Harga Bitcoin ternyata masih mampu melaju di awal pekan setelah terkoreksi sepanjang akhir pekan lalu. Beberapa harga altcoin juga terpantau ngebut mengekor sang raja aset kripto. Sayangnya, kabar kurang sedap datang dari pasar domestik di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melandai hari ini.
Apa yang terjadi di pasar kripto dan pasar domestik hari ini? Berikut ulasan singkatnya.
Perjalanan Bitcoin (BTC) memasuki babak baru. Setelah mengalami tekanan aksi jual akhir pekan lalu, kini sang raja aset kripto berhasil menembus level psikologis di kisaran US$62.000. Harga Bitcoin kini bercokol di kisaran US$62.700 per keping pada Senin (25/10) pukul 17.00 WIB.
Melansir Cointelegraph, harga Bitcoin ke depan diprediksi bakal mampu bertengger di kisaran US$90.000 per keping. Namun, sepertinya langkah tersebut tidaklah mudah. Pasalnya, saat ini pasar global sedang menghadapi ancaman hiperinflasi, yang salah satu biang keladinya adalah meroketnya harga komoditas.
Meski begitu, BTC sepertinya bisa menjaga kenaikan harganya dengan mumpuni. Terlebih, regulator pasar modal AS (Securities and Exchange Commission) berencana untuk menyetujui produk Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin lainnya. Hal ini akan membuat dedengkot aset kripto ini semakin dipandang sebagai aset investasi yang “sah” dan investor pun bisa memilikinya dengan harga terjangkau.
Seolah tidak mau kalah, altcoin lain pun mengekor gerak Bitcoin. Dogecoin (DOGE), misalnya, nilainya pada perdagangan hari ini berhasil naik 7,04%. Langkahnya diikuti oleh The Graph (GT) yang pergerakan nilainya bahkan lebih heboh yakni 11,82%.
Sementara itu, nilai Kusama (KSM) juga ikut naik 1,02% ke level US$406,10 dan nilai Solana (SOL) tumbuh 7,28% ke level US$209,15.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Batu Bara jadi Primadona, Ekonomi China Merana
Mengawali pekan di akhir Oktober, IHSG undur diri dengan nangkring di level 6.625,70 poin alias harus rela terkoreksi 0,27% dibandingkan sesi perdagangan sebelumnya.
Pelemahan IHSG ini cukup ironis mengingat nilai transaksi asing tercatat cukup tinggi pada hari ini, yakni mencapai Rp2,89 triliun.
Nampaknya, IHSG memang memang tengah masuk dalam fase konsolidasi setelah nilainya berlari 5% sejak awal Oktober. Sebab nyatanya, tingginya nilai net foreign buy tetap tidak bisa membawa laju indeks saham ke teritori positif.
Pada hari ini, investor terlihat memburu saham emiten perbankan berkapitalisasi pasar jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak Rp125,9 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp115 miliar, dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebanyak Rp106,5 miliar.
Di sisi lain, investor asing nampak menjauhi saham-saham konsumer. Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), misalnya, hari ini mencatatkan jual bersih asing sebesar Rp63,8 miliar. Nasib apes UNVR disusul oleh saham PT Astra International Tbk (ASII) yang dilego Rp62,5 miliar.
Saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) tak luput menjadi sasaran aksi jual para investor asing. Pada hari ini net foreign sell FREN mencapai Rp47,1 miliar.
Transaksi juga terlihat marak terjadi di pasar konsolidasi. Investor asing diketahui melakukan crossing saham PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) senilai Rp2,99 triliun. Saham emiten pemilik Metro Hospital itu diborong sebanyak 66,5 juta lot atau sekitar 66,5 miliar saham di harga Rp450 per saham.
Namun sayangnya, hal tersebut tidak berpengauh terhadap perdagangan saham perusahaan di pasar reguler. Hingga akhir penutupan hari ini, saham CARE hanya mampu naik tipis 0,44% ke level Rp456 per saham.
Nasib nahas menimpa harga komoditas batu bara. Setelah berhasil mencapai puncak tertingginya, harga batu bara di ICE Newcastle (Australia) ambruk 20,86% secara mingguan pekan lalu.
Banyak pihak menduga, harga batu bara bisa terus semakin longsor ke depan. Hal itu disebabkan oleh sikap pemerintah China yang berniat meningkatkan pasokan batu bara dari dalam negeri demi menstabilkan harga batu bara dunia.
National Development and Reform Commission (NDRC) China menargetkan dapat mencapai angka produksi harian sebanyak 12 juta ton agar dapat menurunkan harga batu bara dunia. Per 18 Oktober kemarin, produksi batu bara China sudah melonjak 8,6% ke level 11,6 juta ton.
Emiten batu bara dalam negeri pun kena imbasnya. Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, harus rela nilainya luntur 5,16% dalam sepekan. Kemudian, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga harus pasrah melihat nilainya susut 3,68% ke level Rp24.850 per saham.
Baca juga: Udah Kaya Makin Kaya! Harta Orang Kaya Sejagat Nambah US$1,3 T di 2020
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini