Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Pelajari

Strategi Memulai Perjalanan Leverage
shareIcon

Strategi Memulai Perjalanan Leverage

0 dilihat·Waktu baca: 6 menit
shareIcon
Strategi Memulai Perjalanan Leverage

Kegiatan leverage adalah aktivitas yang menggiurkan bagi investor. Namun, cuan yang mereka dulang bisa kurang maksimal jika salah menentukan strategi investasi. Lantas, seperti apa strategi yang bisa kamu terapkan untuk leverage? Simak di sini!

Strategi Berdasarkan Waktu Pembagian Dividen

Dividen adalah salah satu keuntungan yang bisa diraih pemegang saham dalam jangka panjang. Dividen sendiri adalah porsi laba yang dihasilkan perusahaan terbuka untuk pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang dimiliki. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan saham seseorang, maka semakin besar pula potensi dividen yang didapat.

Tetapi, jika kamu menggunakan investasi leverage di Pluang, maka potensi dividen yang bisa kamu raih dari investasi saham bahkan bisa berkembang dua kali lipat! Pasalnya, seperti yang telah diketahui di artikel sebelumnya, kamu bisa mendapatkan eksposur saham dua kali lipat lebih besar jika memanfaatkan fitur tersebut. Tak heran jika kemudian nilai dividenmu bertumbuh dua kali lipat mengikuti daya ungkit eksposurnya.

Hanya saja, emiten tak mungkin menebar dividen setiap hari. Oleh karenanya, jika Sobat Cuan ingin mengincar dividen jumbo dari sebuah emiten, maka kamu bisa memanfaatkan fitur leverage menjelang tanggal pembagian dividen sebagai strategi investasimu. Namun, sebelum melancarkan kiat tersebut, kamu perlu memastikan bahwa sang emiten diramal berpotensi mencetak kinerja keuangan yang baik pada periode tersebut.

Sebagai ilustrasi, yuk simak contoh berikut!

Pak A dan Pak B diketahui adalah dua investor saham AS. Keduanya ingin membeli saham Intel Corp (INTC) dan masing-masing menyiapkan modal awal yang sama untuk berinvestasi, yakni US$3.500 atau setara Rp54,6 juta.

Mereka pun memiliki tujuan investasi serupa, yaitu ingin mendapatkan dividen dari emiten tersebut. Maklum, menurut kabar pasar yang didengar keduanya, INTC berpotensi mencetak performa keuangan mumpuni pada periode tersebut.

Namun bedanya, Pak A mengejar dividen dengan berinvestasi saham AS tunggal tanpa leverage, sementara Pak B ingin mengungkit “daya beli” modal awalnya melalui leverage. Keduanya kemudian sama-sama membeli saham INTC saat harganya menyentuh US$27,42 per lembar pada 2 November 2022.

Lima hari kemudian, atau 7 November 2022, INTC rupanya membagikan dividen sebesar US$0,365 per lembar saham atau setara dengan payout ratio sebesar 1,3% dari laba perseroan.

Sebagai “pemburu dividen”, keduanya pun kompak ingin menjual kepemilikan mereka sehari setelah recording date dividen INTC atau 8 November 2022. Lantas, berapa nilai total hasil penjualan saham dan bunga dividen yang masing-masing diterima Pak A dan Pak B di tanggal tersebut? Sobat Cuan bisa menemukan jawabannya melalui tabel berikut!

Tabel di atas menunjukkan bahwa total cuan yang diraih Pak A mencapai US$181,89, sementara Pak B memperoleh keuntungan hampir dua kali lipatnya, yakni US$349,5 meski keduanya menggelontorkan modal awal yang sama. Hanya saja, keuntungan yang didapat Pak B memang tak tepat dua kali lipat dari Pak A lantaran ia harus membayar overnight fee selama enam hari lamanya.

Dengan demikian, Sobat Cuan bisa melancarkan strategi yang sama jika ingin mengejar keuntungan berganda dari dividen sebuah emiten.

Strategi Berdasarkan Jangka Waktu Investasi

Kegiatan investasi memiliki paradigma tujuan jangka panjang. Kendati demikian, kamu akan menemukan kondisi berbeda jika memanfaatkan leverage untuk investasi. Pasalnya, keuntungan yang didapatkan dari kegiatan leverage umumnya akan lebih maksimal di jangka pendek ketimbang jangka panjang.

Meski begitu, ada kalanya investor justru meraih untung fantastis menggunakan leverage jika ia memutuskan investasi jangka panjang.

Lantas, apa penentu keberhasilan leverage baik di jangka pendek maupun jangka panjang? Nah, sebagai gambaran, Sobat Cuan bisa melihat dua contoh studi kasus berikut!

1. Leverage untuk Investasi Jangka Pendek

Anggap saja Pak A dan Pak B adalah dua investor yang sedang membidik keuntungan dari menggenggam saham Apple (AAPL). Mereka beranggapan bahwa saham raksasa teknologi tersebut tergolong saham blue chip yang nilainya jarang mengalami diskon, sehingga risikonya pun terbilang rendah.

Alhasil, keduanya pun berniat menanamkan modal di saham tersebut sebesar US$3.500, atau sekitar Rp54,25 juta, dan berniat menggandakan eksposurnya melalui leverage di aplikasi Pluang. Lantaran Pluang memberikan daya ungkit eksposur saham AAPL sebesar dua kali lipat, maka “daya beli” Pak A dan Pak B masing-masing menjadi US$7.000.

Akhirnya, keduanya pun membeli saham AAPL pada 16 Juni 2022 di harga US$130,06 per lembar, alias harga terendah AAPL sepanjang 2022. Dalam hal ini, Pluang membebankan overnight fee sebesar 13% per tahun atau 0,0333% per malam.

Namun, meski melakukan aksi serupa, keduanya punya prinsip investasi yang bertolak belakang. Di satu sisi, Pak A menganggap saham blue chip dengan harga murah adalah pilihan investasi tepat untuk jangka panjang. Di sisi lain, Pak B menilai bahwa membeli saham blue chip memiliki risiko yang lebih rendah dibanding saham lainnya di tengah gejolak pasar yang tak menentu.

Alhasil, setelah AAPL merilis laporan keuangannya pada 26 September 2022, Pak B memutuskan menjual kepemilikannya ketika harga AAPL berada di US$150,7. Dengan kata lain, Pak B meraup keuntungan 15,9% dalam periode investasi 102 hari dan dengan total overnight fee sebesar 3,4% dari harga sahamnya.

Sementara itu, Pak A memutuskan terus menggenggam saham AAPL dan menjualnya pada 6 Desember 2022 ketika harganya berada di US$142,91 per lembar. Namun, berbeda dengan Pak B, Pak A ternyata hanya memperoleh keuntungan 12,7% dalam kurun 173 hari investasi dan dibebani overnight fee sebesar 5,2%. Dengan kata lain, return Pak A lebih rendah dari Pak B dengan beban overnight fee yang lebih mahal.

Lebih lanjut, selain memperhatikan lamanya periode investasi, Sobat Cuan juga harus memasukkan faktor overnight fee sebelum memutuskan menggunakan leverage untuk investasi jangka panjang.

Sebagai contoh, seperti yang telah diutarakan di atas, Pluang mematok overnight fee sebesar 13% per tahun. Dengan demikian, jika kamu ingin mengendapkan suatu saham lebih dari satu tahun, maka kamu harus pintar mencari saham yang berpotensi menghasilkan return lebih besar dari 13% di periode yang sama.

2. Leverage Untuk Investasi Jangka Panjang

Contoh di atas mengindikasikan bahwa aktivitas leverage akan lebih menguntungkan untuk kegiatan investasi jangka pendek. Namun, terdapat pula beberapa kasus di mana beberapa saham mampu menghasilkan return yang lebih fantastis dalam jangka panjang. Nantinya, investor bisa melipatgandakan keuntungan tersebut melalui leverage!

Untuk memahaminya, mari mengambil contoh investasi saham Coca Cola (KO) berikut!

Pak A dan Pak B adalah dua orang investor yang membeli saham KO pada 25 Oktober 2022. Alasannya, saat itu perseroan mengumumkan membukukan laba bersih kuartal III 8% lebih tinggi dibanding estimasi analis. Alhasil, keduanya sama-sama memutuskan berinvestasi US$3.500 ke saham tersebut dan kompak memanfaatkan leverage. 

Namun, Pak A dan Pak B ternyata punya pola investasi yang berbeda. Pak A menggunakan leverage untuk mendulang cuan jangka pendek sementara Pak B memilih investasi jangka panjang. Kala itu, Pak B menganggap bahwa nilai saham KO, yang merupakan saham milik perusahaan konsumer, akan bertumbuh stabil di tengah ketidakpastian pasar.

Tiga hari kemudian, atau 28 Oktober 2022, nilai saham KO ternyata melejit 3,07%. Pak A pun lantas memutuskan menjual saham KO dengan keuntungan bersih US$213. Sementara itu, Pak B masih konsisten menahan saham KO dan menjualnya pada 7 Desember 2022 dengan alasan untuk meliburkan diri dari pasar finansial di akhir tahun.

Ternyata, apabila dihitung dari tanggal beli hingga tanggal jual saham Pak B, nilai saham KO melesat 7,8%. Sehingga, Pak B mendulang keuntungan bersih US$473, yang dihitung dari keuntungan saham US$545 dikurangi overnight fee US$72,5.

Apa Kesimpulannya?

Sobat Cuan sebaiknya teliti dalam memilah-milah jenis saham yang berprospek baik dalam jangka pendek atau panjang jika ingin memanfaatkan leverage. 

Seperti yang diketahui, leverage adalah kegiatan berisiko tinggi, sehingga kamu tak boleh salah langkah. Oleh karenanya, kamu harus rajin menggali informasi pasar dengan detail dan jangan lupa untuk terus belajar mengenai analisis saham, baik fundamental maupun teknikal. Nantinya, kamu dapat menentukan saham yang tepat untuk di-leverage dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Namun, Pluang beranggapan bahwa penggunaan leverage tetap akan lebih maksimal jika digunakan dalam jangka pendek dibanding jangka panjang. Ini lantaran volatilitas pasar saham yang kencang bisa membuat investor ketiban durian runtuh dari leverage.

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
1.

Apa Itu Day Trade Leverage dan Bagaimana Cara Kerjanya?

card-image
2.

Mengenal Istilah dalam Kegiatan Leverage

card-image
3.

Manfaat Investasi Leverage

card-image
4.

Cara Menggunakan Leverage di Aplikasi Pluang

card-image
5.

Apa Risiko Aktivitas Leverage dan Bagaimana Memitigasinya?

card-image
6.

Menentukan Strategi Investasi Leverage

card-image
7.

Strategi Memulai Perjalanan Leverage

card-image
8.

Apa Itu Leverage dan Bagaimana Cara Kerjanya?

card-image

Pelajari Materi Lainnya

cards
Pemula
Diversifikasi 101

Salah satu konsep penting dalam investasi adalah...

no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1