Rangkuman Kabar Kamis (28/10) mengungkap data realisasi investasi domestik yang ternyata lebih moncer dibanding Penanaman Modal Asing (PMA). Sementara itu, El Salvador ternyata serok Bitcoin lagi mentang-mentang sudah mengesahkan sang raja aset kripto itu sebagai alat pembayaran resmi.
Yuk, simak selengkapnya!
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang kuartal III-2021 mencapai Rp216,7 triliun, tumbuh 3,7% secara tahunan. Namun, jika dibandingkan dengan kuartal II-2021, realisasi ini melambat 2,8%.
Perlambatan terjadi pada pos penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp103,2 triliun alias terkoreksi 2,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) tumbuh subur 10,3% secara tahunan.
Tumbuhnya realisasi investasi secara tahunan tentu akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III. Sekadar informasi, realisasi investasi riil masuk ke dalam komponen Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB), yakni salah satu komponen pertumbuhan ekonomi.
Kenaikan investasi riil juga memiliki efek pengganda ekonomi yang paten, utamanya dalam bentuk penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat.
Selain itu, terdapat fakta menarik pada data realisasi investasi triwulan III-2021,yakni turunnya realisasi PMA di tengah realisasi PMDN yang tumbuh tinggi. Data ini merupakan sentimen positif yang menunjukkan bahwa basis modal dan pengusaha lokal cukup bergigi untuk membuat perekonomian tetap terkendali. Jika tren ini terus berlanjut, maka hal ini akan menjadi sentimen positif bagi pertumbuhan penyaluran kredit perbankan ke depan.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan Indonesia membutuhkan dana Rp3.500 triliun untuk mengurangi pemakaian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara yang kini masih mendominasi pasokan listrik nasional. Estimasi tersebut berasal dari biaya kompensasi pembangkit listrik yang masih berjalan, juga pembangkit yang sudah terlanjutr masuk kontrak bisnis PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Ia mengungkapkan, meski dana yang dibutuhkan terbilang besar, namun alternatif energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan merupakan keharusan. Pasalnya, PLTU berkontribusi sebesar 35% dari total emisi karbon Indonesia. Angka itu bahkan lebih tinggi dibanding target penurunan emisi karbon minimal yakni 29%.
Kendati sulit, mengurangi emisi karbon akan mengurangi dampak perubahan iklim seperti bencana ekologis yang diprediksi akan menimbulkan kerugian negara lebih besar lagi di masa mendatang.
Namun, mengalihkan pasokan listrik PLTU ke pembangkit lain juga bukan perkara mudah. Selama ini, PLTU dikenal sebagai penghasil listrik paling murah dengan kapasitas jumbo. Jika suplai listrik dialihkan ke energi terbarukan, maka ada kemungkinan tarif listrik bisa menjadi lebih mahal. Sehingga, pemerintah harus membuat skema agar tarif listrik EBT setidaknya bisa setaraf dengan listrik batu bara.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Shiba Inu Makin Paten, Kebijakan BI Masih Konsisten
Presiden El Salvador Nayib Bukele lewat cuitannya menyebut bahwa El Salvador telah memborong 420 keping Bitcoin ketika harganya sempat anjlok beberapa waktu lalu.
Pembelian itu membuat El Salvador kini memiliki 1.120 BTC senilai US$87,4 juta.
Bukele menyebut, sejak pembelian dilakukan, hingga cuitannya menjadi viral, El Salvador sudah mengantongi banyak keuntungan. Cuitan demi cuitan Bukele itu sendiri memicu reli Bitcoin sekitar 0,4%, hanya selama Bukele mengetik cuitannya saja.
Aksi beli Bitcoin mumpung harganya murah (buy the dip) merupakan salah satu aksi yang bisa membuat harga sang raja aset kripto itu kembali terangkat.
Namun, dampaknya bukan hanya di perkara kenaikan harga BTC semata. Aksi El Salvador ini membuktikan bahwa yurisdiksi sudah bisa memanfaatkan Bitcoin sebagai nilai tukar. Sehingga, hal ini bisa menjadi cerminan bagi negara lain yang berminat untuk mengadopsi Bitcoin atau mata uang kripto sebagai alat tukar resmi.
Perencana dari pihak National Development and Reform Commission (NDRC) China telah menetapkan target harga permulaan untuk nilai jual batu bara, yakni 1200 yuan per ton atau sekitar US$ 187,56. Angka ini terungkap saat NDRC mengadakan pertemuan dengan penambang dan distributor kemarin.
Harga tersebut jauh di bawah harga pasar batu bara di pasar China yakni sekitar 1.450-1.900 yuan per ton. Para trader mengatakan, level harga tersebut barulah permulaan. Ke depan, NDRC bahkan menargetkan harga batu bara yang jauh lebih murah, yakni sekitar 300-400 yuan per ton.
Turunnya harga batu bara di China tentu akan menyusutkan nilai ekspor Indonesia. Hal tersebut bisa mengancam surplus neraca dagang Indonesia, yang belakangan ini terus mencetak rekor tertingginya.
Namun bagi China, intervensi pemerintah atas harga batu bara bisa menurunkan tarif listrik. Tarif listrik yang melandai nantinya akan dinikmati oleh pelaku industri manufaktur, sehingga ongkos produksi mereka bisa ditekan.
Nah, ongkos produksi yang melandai akan meningkatkan produktivitas manufaktur China dan bikin pertumbuhan ekonomi China terangkat. Ujungnya, pertumbuhan ekonomi global akan terungkit, mengingat 18% Produk Domestik Bruto (PDB) global berasal dari negara tirai bambu tersebut.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: reuters, Kontan, CNN Indonesia, Coin Telegraph
Bagikan artikel ini