Apa hal yang langsung terlintas di benakmu ketika memikirkan instrumen investasi yang paling aman? Secara umum, masyarakat Indonesia pasti akan menjawab emas sebagai cara investasi yang terpercaya.
Emas memang berperan penting dalam berbagai adat di negara ini. Selain kerap menjadi maskawin pernikahan, setiap rumah tangga rata-rata memiliki emas untuk menyimpan kekayaannya.
Kondisi itu tak mengherankan. Sebab, selama ini emas juga dianggap sebagai aset safe haven, atau biasa disebut lindung nilai. Emas bisa mempertahankan nilai kekayaan seseorang ketika ekonomi sedang amburadul atau ketika tingkat inflasi tengah meroket.
Kondisi tersebut tercermin pada Agustus tahun lalu. Ekonomi global yang tengah porak poranda akibat pandemi COVID-19 bikin permintaan emas naik dan melesatkan harganya ke US$2.000 per ons.
Kini, nilai emas memang sudah jatuh ke kisaran US$1.800 per ons. Tapi harga tersebut masih dekat dengan rekor tertingginya tahun lalu.
Namun, ketika ekonomi sedang mengalami tekanan, investasi emas ternyata punya “lawannya” sendiri, yakni deposito. Sama seperti emas, deposito dikenal sebagai aset tahan krisis lantaran memberikan imbal hasil tetap meski ekonomi tengah gonjang-ganjing.
Pertanyaannya, manakah yang perlu kamu pilih jika ekonomi berguncang: Investasi emas? Atau deposito?
Baca juga: Suku Bunga Pengaruhi Investasi? Ini 3 Sektor Vital yang Terkena Imbas
Meskipun emas dan deposito adalah investasi yang cenderung “tidak bandel”, investor tetap harus menghitung dan mempertimbangan dengan matang dalam memilih di antara dua aset yang dimaksud. Apa saja faktor?
Perlu diingat bahwa tepat atau tidaknya investasi selalu berhulu ke tujuan investasi dirimu sendiri. Hal ini cukup penting lantaran tujuan investasi akan mempengaruhi aksi investasi kamu nantinya. Misalnya, apakah perlu kamu menambah modal investasi dalam jangka waktu tertentu? Atau apakah kamu perlu melakukan diversifikasi aset lebih banyak lagi? Dan lain-lainnya.
Menentukan tujuan investasi juga akan bikin kamu gampang mengatur ekspektasi dalam berinvestasi. Sebab terkadang, banyak investor yang gampang bosan atau capek berinvestasi lantaran imbal hasil yang didapat dari sebuah aset tidak sesuai dengan keinginannya.
Sebagai contoh, kamu sudah ngarep dapat cuan instan dari investasi A. Padahal, investasi A sebenarnya adalah jenis investasi jangka panjang. Kondisi tersebut tentu membuat kamu auto kecewa karena memang antara keinginan dan jenis investasi yang dipilih sudah tidak cocok sejak awal.
Makanya, menargetkan tujuan investasi sangat penting. Misalnya, kamu bisa pilih emas jika ingin berinvestasi jangka panjang dan ingin melindungi kekayaan di masa depan. Di sisi lain, kamu bisa memilih deposito jika kamu ingin meningkatkan minat menabung atau memang memiliki selera investasi yang konservatif.
Cara kedua yang bisa kamu lakukan untuk menimbang antara investasi emas dan deposito adalah membandingkan imbal hasil.
Menurut data MacroTrends, rata-rata kenaikan harga emas per tahun antara 2016 hingga 2020 terbilang 12,48%. Sementara itu, menurut Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), suku bunga deposito 12 bulan selalu bergerak antara 5,5% hingga 6,8% di periode yang sama.
Dengan melihat data tersebut, emas mungkin menjadi jawaranya. Namun, bukan berarti deposito tak ada keunggulan tersendiri dibanding emas.
Perlu diketahui bahwa imbal hasil deposito cenderung stabil dibandingkan harga emas yang memiliki fluktuasi tak tentu. Sehingga, kondisi tersebut mungkin akan disukai investor yang suka “main aman” saja.
Tapi, kamu juga perlu ingat bahwa emas adalah barang tambang, di mana pasokannya suatu saat akan habis nantinya. Maka, sesuai hukum permintaan-penawaran, suplai yang menipis tentu akan mengerek harga emas di masa depan.
Di sisi lain, naik turunnya imbal hasil deposito sekarang, atau di masa depan, akan sangat tergantung dengan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia ditambah indikator keuangan bank, misalnya rasio Return on Asset (RoA).
Kamu tentu sangat bisa menggunakan indikator makroekonomi ini sebagai pertimbangan memilih emas atau deposito.
Kamu bisa berinvestasi emas jika inflasi akan datang diperkirakan meningkat. Sebab, seperti yang dijelaskan sebelumnya, emas adalah salah satu aset lindung nilai terbaik. Selain itu, maraknya permintaan emas ketika inflasi yang naik juga tentu akan meningkatkan harganya dan menyebabkan nilai aset emas kamu ikut berkembang.
Lantas, bagaimana dengan prediksi inflasi di Indonesia tahun ini? Bank Indonesia, selaku otoritas yang bertugas mengendalikan tingkat inflasi, berharap bahwa inflasi tahun ini bisa berada di angka 2,5% hingga 3% secara tahunan atau lebih tinggi dibanding tahun lalu 1,68%.
Hal tersebut bisa saja menjadi indikasi awal bahwa harga emas akan naik di tahun ini. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menganalisis bahwa harga emas tertinggi tahun ini akan jatuh pada kuartal I tahun ini di angka Rp994.276 per gram.
“Harga emas mencapai level tertingginya di US$2.045 (per troy ounce), ini sama dengan Rp994.276 setelah ditambah dengan ongkos Rp100 ribu dan sertifikat,” ujarnya.
Namun di sisi lain, inflasi yang meningkat sejatinya juga akan berkorelasi positif dengan tingkat suku bunga deposito. Mengapa demikian?
Inflasi adalah salah satu tanda momentum pemulihan ekonomi, di mana bank sentral tentu akan meresponsnya dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan. Aksi moneter tersebut nantinya juga akan merembet ke kenaikan suku bunga deposito perbankan.
Tapi, ada hal yang perlu kamu pahami. Jika kenaikan suku bunga deposito tersebut lebih kecil dibandingkan kenaikan tingkat inflasi, maka imbal hasil riil kamu di deposito nantinya juga bisa tergerus. Makanya, tetap awasi pergerakan inflasi, ya!
Baca juga: Sejarah Pasar Saham di Indonesia
Setelah membaca pertimbangan tersebut, kira-kira instrumen mana yang kamu pilih: Emas? Atau deposito?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Provident Metals, Detik, Good Returns, Kontan
Bagikan artikel ini