Raksasa belanja daring China Alibaba mengumumkan laporan keuangannya kemarin. Lantas, apakah hasilnya sesuai dengan prediksi pasar?
Alibaba boleh saja tersenyum simpul di kuartal I 2023. Pasalnya, ia berhasil membukukan pendapatan 208,2 miliar atau tumbuh 2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pendapatan tersebut memang terbilang tipis. Tapi setidaknya, perusahaan mampu mengerek kinerja pendapatannya. Apalagi, pencapaian tersebut pun sejalan dengan prediksi analis.
Pertumbuhan itu utamanya didukung oleh pendapatan segmen perdagangan internasional (international commerce) melalui Lazada, AliExpress, Trendyol, dan Daraz sebesar 18,54 miliar Yuan China di kuartal lalu atau tumbuh 29% jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Prestasi tersebut merupakan buah dari beberapa inisiatif unit-unit usaha Alibaba di luar negeri sepanjang periode tersebut.
Lazada, contohnya, mencatatkan pertumbuhan pesanan hingga dua digit secara tahunan di kuartal lalu di Asia Tenggara usai melempar serangkaian program yang ditujukan untuk meningkatkan engagement. Tak ketinggalan, terdapat pula AliExpress yang melancarkan promo gratis ongkir, pengembalian bebas biaya, dan pengiriman yang bergaransi melalui program bernama Choice.
Selain dari segmen perdagangan internasional, pundi-pundi pendapatan Alibaba juga didorong oleh kinerja apik dari segmen bisnis lainnya, yakni logistik, media digital, dan local consumer. Sepanjang triwulan I 2023, ketiga segmen itu sukses membukukan pertumbuhan pendapatan masing-masing 18%, 17%, dan 3% secara tahunan.
Sayangnya, prestasi serupa tidak terlihat di segmen perdagangan China (China commerce), yang berkontribusi 65% terhadap pendapatan total Alibaba.
Segmen tersebut rupanya hanya mampu mendulang pendapatan 136,07 miliar Yuan China di kuartal I 2023 atau mengempis 3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi setelah volume transaksi (GMV) produk fisik di Taobao dan Tmall masih terlihat belum membaik.
Kendati begitu, pemulihan tingkat konsumsi masyarakat China pascapelonggaran kebijakan penanganan pandemi di Januari lalu diharapkan dapat mendongkrak kembali pendapatan perusahaan di segmen tersebut. Bahkan, buktinya pun sudah terlihat di Maret lalu, di mana GMV Taobao dan Tmall mulai meningkat, khususnya di kategori penjualan barang fesyen, aksesoris, dan kesehatan.
Tak hanya di segmen China commerce, penurunan pertumbuhan pendapatan juga terjadi di segmen bisnis komputasi awan (cloud) di triwulan lalu, yakni menurun 2% jika dihitung secara tahunan.
Sejatinya, banyak alasan yang menyebabkan pertumbuhan pendapatan di segmen awam terlihat keok. Namun, dua biang keladi utamanya adalah maraknya pelanggan Alibaba yang hijrah ke provider luar negeri serta munculnya keterlambatan di proyek awan hibrida (hybrid cloud).
Meski pendapatannya meningkat tipis, perusahaan untungnya mampu mencetak laba bersih sebesar 21,99 miliar Yuan China di kuartal I 2023 atau berbalik arah dibanding rugi bersih 18,35 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini, sayangnya, bukan terjadi karena pertumbuhan bisnis perusahaan, melainkan karena cuan yang dihasilkan dari investasi Alibaba di segelintir perusahaan terbuka. Asal tahu saja, perusahaan sukses membukukan laba bersih dari kegiatan investasi sebesar 10,49 miliar Yuan China di kuartal lalu atau berbeda 180 derajat dari rugi bersih 36,70 miliar Yuan China di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sayangnya, perusahaan gagal untuk mendongkrak raihan labanya lebih tinggi karena beban-bebannya ternyata membengkak.
Pada kuartal lalu, perusahaan menggelontorkan biaya operasional dan beban-beban lain sebesar 192,96 miliar Yuan atau tumbuh tipis 3% dibanding 187,33 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Apabila ditilik lebih detail, perusahaan terlihat menambah biaya administrasi dan pengembangan produk namun sukses mengurangi beban cost of revenue dan biaya pemasaran.
Baca Juga: Pluang Insight: Baidu Sukses Nikmati Masa 'Bulan Madu' di Kuartal Lalu
Memang, investor sejatinya menanti perilisan kinerja keuangan Alibaba kemarin. Namun, mereka tampaknya lebih antusias dalam menanti gebrakan apa saja yang bakal diumumkan perusahaan dalam earnings call tersebut. Maklum, investor sepertinya tak sabar dalam menanti babak baru dari "pemecahan diri" perusahaan ke enam unit usaha yang diumumkan Maret lalu.
Untungnya, dahaga investor pun terpenuhi. Kemarin, Alibaba tak hanya merilis satu pengumuman penting saja, namun tiga rencana aksi korporasi secara sekaligus!
Pertama, Alibaba berencana melakukan divestasi unit usaha komputasi awannya, Cloud Intelligence Group, melalui dividen kepada pemilik saham BABA di tahun depan. Divestasi ini pun bukan aksi main-main. Pasalnya, Alibaba tak hanya menarik kepemilikan sahamnya di unit bisnis senilai US$12 miliar tersebut, namun juga akan merestrukturisasi aset, utang, kontrak, hingga bonus karyawannya.
Aksi ini memberi sinyal bahwa Alibaba ingin menjadikan unit bisnis tersebut sebagai entitas independen. Sehingga, Cloud Intelligence Unit pun bisa leluasa menghimpun pendanaan ekstra dengan menawarkan sahamnya ke publik.
Kedua, Alibaba akan menambah pendanaan untuk unit usaha Alibaba International Digital Commerce Group. Rencananya, pendanaan tersebut akan digunakan anak usaha tersebut untuk ekspansi bisnis ke pasar baru, menambah penggunaan teknologi mutakhir dan menambah basis konsumen sehingga ia bisa meraih pertumbuhan kinerja keuangan yang mantap.
Ketiga, Alibaba juga berencana untuk menawarkan saham dua unit usahanya, yakni divisi penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga Freshippo dan divisi logistik Cainiao, ke publik melalui skema penawaran umum perdana (IPO). Rencananya, Alibaba akan melempar saham Freshippo ke publik antara 6-12 bulan mendatang dan akan menawarkan saham Cainiao ke publik pada 12-18 bulan mendatang.
Pluang beranggapan bahwa aksi IPO anak usaha Alibaba adalah hal yang menarik. Pasalnya, perseroan dapat meraih dana segar tambahan yang dapat dialokasikan untuk menumbuhkan segmen bisnis utama mereka atau membagikannya pada pemegang saham melalui dividen.
Nah, karena sepak terjang perusahaan dalam jangka menengah terlihat menarik, Pluang melihat bahwa saham Alibaba dapat menjadi salah satu saham yang menarik di jangka panjang.
Sejauh ini, konsensus analis memprediksi bahwa saham BABA akan menyentuh US$139,93 atau memiliki potensi kenaikan sebesar 63,1% dari harga penutupan Kamis (18/5). Selain itu, jika ditinjau dari rasio penerimaan per harga saham (Price-to-earning Ratio), maka saham Alibaba saat ini memiliki valuasi di 13,5x P/E atau di bawah rata-rata lima tahunnya di 32,6x P/E.
Transaksi Saham Alibaba di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini