Berikut rangkuman kinerja pasar dalam sepekan terakhir!
Saham AS melemah seminggu terakhir dengan indeks S&P 500 dan NASDAQ Composite turun masing-masing 0.6% dan 0.5%. Kekhawatiran muncul dari kenaikan angka kasus COVID-19, rapat The Fed pekan depan, dan rencana pemerintah AS yang berniat mengerek tingkat Pajak Penghasilan (PPh) korporat dari 21% ke 26,5%.
Sesi perdagangan Jumat juga merupakan hari triple witching saat kontrak opsi saham, indeks saham berjangka, dan kontrak opsi indeks saham kedaluwarsa bersamaan. Ini meningkatkan volume perdagangan dan pergerakan harga yang lebih besar di pekan di mana sentimen negatif sedang menggantung.
Minggu depan perhatian akan dipusatkan ke hasil rapat the Federal Open Market Committee untuk melihat arah petinggi kebijakan bank sentral AS dalam menanggapi tingkat inflasi tahunan AS dan rencana tapering.
Harga aset kripto cukup tenang pada pekan terakhir setelah koreksi besar pekan sebelumnya. Berikut adalah pergerakan harga tiga aset kripto dengan nilai kapitalisasi terbesar.
Harga Bitcoin (BTC) naik didorong aksi bandar kripto (whales) yang memanfaatkan penurunan harga sebelumnya untuk meningkatkan kepemilikan mereka. Data menunjukkan kepemilikan golongan investor yang memegang 100 sampai 10.000 Bitcoin telah meningkat senilai US$2,9 miliar pekan terakhir ini.
Ether (ETH) pun mengikuti langkah BTC. Fundstrat, lembaga penasihat investasi terkemuka, mengatakan indikator analisis teknikal menunjukkan tren bullish hingga akhir tahun mendatang.
Harga Cardano (ADA) lunglai meski IOHK, selaku pengelola jaringan Cardano, telah memperbarui jaringan blockchain tersebut dengan meluncurkan hard fork Alonzo pada pekan ini. Pembaruan itu diharapkan bisa memenuhi kebutuhani komunitas kripto dalam membangun platform smart contract di atas jaringan Cardano. Sejauh ini, sudah ada 200 smart contract yang terdaftar di jaringan blockchain Cardano meski seluruhnya belum dapat dimanfaatkan pengembang hingga waktu peluncuran resminya.
Pergerakan harga yang menarik dialami oleh XRP. Harganya sempat naik 5% menjadi US$1,12 pada pertengahan pekan namun luntur kembali ke angka US$1,07 di akhir pekan. Padahal, Ripple, pengembang koin XRP, berniat untuk membangun platform market-making untuk XRP dan sedang merekrut 10 pegawai baru di tiga kota untuk melancarkan aksi tersebut.
Harga Polkadot (DOT) naik 12,56% dalam sepekan lantaran jaringan parachain yang dimilikinya tengah dilirik oleh komunitas kripto. Di sisi lain, nilai Solana (SOL) malah anjlok 22,75% di periode yang sama karena aksi ambil untung. Tingginya kegiatan transaksi sempat menyebabkan jaringan Solana sempat tidak bisa digunakan selama 17 jam pada tanggal 15 September yang menyebabkan harganya semakin turun.
Harga emas turun 1,87% selama sepekan ke posisi US$1.754 per ons.
Keberhasilan sebelumnya untuk menembus level psikologis US$1.800 per ons pada Selasa (14/9) hanya sementara dan menuju akhir pekan, komoditas ini tidak bisa menghadapi kekuatan Dolar AS dan meningkatnya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun
Dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi meningkat seiring keluarnya data tumbuhnya penjualan ritel AS Agustus sebesar 0,8% month-to-month. Sehingga, investor yakin bahwa ekonomi negara Paman Sam itu tetap tahan diterjang gelombang COVID-19 varian Delta dan The Fed akan merespons data itu dengan mengurangi stimulus ekonominya sesegera mungkin.
Minggu depan perhatian akan dipusatkan ke hasil rapat the Federal Open Market Committee untuk melihat arah petinggi kebijakan bank sentral AS dalam menanggapi tingkat inflasi tahunan AS dan rencana tapering.
Nilai indeks Dolar AS sempat menyentuh 93,22 pada Kamis. Indeks ini tumbuh 0,6% selama sepekan terakhir didorong oleh data inflasi inti AS dan data konsumen yang dirilis Universitas Michigan.
Namun Rupiah masih bertahan terhadap Dolar AS. Data kurs transaksi Bank Indonesia mencatat kurs jual Rupiah pada Jumat (17/9) di level Rp14.309 per Dolar AS hanya melemah 0,09% dari Rp14.296,13 per Dolar AS pada Senin. Data surplus perdagangan Indonesia yang mencetak rekor untuk bulan Agustus mendukung kuatnya Rupiah.
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 6.133,25 poin pada penutupan perdagangan Jumat (17/9), menguat 0,87% dibandingkan posisi pembukaan perdagangan Senin (13/9) 6.080,06.
Koreksi sempat terjadi pada pertengahan pekan dari sentimen negatif dari pasar global terutama dari kemungkinan tapering. Namun penguatan faktor domestik berperan lebih kuat pada akhirnya. Pelaku pasar bersemangat menanggapi sentimen dari pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membuka bioskop dan lokasi wisata. Selain itu, mekarnya nilai IHSG juga ditopang oleh langkah investor yang getol memborong saham-saham perusahaan konstruksi pelat merah. Aksi ini dipicu oleh pernyataan Lembaga Pengelola Investasi (Indonesia Investment Authority/INA) bahwa beberapa investor asing tertarik menanamkan dana di sektor konstruksi domestik.
Bagikan artikel ini