Investasi jangka pendek adalah kegiatan untuk mendulang cuan di waktu yang pendek namun dengan risiko lebih rendah. Simak selengkapnya di sini!
Investasi jangka pendek adalah kegiatan investasi yang umumnya dilakukan dalam rentang waktu mulai dari satu hingga lima tahun lamanya.
Investasi jangka pendek fokus pada kegiatan investasi yang melibatkan aset-aset yang mampu dikonversi menjadi uang kas dengan cepat. Sehingga, investor dapat menarik pokok investasi atau imbal hasilnya kapan pun sesuai kebutuhannya.
Selain itu, investor juga melakukan investasi jangka pendek dengan tujuan untuk menjaga kekayaannya dari gerusan inflasi di jangka pendek. Nah, oleh karenanya, karakteristik ini berbeda dengan investasi jangka panjang, di mana tujuannya adalah untuk mencapai tujuan finansial di jangka panjang.
Hanya saja, investasi jangka pendek berbeda dengan kegiatan trading karena keduanya memiliki fundamental yang berbeda.
Secara hakekatnya, investasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendulang untung dalam bentuk apresiasi harga atau imbal hasil. Sementara itu, trading merupakan aktivitas mencari cuan dengan memanfaatkan fluktuasi harga aset di jangka pendek.
Selain itu, perbedaan lain antara keduanya adalah risiko, di mana trading tentu memiliki risiko lebih besar ketimbang investasi.
Investor bisa merasakan manfaat investasi jangka pendek seperti berikut:
Kendati demikian, investasi jangka pendek juga memiliki kelemahan seperti:
Investor dapat memilih beragam aset sebagai wahana andalannya dalam kegiatan ini. Namun, berbeda dengan investasi jangka panjang, aset-aset yang dimanfaatkan di investasi ini sangat tergantung dengan periode investasi yang dipilih sang investor. Yuk, simak selengkapnya!
Jika investor ingin berinvestasi kurang dari dua tahun, maka ia bisa menjatuhkan pilihan pada instrumen-instrumen yang berjangka sangat pendek. Dalam hal ini, investor bisa memanfaatkan reksa dana pasar uang.
Kedua instrumen itu bisa menjadi pilihan jitu lantaran imbal hasil keduanya, pada umumnya namun tidak selalu, lebih besar dari bunga simpanan perbankan. Sehingga, sang investor pun berkesempatan untuk mengalahkan inflasi jika menempatkan dana di kedua produk-produk tersebut.
Namun, sebagai opsi lainnya, investor juga bisa menempatkan dana di Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang bertenor dua tahun. Investor bisa mengambil keputusan ini jika ingin memperoleh imbal hasil tetap per bulannya. Di Indonesia, contoh SBN ritel yang bertenor dua tahun adalah Savings Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Tabungan (ST).
Investor bisa memilih beragam instrumen dengan tenor dua-tiga tahun jika memutuskan ingin berinvestasi dengan rentang waktu tersebut. Dalam hal ini, investor bisa memanfaatkan reksa dana pendapatan tetap atau SBN ritel yang bertenor dua hingga tahun, seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau Sukuk Ritel (SR).
Jika investor berniat investasi dengan kurun tiga hingga lima tahun, maka investor bisa memilih instrumen seperti sertifikat deposito. Yakni, sebuah produk perbankan yang memberikan premi suku bunga sebagai imbalan bagi pelanggan dengan membiarkan deposito tersimpan dalam jangka waktu tertentu.
Instrumen investasi ini cukup populer karena terbilang aman. Hal ini mengingat produk sertifikat deposito diterbitkan oleh bank-bank yang berada di bawah pengawasan otoritas moneter. Di samping itu, nasabah bisa menjual kembali sertifikat tersebut jika ingin menjualnya. Tak ketinggalan, nasabah juga bisa memilih pencairan bunga setiap bulan atau di tanggal jatuh temponya.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Referensi: NerdWallet, Corporate Finance Institute
Bagikan artikel ini