Pada 6 September 2024, investor menunggu salah satu sinyal yang menandakan adanya resesi, yakni mengenai data ketenagakerjaan AS. Dengan kondisi data yang memburuk ketenagakerjaan yang semakin buruk maka akan berdampak negatif pada pasar saham dan juga cryptocurrency.
Investor lebih menanti-nanti data ketenagakerjaan karena indikator ini merupakan leading indicator yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian terkini. Sebaliknya, data inflasi merupakan lagging indicator, dimana ketika data inflasi memburuk maka sudah terlalu telat bagi investor untuk menyelamatkan modal/capital mereka karena potensi crash semakin besar atau mungkin sudah terjadi.
Sudah terdapat konsensus terkait dengan data perekonomian, seperti gambar dibawah ini, namun apabila data yang nantinya keluar lebih buruk, maka potensi mini crash dapat terjadi seperti yang terjadi di tanggal 5 Agustus 2024, dimana pada saat itu data ketenagakerjaan per Juli 2024 yang dirilis pada 2 Agustus 2024 menunjukan angka yang buruk, walaupun tidak di pungkiri terdapat juga sentimen carry trade Jepang.
Namun, terdapat indikator lainnya yang dapat diamati oleh investor, yakni inverted yield curve. Inverted yield curve adalah kondisi di mana yield obligasi pemerintah jangka panjang lebih rendah dibanding obligasi bertenor pendek. Saat ini kondisinya masih belum terjadi inverted, namun kami memperkirakan hal ini akan terjadi dan setelah terjadinya inverted akan terjadi potensi market crash seperti gambar dibawah ini yang menggambarkan kondisi resesi dan indeks 2s10s yield curve:
Sobat cuan dapat melihat bahwa secara historis setelah terjadinya inverted yield curve maka resesi terjadi (big crash). Terdapat lagging antara inverted yield curve yang berbalik arah dan periode resesi seperti yang digambarkan di tabel ini:
Mungkin beberapa sobat cuan mengatakan bahwa, tapi kan terdapat cut rate yang dilakukan oleh The Fed yang bisa berdampak positif kepada pasar saham dan crypto.
Ya, memang benar hal tersebut akan membawa dampak positif bagi seperti yang digambarkan pada tabel return setelah cut rate.
Namun, sobat cuan juga harus tau suatu fakta bahwa 8 dari 15 cut rate membawa pada resesi karena The Fed sudah terlalu terlambat untuk menurunkan suku bunga karena target The Fed melihat pada angka inflasi, sedangkan data inflasi adalah lagging indicator, dimana bisa saja ketika The Fed menurunkan suku bunga namun kondisi market sudah resesi.
Dengan adanya fakta tersebut, investor harus tetap waspada akan kondisi market dan selalu prepare cash, sehingga apabila sewaktu-waktu terjadi crash, investor dapat "buy the dip".
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini