Pluang Plus

Siapapun kamu dan apapun impianmu, saatnya#BukaPluangmu

Pluang+

Blog

Tentang Kami

Inovasi dan kemudahan adalah misi kami, lihat kisahnya di sini!

FAQ

Temukan semua jawaban tentang berinvestasi di Pluang

Kontak Kami

Kami dengan senang hati menjawab pertanyaanmu. Hubungi kami!

Karir

Bergabunglah dengan tim kami!

telegram
telegram
  • facebook_logo
  • instagram_logo
  • twitter_logo
  • youtube_logo
  • telelgram_logo
  • linkedin_logo
  • tiktok_logo
app_logo
Pluang Plus

Siapapun kamu dan apapun impianmu, saatnya#BukaPluangmu

BlogIcon
Blog
Berita & AnalisisAkademiEventKamusTips & Trik InvestasiPromo
bookmark
Bookmark
Bagikan
Rangkuman Kabar: Harga Rokok Siap-Siap Naik, Inflasi AS Menukik

Waktu baca: 3 menit

View

0

Rangkuman Kabar: Harga Rokok Siap-Siap Naik, Inflasi AS Menukik

Rangkuman kabar Selasa (14/12) mengulas beragam berita dari domestik dan mancanegara, salah satunya terkait laporan BI mengenai tingkat utang luar negeri yang susut.Yuk simak selengkapnya!

Rangkuman Kabar Dalam Negeri

1. Indonesia Makin Sedikit Tarik Utang Asing

Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar US$208,4 miliar pada Oktober, atau menyusut 0,35% dari September yakni US$432,8 miliar.

Turunnya posisi ULN disebabkan oleh menurunnya jumlah utang pemerintah maupun swasta. Penurunan terbesar terjadi pada ULN lembaga keuangan yang terkontraksi hingga 5,8%, padahal sektor ini merupakan kontributor terbesar dalam pos ULN Swasta.

Secara garis besar, struktur ULN Indoensia masih sehat dengan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 36,1%. Rasio ini pun turun dibanding September yakni 37%.

Apa Implikasinya?

Turunnya utang luar negeri berimplikasi pada menurunnya beban utang dan bunga utang baik pemerintah dan swasta di masa depan. Selain itu, menurunnya utang asing juga memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia.

Hanya saja, hal itu dapat juga mengindikasikan perekonomian nasional di bulan Oktober yang tidak ekspansif, sehingga lembaga keuangan tidak perlu mengambil pinjaman untuk memenuhi kebutuhan ekspansi pengusaha dalam negeri.

2. Siap-Siap, Cukai Rokok Naik 12%

Kementerian Keuangan mengatakan akan mengerek rata-rata cukai rokok sebesar 12% mulai 1 Januari 2022 mendatang. Langkah ini diambil menimbang sisi kesehatan, sisi ketenagakerjaan, keberlangsungan petani tembakau, hingga upaya untuk memberantas rokok ilegal.

Apa Implikasinya?

Kenaikan cukai rokok akan berimplikasi pada kenaikan harga rokok eceran. Hal tersebut dapat mengerem konsumsi rokok nasional, namun juga mampu mengerek tingkat inflasi tahun depan. Tak hanya itu, kenaikan harga rokok juga bisa meningkatkan garis kemiskinan, mengingat rokok adalah kontributor utama kemiskinan di Indonesia.

Baca juga: Rangkuman Kabar: Ekonomi Digital Potensial, Defisit Anggaran AS Melebar

Rangkuman Kabar Mancanegara

1. Bank Sentral Inggris Ingin Regulasi Aset Kripto

Gubernur Bank of England Andrew Bailey memperingatkan industri perbankan dan firma finansial mengenai risiko aset kripto yang memiliki nilai cukup fluktuatif. Menurutnya, regulasi yang jelas terkait aset kripto cukup mendesak sebelum instrumen investasi anyar ini mulai diadopsi oleh lebih banyak pelaku keuangan.

Komite finansial BoE (Financial Policy Committee/FPC) mengatakan, saat ini memang belum ada perbankan di Inggris yang menyatakan niatnya untuk mengadopsi aset kripto secara eksplisit. Namun, beberapa layanan keuangan mulai menawarkan beraga, jasa terakit aset kripto, diantaranya trading derivatif dan jasa custody.

Apa Implikasinya?

Kesadaran kolektif para pemangku kebijakan untuk mengatur aset kripto akan mendorong penyusunan kerangka aturan dan pembahasan komprehensif mengenai industri ini. Jika aset kripto teregulasi dengan baik, investor dan pelaku didalamnya akan lebih terlindungi. Sehingga, hal itu dapat mendorong lebih banyak orang untuk membenamkan dana di pasar kripto.

2. Inflasi AS Diprediksi Bakal Melesat Dua Kali Lipat

Survei yang digelar oleh New York Federal Reserve mengindikasikan lonjakan inflasi pada bulan-bulan terakhir di 2021. Hal ini lantaran kenaikan pendapatan masyarakat tak sebanding dengan lonjakan harga kebutuhan.

Konsumen menyebut perkiraan inflasi akan mencapai 6% dalam setahun, lebih tinggi dari ekspektasi inflasi Oktober yakni 5,7%. Ini akan menyebabkan inflasi tumbuh 3,2% lebih cepat dari pada pertumbuhan pendapatan.

Survei tersebut juga mengungkap bahwa 76% responden saat ini lebih khawatir mengenai inflasi ketimbang pengangguran. Survei bulanan yang digelar sejak 2013 ini menggunakan 1.300 rumah tangga sebagai respondennya.

Apa Implikasinya?

Ekspektasi kenaikan inflasi yang tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan masyarakat akan membuat ekspektasi terhadap konsumsi ikut melorot. Jika masyarakat ogah konsumsi, maka pertumbuhan ekonomi AS di kuartal IV bisa menjadi korban.

Survei yang dihelat New York Federal Reserve ini juga dapat mendorong The Fed mengambil sikap lebih ketat alias hawkish pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pekan depan.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Bisnis, CNN Indonesia, Reuters, Investing

Bagikan
Tags

Apakah artikel ini bermanfaat?

Artikel Terkait