Rangkuman Kabar Kamis (18/11) menelisik arah kebijakan Bank Indonesia ditengah tren bank sentral dunia yang ancang-ancang melakukan pengetatan kebijakan moneter. Selain itu, masih banyak kabar lain yang perlu kamu simak supaya makin update!
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan kapitalisasi pasar modal mencapai 70% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Saat ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kapitalisasi pasar modal masih setara 50,76% dari PDB atau senilai Rp8.166,56 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen kemudian membandingkan rasio kapitalisasi pasar modal Indonesia dengan Jepang yang telah mencapai 70%. Kapitalisasi yang besar menurutnya akan membuat pasar modal lebih likuid dan stabil.
Rasio pasar modal Indonesia memang lebih kecil ketimbang beberapa negara Asia seperti Korea Selatan dan Thailand yang hampir mencapai 100%. Namun, jika dibandingkan dengan negara padat penduduk seperti Amerika Serikat dan China, rasio tersebut sudah cukup baik.
Amerika Serikat tercatat memiliki rasio pasar modal 52% PDB, sementara China sebesar 47% PDB.
Besarnya kapitalisasi pasar modal akan menjadi motivasi bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Apa alasannya.
Pertama, stabilitas dan likuiditas pasar modal semakin terjamin. Pasar modal yang “dalam” akan lebih tahan banting terhadap guncangan eksternal seperti capital outflow.
Kedua, kapitalisasi pasar modal yang besar merupakan indikasi bahwa banyak investor membenamkan dananya di pasar tersebut. Hal itu kemudian bisa memicu pelaku pasar asing lainnya untuk ikut menanamkan modalnya di Indonesia.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGBI) memutuskan untuk menahan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) di level 3,5%, berikut dengan suku bunga lending facility dan deposit facility masing-masing 4,25% dan 2,75%.
BI juga melanjutkan sejumlah bauran kebijakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Diantara kebijakan tersebut ialah kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), merchant discount rate QR Indonesia Standar (QRIS) dan promosi serta investasi perdagangan di sejumlah negara.
Sikap BI yang menahan suku bunga, berikut denagn stance kebijakan moneter longgar, tentu akan memacu masyarakat untuk terus konsumsi dan membuat dunia usaha semakin leluasa untuk berekspansi. Aktivitas keduanya nantinya akan bermuara ke pertumbuhan ekonomi.
Lewat kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit, BI juga memastikan bahwa sifat intermediasi stimulus moneternya tetap berjalan dan tidak tertahan oleh kebijakan perbankan yang kerap lamban menerjemahkan pelonggaran moneter terhadap bunga kreditnya.
Bauran kebijakan juga mencakup transaksi ritel yang didorong secara cashless lewat diskon merchant QRIS. Volume transaksi ritel yang besar akan mendongkrak konsumsi masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi dapat segera pulih.
Baca juga: Rangkuman Kabar: UMP Naik Tipis di Tengah Ancaman Inflasi
United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD) menyebut persoalan ekspedisi yang terhambat saat ini dapat menyumbang inflasi dunia hingga 1,5% sekaligus menaikkan harga barang impor sebanyak 11% hingga 2023. Lembaga tersebut menilai, hal itu merupakan ancaman besar bagi perekonomian dunia yang tengah berupaya untuk pulih.
Pasalnya, barang yang terdampak langsung akibat benang kusut industri ekspedisi ialah barang konsumsi yang amat dibutuhkan masyarakat. Permintaan yang terus melejit, seiring pulihnya perekonomian dunia, tenti akan mengerek harga barang saat pendapatan masyarakat belum pulih sepenuhnya.
Namun, persoalan ini hanya dapat diselesaikan dengan transparansi dan pengawasan ketat terhadap pola konsumsi pasar.
Inflasi yang disebabkan rantai pasok bisa mengganggu daya beli masyarakat. Sehingga, mayoritas pendapatan masyarakat akan “lari” ke konsumsi dan punya sedikit sisa pendapatan untuk ditabung.
Inflasi yang makin meradang pun akan bikin bank sentral global untuk meresponsnya dengan menaikkan suku bunga acuan. Hanya saja, kebijakan tersebut terbilang dilematis mengingat pertumbuhan ekonomi beberapa negara masih belum pulih sepenuhnya.
Perusahaan Konsultan McKinsey & Co menyebut China sebagai negara terkaya di dunia saat ini dengan total kekayaan US$120 triliun. Angka tersebut merupakan satu per tiga kekayaan dunia, jauh melampaui kekayaan Amerika Serikat yang duduk di posisi kedua yakni US$90 Triliun.
Kekayaan China naik pesat setelah bergabung dengan organisasi perdagangan dunia (World Trade Organisation/WTO) pada tahun 2000 lalu. Saat baru bergabung lembaga tersebut 21 tahun lalu, kekayaan China tercatat “hanya” US$7 triliun saja.
Tak hanya China yang bertambah tajir, kekayaan dunia agregat pun melesat dari US$156 triliun di 2020 menjadi US$514 triliun di tahun ini. Sebanyak 68% kekayaan tersebut disimpan dalam bentuk aset properti, selebihnya dicatat sebagai kekayaan tak berwujud seperti kekayaan intelektual dan paten. Perhitungan kekayaan ini mengecualikan aset keuanagn lantaran secara efektif diimbangi dengan kewajiban.
Duduknya China menjadi negara terkaya di dunia lewat perdagangan internasional membuat posisinya semakin strategis dalam perekonomian global. Dampaknya, saat perekonomian China bergejolak, negara lain terutama mitra dagangnya akan ikut merasakan gejolak tersebut.
Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: CNN Indonesia, Bank Indonesia, Antara, Investing
Bagikan artikel ini