Sepanjang awal 2025, pasar keuangan China telah mendapatkan upgrade rating dari JP Morgan dan Morgan Stanley. Hal ini sangat menarik untuk diperhatikan investor mengingat Pemerintah China pun tetap mantap untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada 2025F sebesar 5%.
Target tersebut seperti yang tertulis dalam Two Sessions Meeting yang mana Pemerintah China siap untuk memperlebar fiscal deficit menjadi 3,4% PDB dan penerbitan obligasi Pemerintah khusus sebesar 4.5Tn Yuan. Artinya, intervensi Pemerintah akan lebih dioptimalkan untuk mendongkrak ekonomi.
Namun, tak berhenti sampai di situ. China juga menerapkan strategi cerdas yang disebut China +1 Strategy sebagai salah satu cara untuk bertahan di tengah serangan tarif agresif yang diluncurkan oleh Trump.
Sektor manufaktur di China memang masih sangat aktif dalam menopang perekonomian domestik dengan porsi sebesar 26,2% (per 2023). Kalau sebelumnya, semua operasional berpusat hanya di China, kali ini China+1 lebih memilih untuk berekspansi dengan menempatkan operasionalnya di negara lain.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko over reliance terhadap satu negara saja (dalam hal ini China) sekaligus mendukung perkembagan negara berkembang lainnya.
Secara garis besar, ada 2 faktor utama yang mendorong kemunculan China+1 Strategy ini, antara lain :
Selama 2 dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi China yang sangat pesat membuat biaya tenaga kerja makin mahal dan ada pengetatan terhadap regulasi Pemerintah. Padahal sebelumnya China menjadi primadona investor asing karena 2 keunggulan tersebut (biaya tenaga kerja murah dan regulasi bersahabat).
Kepemimpinan Trump kali kedua rupanya tetap berujung pada hal yang sama yakni pengenaan tarif untuk barang impor. Pada tahap awal saja, AS telah mengenakan tarif sebesar 25% terhadap China.
Therefore, China harus mencari cara untuk realokasi pabrik manufaktur sehingga bisa meminimalisir dampak dari trade war II tersebut.
Beberapa negara yang menjadi destinasi bagi realokasi China, antara lain :
Walaupun terlihat sebagai strategi yang cerdas dan matang, sebenarnya masih ada beberapa tantangan dari strategi ini, antara lain :
1. Penyesuaian terhadap regulasi baru, hal ini wajib diperhatikan Pemerintah China dan para pelaku industri mengingat realokasi operasional ditujukan untuk jangka waktu yang sangat panjang (dan mungkin tak terbatas). Thus, satu industri yang sama di 2 negara berbeda bisa aturan main yang berbeda pula.
2. Memastikan supply chain yang kuat, hal ini jadi tantangan besar karena artinya wajib ada supplier baru yang bisa memasok kebutuhan industri dari perusahaan China tersebut.
3. Perbedaan bahasa dan budaya, yang mana tantangan ini jadi satu hal yang harus ditangani sejak awal untuk memudahkan komunikasi.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp10.000 dan hanya tiga kali klik saja! Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Pius Bagas H
Pius Bagas H
Bagikan artikel ini