Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Asia Kian Tinggalkan Dolar AS: Apa Artinya untuk Ekonomi Global dan Emas?
shareIcon

Asia Kian Tinggalkan Dolar AS: Apa Artinya untuk Ekonomi Global dan Emas?

12 Jun 2025, 1:04 AM·Waktu baca: 3 menit
shareIcon
Kategori
Asia Kian Tinggalkan Dolar AS: Apa Artinya untuk Ekonomi Global dan Emas?

Asia mulai mengurangi ketergantungan pada dolar AS akibat risiko geopolitik dan fluktuasi nilai tukar. ASEAN mendorong penggunaan mata uang lokal, sementara cadangan devisa global dalam dolar turun menjadi 57,8% pada 2024. Indeks dolar melemah 8% pada 2025, dan pembelian emas oleh bank sentral Asia melonjak, menandakan pergeseran struktural keuangan global.

Highlights

- De-dolarisasi di Asia menunjukkan perubahan strategi ekonomi yang mendalam.

- Meskipun belum sepenuhnya menggeser dominasi dolar, pergeseran ini menunjukkan bahwa negara-negara Asia ingin mengurangi ketergantungan dan risiko geopolitik dengan memperkuat sistem finansial domestik.

- Dalam jangka panjang, ini bisa memperkuat posisi mata uang Asia dan meningkatkan stabilitas keuangan kawasan, terutama jika diiringi reformasi sistem pembayaran lintas negara dan peningkatan likuiditas aset non-dolar seperti emas dan yuan.

Kawasan Asia secara bertahap mulai menjauh dari ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang utama dalam perdagangan dan cadangan devisa. Langkah ini didorong oleh kombinasi faktor geopolitik, volatilitas nilai tukar, dan keinginan untuk memperkuat kedaulatan ekonomi nasional. Dalam dokumen Rencana Strategis Komunitas Ekonomi ASEAN 2026–2030, negara-negara ASEAN menegaskan komitmen untuk meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi. Tujuannya adalah meminimalkan risiko fluktuasi nilai tukar dan membangun konektivitas sistem pembayaran regional yang lebih kuat.

Gejolak kebijakan perdagangan era Presiden Donald Trump serta kecenderungan dolar AS melemah dalam beberapa tahun terakhir menjadi pemicu utama. Menurut Francesco Pesole, analis FX dari ING, ketidakpastian arah kebijakan luar negeri AS telah mendorong negara-negara di Asia untuk mempercepat diversifikasi mata uang. Selain itu, pangsa dolar dalam cadangan devisa global telah menurun dari lebih dari 70% pada tahun 2000 menjadi sekitar 57,8% pada 2024, mencerminkan tren penurunan jangka panjang.

Barclays juga mencatat adanya pergeseran struktural dalam cara negara-negara melihat dolar. Mata uang ini tidak hanya dipandang sebagai alat perdagangan, tetapi juga dapat digunakan sebagai “senjata” dalam bentuk sanksi atau tekanan ekonomi. Negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan kini lebih aktif melakukan lindung nilai (hedging) terhadap eksposur dolar AS. Contohnya, rasio lindung nilai perusahaan asuransi jiwa Jepang meningkat dari 44% menjadi 48% pada April–Mei 2025, sementara institusi di Taiwan memiliki rasio hedging sekitar 70%.

De-dolarisasi juga dipicu oleh upaya negara-negara seperti BRICS (termasuk Tiongkok dan India) dalam membangun sistem pembayaran alternatif untuk menghindari sistem SWIFT dan mempromosikan penggunaan mata uang lokal seperti yuan. Di tingkat ASEAN+3 (ASEAN ditambah Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan), lebih dari 80% faktur perdagangan pada November 2024 masih menggunakan dolar. Namun, kecenderungan ini diperkirakan akan berubah seiring meningkatnya upaya untuk menggunakan mata uang regional.

Menurut Bank of America, tren ini akan terus tumbuh melalui konversi simpanan valas kembali ke mata uang lokal. Proses ini disebut sebagai "slow burn" — lambat tetapi stabil. Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) telah turun lebih dari 8% sepanjang tahun 2025, akibat kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan ekonomi dan fiskal AS.

Namun, banyak analis menilai bahwa meskipun tren de-dolarisasi semakin nyata, posisi dolar sebagai mata uang cadangan global belum tergantikan sepenuhnya. Dolar tetap menjadi mata uang paling likuid dengan pasar obligasi dan kredit terbesar di dunia. Lebih dari 50% perdagangan global masih difakturkan dalam dolar, menjadikannya alat utama dalam perdagangan internasional.

Meski begitu, aset seperti emas mulai mendapatkan tempat lebih besar sebagai cadangan devisa alternatif. Beberapa bank sentral di Asia dan Timur Tengah dilaporkan meningkatkan porsi emas dalam cadangan mereka di tengah upaya diversifikasi dari dolar. Data World Gold Council menunjukkan bahwa bank sentral di Asia membeli lebih dari 300 ton emas hanya dalam semester pertama 2025, tertinggi dalam satu dekade terakhir.


Data Pendukung

  • Dolar dalam cadangan devisa global: 57,8% (2024) → turun dari 70% (2000)

  • DXY (US Dollar Index): Turun >8% sepanjang 2025

  • Perdagangan ASEAN+3: 80% faktur dalam USD (Nov 2024)

  • Pembelian emas oleh bank sentral Asia: >300 ton (H1 2025)

  • Hedging USD oleh institusi Jepang: meningkat dari 44% ke 48% (Q2 2025)

  • Rasio hedging institusi Taiwan: ~70%

  • Perdagangan global dalam USD: Masih >50% per April 2025

Investasi dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang untuk investasi di 1000+ pilihan aset yang mencakup Saham AS & ETF, Options Trading untuk Saham AS & ETF, Aset Crypto, Crypto FuturesEmas, dan juga puluhan produk Reksa Dana, semua mulai dari Rp10.000 saja! Di Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena Pluang sudah bekerja sama dengan mitra-mitra tepercaya yang memiliki izin dan diawasi oleh lembaga pemerintah terkait. Yuk, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marcella Kusuma

Right baner

Marcella Kusuma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
pluang insight
Pluang Insight: Lahan Virtual, Proyek Menggiurkan atau Bakal Gagal Total?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1