Pertumbuhan jumlah investor reksadana selama pandemi COVID-19 mencapai angka yang mengesankan. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana mencapai 3,16 juta orang per akhir 2020. Kemudian, angkanya naik menjadi 3,5 juta orang di Januari 2021. Artinya, semakin banyak orang merasakan manfaat investasi reksadana.
Nah, salah satu produk reksadana yang laris diburu adalah reksadana pasar uang. Jenis reksadana ini diburu lantaran memberikan manfaat yang hanya bisa dirasakan oleh investor. Padahal, mereka hanya membenamkan aset keuangannya saja di sana.
Reksadana pasar uang sendiri adalah salah satu instrumen investasi reksadana. Di mana, portofolio aset investasinya dialokasikan di instrumen pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito, dan obligasi yang jatuh tempo di bawah satu tahun.
Tetapi, obligasi atau surat utang yang menjadi portofolio aset reksadana pasar uang juga tidak sembarang dipilih. Kebanyakan, underlying asset yang dipilih adalah obligasi pemerintah yang sangat kecil kemungkinannya mengalami default atau gagal bayar.
Investor bisa memantau masing-masing portofolio aset reksadana pasar uang yang dikelola oleh manajer investasi pada saat akan membelinya. Dalam informasi tersebut, akan terlihat berapa persen porsi investasi di surat utang, berapa persen investasi di SBI, dan berapa persen investasi di deposito.
Jenis reksadana ini dinilai lebih aman dibanding jenis reksadana lainnya. Selain itu, imbal hasil yang diberikan bisa dirasakan betul dalam jangka waktu 397 hari atau sekitar 1 tahun.
Namun, karena risiko yang ditanggung investor tidak sebesar jenis reksadana lainnya, maka imbal hasil yang didapatkan juga tidak sebesar jenis reksadana lain, seperti reksadana saham. Sebab, nilai imbal hasil reksadana pasti akan sejalan dengan besaran risiko aset tersebut.
Meskipun begitu, imbal hasil yang diberikan reksadana pasar uang masih lebih baik dibanding bunga yang diberikan dalam produk tabungan, seperti deposito misalnya.
Baca juga: Apa Itu Reksadana?
Sama seperti produk reksadana lainnya, investor juga hanya perlu memberi unit reksadana yang diinginkan untuk kemudian dikelola oleh manajer investasi. Namun, selain faktor kemudahan, reksadana pasar uang juga memberikan manfaat lainnya.
Dalam portofolio aset reksadana pasar uang, instrumen yang dipilih oleh manajer investasi adalah produk yang memiilki likuiditas tinggi atau memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun. Sehingga, investor bisa memanfaatkannya untuk salah satu opsi investasi jangka pendek.
Proses pencairan reksa dana biasanya berjalan dalam T+1 atau T+2 jika mengacu pada aturan di Indonesia. Nah, istilah apakah itu?
T+1 dan T+2 mengacu kepada jangka waktu masuknya dana ke rekening setelah reksadana dicairkan. T+1 artinya dana akan masuk ke rekening sehari setelah penjualan reksadana. Sementara itu, T+2 berarti dana akan masuk ke rekening dua hari setelah reksadana tersebut dijual.
Manfaat reksadana pasar uang lainnya adalah tingkat manajemen risiko yang lebih terukur lantaran alokasi dana ditujukan ke instrumen yang memiliki tingkat risiko rendah. Sehingga, banyak investor yang menggunakan reksadana pasar uang selayaknya uang tunai biasa.
Investor bisa dengan mudah menanam dananya di produk tersebut, namun mudah juga untuk menarik dananya jika sedang membutuhkannya. Selain itu, investor tidak perlu khawatir jika terjadi penurunan nilai reksadana mengingat risikonya yang sudah terukur.
Investor yang memiliki profil investasi risiko rendah, yakni yang menginginkan jenis investasi dengan tingkat risiko yang mini bisa menggunakan produk reksa dana pasar uang. Pasalnya, selain dari portofolio aset reksadananya, perusahaan sekuritas yang bisa menjualnya pun tidak bisa sembarangan.
Di Amerika Serikat, misalnya, hanya perusahaan sekuritas yang punya peringkat kredit tertinggi yang bisa menyediakan produk reksadana pasar uang. Hal tu diatur oleh United States Securities and Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa AS.
Kondisi tersebut menjadi faktor penting dalam membuat keputusan investasi. Sebab, hal tersebut dapat menjadi cerminan ihwal tingkat keamanan dana dan volatilitas instrumen aset tersebut nantinya.
Baca juga: Investasi “100 Dikurangi Umur”, Rumus Investasi yang Pas untuk Gen Milenial
Meskipun tidak bisa dikatakan memberikan imbal hasil yang tinggi, reksadana pasar uang mampu memberikan imbal hasil yang stabil kepada investor. Hal itu dikarenakan setiap manajer investasi terus berupaya mempertahankan nilai aset bersih (NAB) yang dimiliki.
Namun, jika dibandingkan dengan produk lainnya seperti deposito, imbal hasil yang diberikan reksadana pasar uang bisa lebih baik. Sebagai catatan, rata-rata bunga deposito untuk jangka waktu 1 bulan sampai 12 bulan berada di rentang 5% sampai 3%
Ibarat dua sisi mata uang, apapun jenis investasinya tentu memiliki risiko yang juga melekat. Dalam investasi reksadana pasar uang, risiko yang harus dihadapi oleh investor adalah risiko inflasi, risiko kredit ataupun risiko suku bunga.
Investor masih harus menghadapi risiko inflasi karena hal itu akan menyebabkan arus kas dari pasar uang mengalami perlambatan. Pada akhirnya, kondisi tersebut akan menganggu kinerja reksa dana pasar uang
Untuk risiko kredit, reksadana pasar uang tidak diasuransikan seperti layaknya tabungan. Jadi, tidak ada jaminan investor tidak kehilangan uangnya.
Terakhir, adalah risiko suku bunga yang bersifat fluktuatif. Tentu saja, imbal hasil yang diberikan akan sejalan dengan suku bunga pasar. Jika suku bunga naik. maka imbal hasil meningkat dan begitu pula sebaliknya.
Baca juga: Yakin Gak Mau Investasi Reksa Dana? Ini Lho 8 Manfaatnya!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia, The Balance
Bagikan artikel ini