Hari-hari ini, kita kerap melihat istilah konglomerasi, entah itu konglomerasi perusahaan atau media. Konglomerasi adalah perusahaan besar (induk) yang beranggotakan berbagai macam perusahaan dan bergerak dalam bidang usaha bermacam-macam.
Holding company atau perusahaan induk adalah entitas bisnis, yakni perusahaan induk yang tidak memproduksi apa pun, menjual produk atau layanan apa pun, atau melakukan operasi bisnis lainnya. Sebaliknya, perusahaan induk memegang saham pengendali di perusahaan lain.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pada 1 Januari 2019 perusahaan yang memiliki anak usaha harus memiliki induk konglomerasi. Aturan tentang perusahaan induk konglomerasi keuangan (PIKK) ini pun dibuat untuk mewadahi kepentingan ini.
Beberapa negara seperti Malaysia, Korea, dan Singapura telah menerapkan aturan tentang Financial Holding Company, atau PIKK.
“Dengan holding company khusus untuk sektor jasa keuangan, maka seluruh aktivitas KK dapat dikonsolidasikan dan dikendalikan oleh PIKK,” ujar Agus Edy Siregar, Deputi Komisioner Terintegrasi OJK beberapa waktu lalu.
Baca juga: Enam Saran Investasi untuk Anak Muda dari Para Pakar
Terdapat dua konsep mengenai konglomerasi yang selama ini digunakan oleh pelaku bisnis. Mereka adalah konglomerasi sebagai perusahaan induk dan konglomerasi sebagai penyokong utama gurita bisnis mereka.
Dalam konsep konglomerasi sebagai perusahaan induk, maka perusahaan berperan memiliki kapasitas pengawasan, utamanya mengawasi keputusan manajemen gurita anak usaha di bawahnya. Namun, perusahaan induk tidak berpartisipasi secara aktif dalam menjalankan operasi bisnis sehari-hari dari anak perusahaan.
Dalam hal ini, perusahaan induk adalah jenis organisasi keuangan dengan kepentingan pengendali di perusahaan lain, yang disebut anak perusahaan. Ia dapat mengontrol kebijakan anak perusahaan dan mengawasi keputusan manajemen, tapi tidak menjalankan operasi sehari-hari.
Sementara itu, dalam pemahaman konglomerasi adalah penyokong perusahaan induk, maka perusahaan ini dilindungi dari kerugian yang diakumulasikan oleh anak perusahaan. Jadi, jika anak perusahaan bangkrut, kreditornya tidak dapat mengejar perusahaan induk.
Perusahaan induk biasanya hadir hanya untuk tujuan mengendalikan perusahaan lain. Ia juga dapat memiliki properti, seperti real estat, paten, merek dagang, saham, dan aset lainnya.
Bisnis yang sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan induk disebut sebagai “anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya”. Meski perusahaan induk dapat mempekerjakan dan memecat manajer dari perusahaan yang dimilikinya, para manajer tersebut pada akhirnya bertanggung jawab atas operasi mereka sendiri.
Perusahaan induk menikmati manfaat perlindungan dari kerugian. Jika anak perusahaan bangkrut, perusahaan induk dapat mengalami kerugian modal dan penurunan kekayaan bersih. Namun, kreditur perusahaan yang bangkrut tidak dapat secara hukum mengejar perusahaan induk untuk mendapatkan remunerasi.
Akibatnya, sebagai strategi perlindungan aset, perusahaan induk dapat membuat anak perusahaan untuk setiap lini bisnisnya. Misalnya, satu anak perusahaan dapat memiliki nama merek dan merek dagang perusahaan induk, sementara anak perusahaan lainnya dapat memiliki real estatnya.
Pada poin inilah, konglomerasi adalah jalan penyelamat bagi keberlangsungan anak perusahaan di bawahnya.
Taktik ini berfungsi untuk membatasi eksposur kewajiban keuangan dan hukum dari perusahaan induk (dan berbagai anak perusahaannya). Hal ini juga dapat menekan kewajiban pajak perusahaan secara keseluruhan dengan secara strategis mendasarkan bagian tertentu dari bisnisnya dalam yurisdiksi yang memiliki tarif pajak lebih rendah.
Baca juga: Berapa Uang yang Dibutuhkan untuk Hidup Bahagia? Ini Kata Pakar
Jika perusahaan induk didirikan dengan benar, kewajiban utang satu anak perusahaan tidak akan memengaruhi anak perusahaan lainnya. Dalam kapasitas ini, konglomerasi adalah pilihan yang tepat untuk melanjutkan bisnis. Karena jika satu anak perusahaan menyatakan pailit, hal itu tidak akan berdampak pada yang lain.
Perusahaan induk juga dapat melayani tujuan melindungi aset pribadi individu. Dengan perusahaan induk, aset tersebut secara teknis dipegang oleh korporasi. Akibatnya, individu terlindungi dari kewajiban utang, tuntutan hukum, dan risiko lainnya.
Perusahaan induk mendukung anak perusahaan mereka dengan menggunakan sumber daya mereka untuk menurunkan biaya modal operasi yang sangat dibutuhkan.
Dengan menggunakan jaminan hilir, perusahaan induk dapat menjaminkan pinjaman atas nama anak perusahaan. Pada akhirnya, hal ini dapat membantu perusahaan memperoleh pembiayaan utang dengan suku bunga yang lebih rendah daripada yang dapat mereka peroleh sendiri.
Pada poin ini konglomerasi adalah pendukung keberadaan anak perusahaannya. Lantaran didukung oleh kekuatan keuangan perusahaan induk, risiko anak perusahaan dari gagal bayar utangnya turun drastis.
Salah satu perusahaan induk terkenal adalah Berkshire Hathaway. Asetnya lebih dari seratus perusahaan publik dan swasta. Termasuk di antaranya Dairy Queen, Clayton Holmes, Duracell, GEICO, Fruit of the Loom, RC Willey Home Furnishings, dan Marmon Group.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini