Mengawali Selasa pagi, Sobat Cuan bisa menyimak rangkuman kinerja pasar di Pluang Pagi berikut!
Ketiga indeks saham utama Amerika Serikat bernasib apes. Nilai indeks Dow Jones Industrial Average ditutup lunglai 0,9% pada sesi perdagangan Senin (4/10) waktu setempat, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq merosot 1,3% dan 2,1% di periode yang sama.
Tiga indeks saham utama Wall Street runtuh setelah investor menarik uangnya dari saham-saham sektor teknologi akibat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun. Selain itu, investor juga khawatir bahwa tekanan inflasi tinggi bisa menghambat kinerja perusahaan teknologi ke depan.
Ya, saham-saham perusahaan teknologi, yang biasanya berkategori growth stocks dengan valuasi tinggi, diramal akan mendulang pendapatan deras di masa depan. Namun, nilai riil pendapatan tersebut di masa depan akan tergerus karena inflasi yang meradang.
Makanya, tak heran jika nilai saham raksasa teknologi seperti Apple, Microsoft, Amazon.com, dan Alphabet turun lebih 2% dalam sesi perdagangan kemarin. Nilai saham Facebook juga oleng 5% di waktu yang sama. Hanya saja, hal itu disebabkan oleh pernyataan pengungkap fakta Facebook Francis Haugen yang menuduh perusahaan tersebut lebih mementingkan laba ketimbang kesejahteraan pengguna.
Selain itu, lunturnya kinerja indeks saham AS juga disebabkan oleh eskalasi tensi dagang antara AS dan China, di mana Taiwan ikut terlibat di dalamnya.
Harga Bitcoin pada Selasa pukul 07.30 WIB bertengger di US$49.200 per keping, menanjak 2% dalam sehari terakhir. Sementara itu, harga Ethereum berada di US$3.389 atau naik 0,55% di waktu yang sama.
Dengan demikian, harga Bitcoin kembali mendekati level US$50.000. Peristiwa ini juga menarik Bitcoin dari zona “fear” di Crypto Fear and Greed Index menuju zona “neutral” pada 4 Oktober.
Harga emas spot terlihat di posisi US$1.764,92 per ons pada Selasa pukul 07.30 WIB alias terdongkrak 0,3% dibanding sehari sebelumnya. Kenaikan harga sang logam mulia terjadi akibat lemahnya nilai Dolar AS dan sikap investor yang kini selera menggenggam aset safe haven ketimbang membenamkan uang di pasar modal.
Beberapa analis mengatakan kenaikan permintaan emas disebabkan oleh eskalasi tensi geopolitik antara China dan Taiwan. Maklum, investor tentu memborong emas sebagai aset aman kala situasi geopolitik menunjukkan sinyal ketidakpastian.
Harga emas diprediksi masih akan tokcer sepanjang Oktober meski terbilang akan volatil. Salah satu penopang harga sang logam mulia di bulan ini adalah inflasi. Tingkat inflasi diperkirakan akan terus kronis, terlebih tingkat inflasi yang merongrong sudah bikin puyeng pasar modal Eropa dan Asia.
Indeks Dolar AS terlihat di posisi 93,68 pada pukul 07.30 WIB, luntur 0,15% dibanding periode sama sehari sebelumnya. Nilai sang aset greenback terpeleset dari titik tertingginya selama setahun pada pekan lalu akibat sikap wanti-wanti investor terhadap data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis Jumat mendatang. Data tersebut akan memberi sinyal bagi bank sentral AS The Fed untuk melakukan kebijakan tapering.
Satya Nagara
Satya Nagara
Bagikan artikel ini