Scalping trading adalah gaya trading aset yang berfokus mencari cuan dari aksi jual menjual aset secara cepat. Dalam scalping, trader biasanya selalu membeli aset dalam harga rendah dan langsung menjualnya kembali ketika harganya sedikit mengalami peningkatan. Di dalam konsep trading jangka pendek, scalping adalah strategi mendulang profit dari jual-menjual aset dengan volume perdagangan yang besar.
Oleh karenanya, scalping trading mengharuskan trader untuk memiliki strategi yang jitu untuk keluar dari pasar (exit). Sebab, sang trader akan mendera kerugian yang besar jika ia salah menjual asetnya di harga yang tidak tepat.
Dengan demikian, mereka yang berkecimpung di scalping trading biasanya rajin memantau pergerakan harga dan berkonsentrasi penuh di data-data pasar agar bisa sukses.
Baca juga: 4 Langkah Sukses Trading, dari Stop Loss Sampai Ubah Perspektif!
Scalping trading adalah gaya jual-beli aset yang berdasarkan asumsi bahwa pergerakan harga sebuah aset di masa depan bersifat tidak pasti. Mereka percaya bahwa mengambil ceruk cuan sedikit demi sedikit akan lebih menguntungkan dibanding menggenggam aset di jangka panjang.
Alasannya, tentu kembali ke persepsi bahwa tidak ada yang tahu pergerakan aset di masa depan. Menurut mereka, tidak ada salahnya mencari cuan kecil dengan memanfaatkan harga aset yang meningkat secara mini ketimbang menggenggamnya dalam jangka waktu lama namun berujung ke kerugian.
Ini merupakan kebalikan dari pola pikir trader yang optimistis dalam berinvestasi, yang biasanya selalu menunggu saat tepat untuk menjual dan membeli sebuah aset tanpa terpengaruh pergerakan harga jangka pendek.
Selain itu, di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa para trader lebih menjagokan scalping trading ketimbang gaya trading lainnya.
Beberapa trader menganggap scalping trading adalah strategi trading yang paling utama (primer). Namun, sebagian lain menganggap gaya trading ini hanyalah pelengkap (suplemen) dari segudang strategi investasi yang mereka terapkan. Lantas, bagaimana cara membedakannya?
Mereka yang menganggap scalping sebagai strategi trading primer akan melakukan trading dalam jumlah banyak dalam sehari. Bahkan, jumlahnya bisa mencapai ratusan. Mereka biasanya memanfaatkan grafik dan data perdagangan dalam jangka waktu sekian menit saja. Untuk trading saham, biasanya para scalper juga memiliki akses langsung ke broker saham agar bisa melakukan jual-beli aset secara instan.
Sementara itu, mereka yang menganggap scalping sebagai suplemen biasanya menggunakan strategi ini ketika harga sebuah aset tidak menunjukkan tren apapun di dalam grafik analisis teknikal.
Sejauh ini, para trader mengenal tiga jenis strategi scalping trading.
Jenis pertama dari scalping trading adalah “menciptakan pasar” (market making). Yakni, kondisi di mana scalper mencoba mengkapitalisasi selisih harga sebuah aset dengan terus menerus melakukan penawaran beli (bid) dan penawaran jual (offer). Dengan kata lain, sang scalper berupaya “menaikkan” harga sebuah aset dengan memperbanyak frekuensi aksi bid and offer.
Hanya saja, strategi ini akan berhasil jika memang harga aset tersebut tidak berfluktuasi sebelumnya. Selain itu, scalper juga harus memantau dengan ketat, apakah terdapat scalper lain yang memanfaatkan situasi tersebut atau tidak. Terlebih, strategi ini pun hanya akan menghasilkan cuan yang sangat kecil. Sekali saja salah langkah, maka scalper akan mendera kerugian yang juga cepat.
Sementara itu, jenis kedua adalah strategi scalping trading di mana scalper membeli aset dalam volume besar dan menjualnya kembali ketika ada pergerakan harga sedikit pun. Hal ini bisa saja dilakukan tanpa harus melakukan proses market making.
Adapun jenis scalping trading ketiga adalah strategi di mana trader akan segera keluar dari pasar jika rasio risiko terhadap cuannya berada di posisi 1:1.
Baca juga: Tetap Cuan! Ini Dia Strategi Investasi Bitcoin Saat Harga Turun!
Selayaknya strategi trading, tentu scalping trading memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri.
Kelebihannya, para trader bisa mendapatkan cuan tanpa harus repot-repot belajar mengenai sisi fundamental sebuah aset. Yang perlu mereka lakukan hanyalah disiplin dalam melihat pergerakan harga aset tersebut secara teratur. Ini lantaran sisi fundamental sebuah aset tidak begitu penting di dalam jangka waktu perdagangan yang pendek.
Selain itu, para scalper biasanya juga terhindar dari risiko pasar, utamanya fluktuasi harga aset. Ini lantaran scalping trading adalah strategi yang memang diciptakan untuk meminimalisasi kerugian dari ketidakpastian harga aset di masa depan.
Hanya saja, strategi ini pun memiliki kekurangan. Yang pertama, scalping trading membutuhkan kalkulasi yang matang agar tidak buntung. Mengapa demikian?
Para scalper tentu akan sering melakukan aksi bid dan offer dalam sehari, di mana mereka harus membayar biaya komisi perdagangan di setiap sesi perdagangannya. Nah, dalam hal ini, mereka harus menentukan berapa cuan yang perlu mereka dapat dari seluruh aksi bid dan offer tersebut. Sehingga, jangan sampai profit yang mereka kumpulkan ternyata habis untuk membayar komisi tersebut.
Selain itu, strategi scalping membutuhkan konsentrasi dan fokus yang tinggi. Akibatnya, mereka bisa saja melewatkan kesempatan trading di aset lain yang ternyata menghasilkan cuan yang lebih baik.
Baca juga: Investor Kripto RI Tembus 4,2 Juta. Gimana Caranya Agar Kita yang Paling Cuan?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini