pemerintah Indonesia dalam menanggulangi dampak pandemi, hingga hubungan AS dan China yang memasuki babak baru di bawah pemerintahan Joe Biden.
Selengkapnya bisa Sobat Cuan baca di rangkuman kabar berikut
Jagat pemberitaan dalam negeri diwarnai isu bahwa pemerintah kemungkinan akan menaikkan gaji Pegawai Negeri Sipil untuk tahun anggaran 2022 mendatang. Rencananya, kebijakan terkait gaji sang abdi negara tersebut akan disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada pembacaan nota keuangan di Gedung DPR, Senin (16/8) mendatang.
Kebijakan tersebut tentu akan mendongkrak belanja pemerintah dan konsumsi, dua dari empat komponen pembentuk Produk Domestik bruto (PDB). Sehingga, ekonomi diharapkan bisa bertumbuh lebih baik tahun depan.
Adapun pada kuartal II lalu, konsumsi masyarakat mengambil porsi 55,07% dari PDB sementara belanja pemerintah mengambil porsi 8,51% terhadap PDB.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa pertumbuhan kredit korporasi secara tahunan per Juni masih tumbuh negatif, yakni -2,02%. Padahal, penyaluran kredit segmen lain seperti kredit konsumsi, kredit UMKM, dan kredit ritel sudah mencatat pertumbuhan positif.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan kredit terjadi di bidang usaha yang menggantungkan bisnisnya pada permintaan domestik dan mobilitas masyarakat. Misalnya, pariwisata, perhotelan, restoran, dan maskapai penerbangan.
Anjloknya pertumbuhan kredit korporasi mengindikasikan bahwa sektor usaha tidak melakukan ekspansi bisnis. Jika kondisi ini berlanjut hingga kuartal III, maka kegiatan investasi korporasi tersebut akan gagal berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Biro Statistik Amerika Serikat (BLS) mengumumkan bahwa tingkat inflasi bulanan Juli berada di angka 0,5%. Angka ini tumbuh melambat dibandingkan tingkat inflasi bulanan Juni sebesar 0,9%.
Hanya saja, jika dilihat secara tahunan, inflasi Juli menyentuh angka 5,4%. Angka tersebut merupakan inflasi tahunan tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
Data inflasi Amerika Serikat terbitan BLS merupakan salah satu acuan yang dipergunakan oleh bank sentral AS The Fed dalam mempertimbangkan momentum tapering dan kenaikan suku bunga acuan Fed Rate.
Perlambatan laju inflasi membuat otoritas moneter AS mempertimbangkan kembali kapan tapering akan dimulai.
Dewan Negara dan Komite Sentral Partai Komunis China menerbitkan dokumen berisikan rencana pembangunan lima tahunan. Dalam dokumen tersebut, tertera sejumlah undang-undang baru yang mengatur keamanan nasional, inovasi teknologi, monopoli dan pendidikan yang juga berlaku bagi warga negara asing yang terlibat.
Pemerintah China menyatakan bahwa RUU akan konsisten dengan kebutuhan ekonomi baru seperti ekonomi digital, fintek, rekayasa kecerdasan tiruan, big data dan cloud computing. Namun, payung hukum itu juga akan tegas pada upaya penegakan hukum terhadap pelaku monopoli pasar dan isu keamanan.
Terbitnya cetak biru tersebut diharapkan membuat investor lebih memahami upaya masif pemerintah China melancarkan penyelidikan anti monopoli kepada perusahaan besar seperti Alibaba Group. Namun sayangnya, tindakan otoritas China yang restriktif tersebut bisa menghilangkan minat korporasi asing untuk menanamkan modal di negara tersebut.
Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen berencana mengunjungi China dalam beberapa bulan mendatang. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertamanya sebagai Menkeu AS sekaligus membuka babak baru hubungan diplomatik dua negara yang sering memanas.
Diskusi mengenai kepergian Yellen memang masih di tahap awal. Kalau jadi, Yellen akan disambut oleh Vice Premier People Republic of China, Liu He, sebagai pemegang otoritas ekonom tertinggi saat ini.
Pertemuan ini juga akan menjadi langkah awal diplomasi politik antara China dan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Biden.
Diketahui, komunikasi dua negara sempat memburuk pada pemerintahan Trump yang lalu. Babak baru diplomasi dua raksasa ekonomi ini bisa membawa angin segar bagi dunia yang tengah berupaya pulih dari pandemi. Namun, dipastikan bahwa Yellen belum punya rencana kunjungan pasti ke China setidaknya hingga musim gugur mendatang.
Jika hubungan China dan Amerika Serikat membaik, maka hubungan geopolitik juga diharapkan ikut kondusif. Jika situasi geopolitik membaik, maka investor biasanya akan semakin selera menggenggam aset-aset berisiko seperti saham.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: South China Morning Post, Reuters, CNBC Indonesia, Bureau of Labor Statistics
Bagikan artikel ini