Memahami sentimen pasar adalah keahlian yang sangat penting dikuasai oleh seorang investor, mari pelajari dalam artikel ini.
Sederhananya, sentimen adalah sikap investor terhadap sebuah sekuritas atau saham.
Sentimen merujuk ke kondisi psikologis dan emosional para pelaku pasar (baik individu maupun institusi) terhadap pasar keuangan.
Sentimen pasar mencerminkan persepsi kolektif tentang masa depan ekonomi, prospek perusahaan, kebijakan pemerintah, dan berbagai faktor lainnya yang dapat mempengaruhi harga aset saham dan sekuritas lain.
Sentimen sendiri bisa berubah-ubah seiring berjalannya waktu, sehingga seorang investor perlu mampu membaca sentimen yang sedang terjadi pada pasar keuangan sebelum mengambil keputusan.
Istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan sentimen pasar adalah bearish dan bullish. Apa itu?
Jika sentimen pasar bullish, para investor cenderung optimis tentang prospek pasar keuangan. Mereka percaya harga akan naik, dan ini mungkin mendorong mereka untuk membeli lebih banyak aset.
Sebaliknya, jika sentimen pasar bearish, para investor cenderung pesimis tentang prospek pasar. Mereka percaya harga akan turun, dan ini mungkin mendorong mereka untuk menjual atau menghindari risiko lebih lanjut.
Baca juga: Apa 5 Bearish Chart Pattern yang Sering Digunakan Trader?
Sentimen pasar saham memang selalu bergerak dinamis dan tidak bisa dikendalikan. Namun, apa sebenarnya yang membuat sentimen berubah-ubah. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sentimen pasar adalah:
Berita tentang perkembangan ekonomi, inflasi, pertumbuhan industri, dan kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi sentimen pasar. Peristiwa ekonomi global juga berdampak pada persepsi para investor.
Ketidakstabilan politik dan kebijakan pemerintah yang kontroversial dapat menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan dan mempengaruhi sentimen investor.
Perasaan takut (fear) dan keserakahan (greed) adalah dua emosi utama yang mempengaruhi pasar. Saat para investor cenderung takut, mereka mungkin lebih mungkin menjual aset mereka, sementara saat mereka cenderung rakus, mereka mungkin lebih mungkin membeli.
Media sosial dan platform berita daring memainkan peran besar dalam membentuk sentimen pasar. Informasi dapat menyebar dengan cepat dan mempengaruhi persepsi kolektif investor.
Sikap investor terhadap suatu aset (sentimen), dapat mempengaruhi naik-turunnya harga saham di pasar keuangan. Bagaimana itu bisa terjadi?
Sentimen pasar mencerminkan keyakinan kolektif investor terhadap pasar dan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Jika mayoritas investor percaya bahwa pasar akan naik, mereka cenderung menjadi lebih optimis dan bersemangat untuk berinvestasi. Hal ini meningkatkan permintaan atas saham dan aset lainnya, yang akhirnya dapat mendorong kenaikan harga saham.
Di sisi lain, jika sentimen pasar bearish, investor mungkin cenderung pesimis dan enggan untuk berinvestasi. Mereka mungkin lebih suka menjual saham mereka atau menghindari risiko lebih lanjut, yang dapat menyebabkan penurunan harga saham.
Beberapa investor ada yang memanfaatkan pola psikologi ini untuk mencari keuntungan, yakni membeli saham ketika sentimen pasar cenderung negatif (Bearish). Investor dengan pola kerja seperti ini disebut juga contrarian.
Sentimen pasar dapat mempengaruhi tingkat permintaan dan penawaran di pasar saham.
Jika banyak investor optimis dan percaya harga saham akan naik, mereka akan cenderung lebih banyak membeli saham, meningkatkan permintaan.
Kenaikan permintaan ini dapat menyebabkan kenaikan harga saham karena ada lebih banyak pembeli yang bersedia membayar harga yang lebih tinggi.
Sebaliknya, jika banyak investor bearish dan percaya harga saham akan turun, mereka akan cenderung lebih banyak menjual saham, meningkatkan penawaran.
Penurunan harga saham ini dapat menyebabkan penurunan harga karena ada lebih banyak penjual yang bersedia menerima harga yang lebih rendah.
Sentimen pasar juga dapat mempengaruhi perilaku kolektif investor melalui sebuah aset yang sedang jadi pusat perhatian.
Jika ada berita positif atau sentimen bullish yang mendominasi media dan perbincangan pasar, investor dapat cenderung mengikuti tren dan 'ikut-ikutan' membeli saham tersebut, bahkan jika mereka tidak memiliki analisis mendalam tentang fundamental perusahaan.
Sebaliknya, sentimen negatif dapat menyebabkan pemusatan perhatian pada risiko dan menyebabkan pemogokan panik, yang dapat menyebabkan penjualan besar-besaran saham.
Baca juga: Apa Saja 5 Cara Mitigasi Risiko Trading yang Mudah?
Masih ingat dengan pasar kripto, terutama Bitcoin?
Bitcoin adalah salah satu mata uang kripto pertama, yang diluncurkan pada Januari 2009.
Saat awal diluncurkan, nilainya sangat 'tak berharga'. Bahkan baru pada Februari 2011 atau 3 tahun setelah diluncurkan, Bitcoin memiliki valuasi nilai setara dengan 1 dollar AS.
Pada tahun 2017 dan makin menjadi saat terjadi pandemi Covid-19, perhatian publik terpusat pada harga Bitcoin yang mampu melonjak fantastis, dari yang sebelumnya di harga 1 dollar AS menjadi 2.000 dollar AS (sekitar Rp30 juta).
Karena banyak sekali pemberitaan terkait Bitcoin yang seolah 'mempromosikan' kenaikan nilai yang fantastis ke depan, membuat masyarakat berbondong-bondong membeli dan terus mendorong harga menjadi kian naik.
Dari penjelasan di atas, berikut poin-poin penting yang bisa Sobat Pluang catat:
Baca juga: Jangan Keliru, Ini Beda Risiko Trading Saham dengan Investasi Saham!
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Source: Investopedia
Bagikan artikel ini