Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup hari ini di level 6.4886,27 poin, menguat 0,41% dari penutupan sehari sebelumnya.
Hari ini, bursa saham domestik masih tetap teguh di tengah rentetan koreksi yang terjadi di bursa saham regional. Di Amerika Serikat, contohnya, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melempem 0,72%, disusul S&P 500 yang luntur 0,69%. Di kawasan Eropa, indeks saham London FTSE dan indeks saham Jerman DAX masing-masing terkoreksi 0,83% dan 0,74% di waktu yang sama.
Bursa saham Asia seperti Hong Kong, Nikkei dan juga Kospi seolah-olah latah dengan mengalami koreksi masing-masing sebesar 1,43%, 0,94% dan 1,25%. Apa yang terjadi dengan bursa regional? Dan mengapa IHSG masih bisa berdiri kokoh hari ini?
Lesunya kinerja indeks saham global secara berjemaah disebabkan oleh kekhawatiran investor bahwa potensi gagal bayar utang raksasa properti China, Evergrande. Ini bukanlah sikap waswas biasa, mengingat potensi default utang jumbo Evergrande ditakutkan bisa membuka gerbang ke krisis finansial yang lebih kronis.
Ketakutan investor berhulu dari sikap Evergrande yang melewatkan pembayaran kupon bernilai US$148 juta untuk obligasi yang jatuh tempo pada April 2022, April 2023, dan April 2024. Sebelumnya, perusahaan yang dimiliki oleh konglomerat asal China, Hui Ka Yan itu juga luput membayarkan kewajibannya yang jatuh pada bulan September silam.
Jika perusahaan tidak berhasil memenuhi kewajibannya dalam waktu 30 hari, maka status default alias gagal bayar akan disematkan pada Evergrande. Nah, melihat hal itu, banyak pelaku pasar yang akhirnya melakukan panic selling demi melindungi sisa aset keuangan yang dimilkinya.
Namun, mengapa nilai IHSG malah cuek terhadap kabar tersebut? Nampaknya saham-saham perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih berhasil mengerek IHSG ke area positif.
Selain itu, sektor-sektor ekonomi lama seperti konstruksi dan properti juga berhasil mendapatkan sentimen positif di tengah kenaikan harga komoditas seperti batu bara yang diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV. Bahkan, harga batu bara digadang-gadang masih akan ngebut hingga akhir tahun seiring masuknya musim dingin di negara-negara barat.
Namun, pelaku pasar tetap harus waspada. Pasalnya ada beberapa sentimen eksternal yang masih akan mewarnai laju IHSG. Misalnya, data inflasi yang bakal bergerak naik seiring dengan naiknya Consumer Price Index (CPI) AS dan juga efek domino dari potensi gagal bayar Evergrande.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG Amblas di Tengah Kenaikan Harga Batu Bara
Lebih lanjut, investor asing masih terus mengoleksi saham perbankan berkaptalisasi pasar jumbo. Total net foreign buy hari ini bahkan mencapai Rp1,25 triliun.
Investor asing tampak getol mengoleksi saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai beli bersih masing-masing mencapai Rp470,8 miliar dan Rp329,6 miliar.
Peristiwa tersebut membuat saham BBRI naik 0,96% ke level Rp4.220 per saham yang sekaligus mengerek kapitalisasi pasarnya ke level Rp633,18 triliun. BBRI juga kian mengekor kapitalisasi pasar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp899 triliun.
Di samping itu, pelaku pasar juga nampak memborong saham bank swasta berkapitalisasi pasar jumbo, BBCA. Tak tanggung-tanggung, nilai transaksi saham BBCA sepanjang sesi 1 perdagangan tercatat Rp265,91 miliar dengan nilai beli bersih di seluruh pasar Rp46,9 miliar. Alhasil, harga saham BBCA naik 0,90% ke level Rp36.600 per saham.
Aksi borong investor ini patut dimaklumi mengingat hari ini adalah hari terakhir sebelum BBCA melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split). Pada perdagangan esok, saham BBCA akan mulai mengikuti rasio stock split, yakni 1:5.
Adapun nilai nominal saham BBCA saat ini adalah Rp62,5. Nas, pasca stock split, nilai saham BBCA akan berubah menjadi Rp12,5.
Peristiwa tersebut akan menandai kali keempat perusahaan tersebut melakukan pemecahan nominal saham. Meihat sejarahnya, harga saham BBCA selalu meroket seiring kinerjanya.
Baca juga: Sentuh Rekor Rp32.500 per Saham, BCA Cuan Hingga 21,58% dalam Setahun
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Adi Putro
Adi Putro
Bagikan artikel ini