Investasi multi-aset adalah strategi investasi di mana investor bisa memiliki lebih dari satu kelas aset di dalam portofolionya. Melalui strategi ini, investor bisa membagi risiko berinvestasi ke dalam beberapa aset sekaligus, mirip dengan strategi yang biasa dikenal dengan diversifikasi.
Konsep ini mengacu pada frase terkenal di dunia investasi yakni “don’t put all your eggs in one basket“. Sebab, jika investor hanya menempatkan dana di satu aset saja, maka ia akan mendera kerugian jika nilai aset tersebut anjlok.
Hanya saja, investasi multi-aset adalah hal yang berbeda dengan diversifikasi. Dalam diversifikasi, seorang investor bisa menempatkan dananya di berbagai aset di bawah naungan satu kelas instrumen yang sama. Misalnya, seorang investor menempatkan dananya di saham perusahaan A, saham perusahaan B, dan perusahaan C.
Di dalam investasi multi-aset, seorang investor benar-benar menempatkan dananya di kelas aset yang berbeda-beda. Misalnya seorang investor tak hanya menempatkan dananya di saham, tapi juga di properti, emas, hingga aset kripto. Dalam hal ini, investor mendistribusikan risiko investasinya ke beberapa aset agar tetap cuan.
Baca juga: Takut Kekayaan Tergerus Waktu? Ini 4 Diversifikasi Portofolio yang Paling Cocok Untukmu!
Terdapat beberapa cara untuk melakukan strategi investasi multi-aset. Tentu saja, langkah pertama yang perlu dilakukan investor adalah memahami jenis-jenis aset di luar sana. Investor bisa memilih aset mulai dari saham, obligasi, real estat, valuta asing, emas, komoditas, dan lainnya.
Optimalnya, investor perlu menempatkan investasinya di seluruh kelas aset yang tersedia di pasar. Sebab, jika terdapat salah satu aset yang performanya mengecewakan, investor bisa memitigasi kerugiannya dengan hasil investasi di aset lainnya. Selain itu, memiliki aset yang beragam bisa mencegah investor dari dampak negatif volatilitas harga dan dinamika ekonomi.
Namun, jika investor masih belum berani melakukan investasi multi-aset, kegiatan itu bisa dilakukan oleh sosok yang lebih profesional. Dalam hal ini, sosok tersebut adalah manajer investasi. Mereka biasanya akan menawarkan investasi multi-aset dalam bentuk reksa dana seperti di bawah ini.
Baca juga: Ini Alasan Terapkan Diversifikasi Portofolio Meski Terjadi Bull Market
Layaknya segala hal di muka bumi ini, strategi investasi multi-aset pun memiliki sisi baik dan buruknya. Lantas, apa sajakah hal tersebut?
Investor bisa kehilangan kesempatan untuk mendapatkan cuan maksimal dari satu aset, di mana hal tersebut adalah konsekuensi logis dari menempatkan dana ke berbagai kelas aset.
Sebagai contoh, misal seorang investor memiliki dana Rp1 juta, di mana ia menempatkan Rp500 ribu di Bitcoin dan Rp500 ribu di emas. Ternyata, dengan asumsi ceteris paribus, harga Bitcoin naik 100% keesokan harinya. Maka, total portofolio yang dimilikinya menjadi Rp1,5 juta.
Nah, bayangkan kalau ia tempatkan seluruh Rp1 juta tersebut di Bitcoin. Dengan kenaikan harga yang sama-sama 100%, portofolio sang investor bisa mencapai Rp2 juta. Atau, Rp500 ribu lebih tinggi dari hasil strategi investasi multi-aset.
Baca juga: Apa Itu Diversifikasi?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: thebalance.com
Bagikan artikel ini