Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Pasar Sepekan: Indeks AS dan IHSG Bersorak, Bitcoin Mantap Melonjak
shareIcon

Pasar Sepekan: Indeks AS dan IHSG Bersorak, Bitcoin Mantap Melonjak

16 Oct 2021, 2:56 AM·Waktu baca: 4 menit
shareIcon
Kategori
Pasar Sepekan: Indeks AS dan IHSG Bersorak, Bitcoin Mantap Melonjak

Menikmati akhir pekan kali ini, Sobat Cuan bisa menyimak rangkuman kinerja pasar selama sepekan terakhir berikut!

Pasar Internasional Sepekan

Trio indeks saham AS menutup pekan ini dengan girang. Nilai Dow Jones Industrial Average (DJIA) menanjak 1,09% sepanjang pekan ini, menandai pekan terbaik DJIA sejak Juni. Sementara itu, nilai indeks S&P 500 menanjak 0,75% di periode yang sama dan menjadi pekan terbaiknya sejak akhir Juli silam. Terakhir, nilai indeks Nasdaq Composite sukses merangkak 0,5% di waktu yang sama.

Meski berhasil mencetak performa oke di akhir pekan, nilai indeks saham Wall Street sejatinya terbilang fluktuatif pekan ini.

Di satu sisi, pasar modal AS sempat tertekan lantaran investor melancarkan aksi “cuci gudang” saham. Hal ini terjadi setelah Biro Statistik Ketenagakerjaan AS pada Rabu (13/10) merilis inflasi AS mencapai 5,4% secara tahunan di September, alias rekor tertingginya dalam 13 tahun.

Namun, pasar modal AS kembali bergairah keesokan harinya setelah emiten perbankan ternyata membukukan pendapatan tokcer sepanjang kuartal III 2021. Indeks saham AS makin melonjak pada Jumat (16/10) setelah nilai saham Goldman Sachs melejit 3,8% akibat kinerja keuangan yang mumpuni.

Mulusnya kinerja keuangan sektor perbankan bikin analis pede bahwa pertumbuhan pendapatan perusahaan S&P 500 di kuartal III akan melonjak 32% secara year-on-year. Angka prakiraan itu melompat dibanding awal Oktober, yakni 29,4%.

Kendati begitu, investor masih akan mengawasi dampak kacaunya rantai pasok serta melonjaknya harga-harga energi terhadap pasar ekuitas AS pada pekan depan.

Ya, belakangan ini, investor khawatir bahwa harga energi akan menjadi biang keladi inflasi. Kecemasan ini muncul pasca harga minyak mencetak rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir sementara harga batu bara masih betah bertengger di atas US$200 per ton. Kenaikan harga energi terjadi setelah krisis energi Eropa dan AS kian memburuk dan diperparah oleh kenaikan permintaan dari China dan India menjelang musim dingin.

Baca juga: 5 Alasan Harga Emas Melonjak

Pasar Domestik Sepekan

Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup akhir pekan dengan bertengger di 6.633,34 poin. Alias, menguat 2,32% dibanding pembukaan pasar pekan ini.

IHSG mendekati rekor tertingginya sepanjang pekan ini lantaran performa apik saham sektor perbankan, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, beserta saham sektor konsumsi berkapitalisasi pasar jumbo. Alhasil, indeks LQ45, sebuah indeks yang berisikan 45 saham berkapitalisasi pasar terbesar di pasar domestik, ikut terkerek 3,2% di periode yang sama.

Di sisi lain, kinerja saham sektor teknologi terlihat babak belur gara-gara investor makin doyan membenamkan dana di saham-saham big caps.

Investor diramal akan terus menyerbu saham-saham big caps sektor ekonomi tradisional ketimbang new economy pada November dan Desember seiring maraknya aksi window dressing di penghujung tahun. Saham sektor teknologi, khususnya PT Bukalapak Tbk (BUKA), diperkirakan akan terus menyeret nilai IHSG ke depan.

Pasar Kripto Sepekan

Bitcoin terlihat on fire sepanjang pekan ini dengan mencetak pertumbuhan nilai 13%. Harganya bahkan sempat menembus US$60.000 per keping, menandai kembalinya sang raja aset kripto ke level tersebut sejak April 2021.

Nilai Bitcoin melaju kencang pekan ini setelah beredar rumor bahwa regulator pasar modal AS, The Securities and Exchange Commission, akan menyetujui peredaran produk Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis Bitcoin pada pekan depan.

Nasib mujur Bitcoin juga menular ke pesaing terdekatnya, Ethereum (ETH), yang berhasil manjat 7,67% di periode yang sama. Ya, kabar SEC yang akan mengesahkan produk ETF Bitcoin nampaknya bikin pelaku pasar kian mantap menabur uang di pasar kripto dan bikin harga altcoin ikut bersorak.

Dari seluruh anggota geng altcoin, nilai Polkadot (DOT) terpantau paling cemerlang dengan mencetak pertumbuhan nilai 33,4% dalam sepekan terakhir. Meroketnya harga DOT terjadi setelah Polkadot mengumumkan akan membuka slot bagi pengembang untuk mengintegrasikan proyek desentralisasinya ke sistem parachains Polkadot pada November mendatang melalui skema lelang.

Tak hanya Polkadot, Binance Coin juga terlihat penuh energi. Sepanjang pekan ini, nilainya melonjak 12,25% dan sukses bikin koin besutan Binance ini menggeser kursi Cardano sebagai aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar ke-tiga sejagat. Hal ini terjadi setelah Binance meluncurkan dana US$1 miliar agar pengembang ramai-ramai memanfaatkan blockchain-nya, Binance Smart Chain.

Emas

Harga emas nongkrong di level US$1.767,96 per ons di akhir pekan, alias naik 0,6% selama sepekan terakhir.

Minggu ini menjadi periode yang mendebarkan bagi sang logam mulia. Di pertengahan pekan, nilainya nyaris menyentuh level psikologis US$1.800 per ons akibat inflasi AS yang kian merongrong. Kenaikan harga emas juga didorong oleh keoknya duo musuh bebuyutan emas, yakni Dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS.

Pelaku pasar yakin bahwa emas bisa membukukan performa mingguan terbaiknya dalam lima bulan terakhir. Sayangnya, nasib emas malah apes di akhir pekan. Harganya “putar balik” ke kisaran US$1.760 per ons setelah yield obligasi AS lompat mendadak dan hasil penjualan ritel AS September ternyata membaik.

Nasib harga emas bisa saja kian terpuruk seiring meningkatnya kekhawatiran tapering The Fed. Meski beberapa ekonom mengatakan bahwa The Fed sejatinya sudah bisa mengetatkan kebijakan moneternya akibat penyerapan tenaga kerja yang mulai pulih, namun pejabat bank sentral tersebut masih bersilang pendapat ihwal cara mengendalikan inflasi.

Komite pengarah International Monetary Fund pada Kamis (14/10) meminta pemangku kebijakan moneter untuk memantau dinamika ekonomi secara ketat. Namun, mereka juga mengimbau pejabat moneter untuk meneliti tekanan inflasi yang bersifat sementara dan akan sirna seiring normalnya ekonomi.

Baca juga: Rangkuman Kabar: Potensi Ekonomi Digital Makin Joss, Krisis Bikin Harga Energi To the Moon

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Ditulis oleh
channel logo

Satya Nagara

Right baner

Satya Nagara

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
weekly news
Pasar Sepekan: Rusia Tabuh Genderang 'Perang', Market Ikut Bergelombang
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1