Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Pelajari

1. Memahami Risiko dalam Investasi
shareIcon

1. Memahami Risiko dalam Investasi

0 dilihat·Waktu baca: 12 menit
shareIcon
Memahami Risiko dalam Investasi

Dibalik untungnya investasi, ada sejumlah risiko yang harus dipahami Sobat Cuan. Selengkapnya baca di sini!

1.1 Latar Belakang

Investasi dalam aset apapun dapat menjadi salah satu cara untuk mendapatkan pemasukan dan bisa mengembangkan kekayaan dalam jangka panjang.

Namun, sama seperti instrumen investasi lain, instrumen investasi pastinya memiliki risiko yang perlu investor perhatikan. 

1.1.1 Sekilas tentang Investasi 

Investasi merupakan pengelolaan keuangan dengan maksud untuk mengembangkan dana atau meningkatkan kekayaan.

Ada berbagai macam jenis investasi, termasuk emas, reksadana, deposito, obligasi, saham, properti, dan lain sebagainya. Apapun pilihan instrumen yang akan Sobat Cuan ambil, penting untuk memahami risiko investasi sebelum memulai.

Walaupun terdapat risiko dalam investasi, manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengelolaan keuangan ini juga signifikan. Beberapa di antaranya melibatkan:

  1. Menjamin kestabilan keuangan di masa depan.
  2. Aset investasi dapat menghasilkan pendapatan tambahan sebagai sumber penghasilan tetap.
  3. Mengurangi risiko terjebak dalam hutang dengan lebih fokus pada penyaluran dana untuk tabungan atau investasi.
  4. Menghindari risiko tekanan keuangan yang dapat muncul.
  5. Menyediakan jaminan finansial bagi keluarga di masa mendatang.

Investasi dianggap sebagai bagian integral dari perencanaan keuangan jangka panjang yang krusial untuk membangun masa depan finansial. Oleh karena itu, meskipun terdapat risiko, sebaiknya tetap alokasikan sebagian penghasilan demi meraih keuntungan dari kegiatan investasi.

1.2 Jenis-jenis Risiko dalam Investasi

Sobat Cuan akan memahami 7 jenis risiko investasi dengan lebih detail untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya hal tersebut di masa depan.

Berikut tiga jenis risiko dalam investasi: 

1.2.1 Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko pasar, yang juga dikenal sebagai risiko sistematis, adalah potensi kerugian akibat fluktuasi harga instrumen keuangan yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti pergeseran ekonomi, perkembangan politik, atau bencana alam. Jenis risiko ini memengaruhi semua sekuritas di pasar atau kelas aset tertentu dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi.

  1. Harga Aset: Perubahan harga aset (contohnya saham) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kinerja perusahaan, tren industri, kondisi ekonomi, dan sentimen investor. Harga saham dapat berubah-ubah, dan risiko pasar muncul dari ketidakpastian pergerakan harga ini. Harga aset yang menurun dapat mengakibatkan kerugian modal yang diakibatkan penjualan aset dengan harga lebih rendah dibandingkan harga beli.
  2. Suku Bunga: Perubahan suku bunga memengaruhi nilai aset berpendapatan tetap seperti obligasi. Ketika suku bunga naik, harga obligasi turun, dan sebaliknya. Risiko suku bunga ini berdampak pada investor perorangan dan institusi yang memegang obligasi dalam portofolio mereka.
  3. Nilai Tukar: Untuk bisnis yang beroperasi di berbagai negara atau investor yang memiliki aset asing, pergerakan nilai tukar dapat memengaruhi imbal hasil secara signifikan. Fluktuasi nilai tukar dapat memengaruhi nilai investasi dan keuntungan dari perdagangan internasional.
  4. Harga Komoditas: Perusahaan yang terlibat dalam produksi, distribusi, atau konsumsi komoditas terpapar risiko harga komoditas. Risiko ini muncul dari volatilitas harga komoditas seperti minyak, emas, produk pertanian, dan logam, yang berdampak pada pendapatan dan biaya.

Risiko pasar melekat pada investasi dan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Namun, investor dapat mengelola risiko ini melalui diversifikasi, lindung nilai, dan strategi manajemen risiko lainnya untuk mengurangi dampak pergerakan pasar yang merugikan pada portofolio mereka.

1.2.2 Risiko Kredit (Credit Risk)

Risiko kredit, yang juga dikenal sebagai risiko gagal bayar, adalah risiko dimana peminjam atau pihak lawan akan gagal memenuhi kewajiban keuangan mereka, seperti membayar kembali pinjaman atau memenuhi perjanjian kontrak. Risiko ini lazim terjadi pada aktivitas peminjaman dan investasi dimana satu pihak memberikan kredit kepada pihak lain.

  1. Lembaga Pemberi Pinjaman: Bank, credit unions, dan lembaga keuangan lainnya menghadapi risiko kredit saat mereka meminjamkan uang kepada individu, bisnis, atau lembaga lain. Jika peminjam gagal membayar pinjaman mereka, lembaga pemberi pinjaman dapat mengalami kerugian.
  2. Investor Obligasi: Investor obligasi terpapar risiko kredit saat mereka berinvestasi dalam obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau perusahaan. Jika penerbit obligasi gagal membayar, pemegang obligasi mungkin tidak menerima pembayaran bunga atau jumlah pokok seperti yang dijanjikan.
  3. Risiko Counterparty: Dalam transaksi derivatif dan transaksi keuangan lainnya, risiko counterparty mengacu pada risiko bahwa pihak lain yang terlibat dalam transaksi tidak akan memenuhi kewajibannya. Risiko ini sangat signifikan terutama pada aset derivatif yang diperdagangkan di luar bursa atau over the counter (OTC), di mana tidak ada lembaga kliring sentral.

Manajemen risiko kredit mencakup penilaian kelayakan kredit peminjam atau counterparty dan penerapan strategi untuk mengurangi potensi kerugian. Pemberi pinjaman dan investor sering menggunakan skor kredit, laporan keuangan, dan indikator lainnya untuk mengevaluasi risiko kredit. Mereka juga dapat menggunakan derivatif kredit, seperti credit default swap, atau melakukan hedging untuk melindungi nilai aset dari potensi kerugian akibat gagal bayar.

1.2.3 Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Risiko likuiditas adalah risiko bahwa investor atau entitas tidak dapat menjual aset dengan cukup cepat untuk mencegah kerugian atau untuk mengakses dana saat dibutuhkan. Risiko ini muncul dari kemungkinan memburuknya kondisi pasar atau kurangnya pelaku pasar yang bersedia membeli aset pada harga yang wajar.

  1. Kondisi Pasar: Risiko likuiditas dapat meningkat pada periode financial stress dimana kondisi pasar tidak menentu atau bahkan kondisi pasar yang menurun pasar ketika ada kekurangan likuiditas secara umum di pasar. Selama periode ini, investor mungkin merasa kesulitan untuk menjual aset dengan cepat tanpa mengurangi harga jual secara signifikan.
  2. Faktor Spesifik Aset: Beberapa aset secara inheren kurang likuid dibandingkan yang lain. Contohnya, properti dan beberapa jenis sekuritas mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk dijual daripada aset yang sangat likuid seperti saham. Kurangnya likuiditas ini dapat meningkatkan risiko kerugian jika kebutuhan untuk menjual muncul secara tiba-tiba.
  3. Dampak pada Harga: Ketika likuiditas rendah di pasar, penjual mungkin terpaksa menerima harga yang lebih rendah untuk menarik pembeli. Hal ini dapat mengakibatkan penjualan aset kurang dari nilai fundamentalnya, yang menyebabkan kerugian.

Manajemen risiko likuiditas mencakup antara lain menjaga keseimbangan antara aset yang mudah dikonversi menjadi uang tunai dan aset yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi namun kurang likuid.

Diversifikasi, mempertahankan cadangan kas yang memadai, dan memantau kondisi pasar merupakan strategi umum untuk memitigasi risiko likuiditas. Anda juga bisa fokus pada investasi yang likuid, prioritaskan aset dengan likuiditas lebih tinggi, seperti saham berkapitalisasi besar dan ETF/reksa dana yang diperdagangkan secara aktif. 

1.2.4 Risiko Solvabilitas (Solvability Risk)

Risiko solvabilitas adalah risiko bahwa sebuah organisasi, baik itu perusahaan atau entitas lain, dapat menghadapi kesulitan keuangan atau kebangkrutan karena ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban keuangannya.

Bagi investor ritel, memahami risiko solvabilitas sangat penting karena secara langsung berdampak pada kesehatan dan stabilitas keuangan perusahaan tempat mereka berinvestasi. Berikut ini penjelasan mengenai poin-poin pentingnya:

  1. Definisi Risiko Solvabilitas: Risiko solvabilitas berkaitan dengan kemampuan organisasi untuk tetap bertahan secara finansial dalam jangka panjang. Risiko ini muncul ketika suatu entitas tidak memiliki sumber daya keuangan yang diperlukan untuk memenuhi kewajibannya, seperti melunasi utang, memenuhi biaya operasional, atau memenuhi komitmen kontrak.
  2. Dampak terhadap Investor: Bagi investor ritel, risiko solvabilitas sangat penting karena kesehatan keuangan perusahaan dalam portofolio investasi mereka secara langsung memengaruhi nilai investasi mereka. Jika sebuah perusahaan menghadapi masalah solvabilitas, hal ini dapat menyebabkan penurunan harga saham, potensi kebangkrutan, dan risiko kerugian bagi investor.
  3. Pertimbangan Arus Kas: Pernyataan tersebut secara khusus menyebutkan risiko kehabisan uang tunai. Arus kas adalah indikator penting dari kemampuan organisasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Investor ritel harus memperhatikan laporan arus kas perusahaan untuk menilai likuiditas dan kemampuannya memenuhi kebutuhan keuangan yang mendesak.
  4. Due Diligence: Investor ritel perlu melakukan uji tuntas menyeluruh terhadap kesehatan keuangan perusahaan yang mereka pertimbangkan untuk investasi. Ini termasuk menganalisis laporan keuangan, tingkat utang, dan posisi arus kas untuk mengukur risiko solvabilitas setiap investasi.

Singkatnya, bagi investor ritel, menyadari dan mengevaluasi risiko solvabilitas sangat penting untuk membuat keputusan investasi yang tepat. Hal ini melibatkan penilaian kekuatan keuangan perusahaan, memahami kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban, dan menggabungkan strategi mitigasi risiko untuk melindungi portofolio investasi secara keseluruhan.

1.2.5 Risiko Non-Keuangan (Non-Financial Risk)

Risiko non-keuangan adalah risiko yang timbul dari faktor-faktor selain fluktuasi pasar keuangan atau risiko kredit. Risiko-risiko ini dapat berdampak signifikan terhadap operasi, reputasi, dan kesehatan keuangan organisasi. Berikut adalah beberapa contoh risiko non-keuangan:

  1. Settlement Risk: Risiko ini muncul dalam transaksi di mana salah satu pihak menyerahkan aset atau dana, tetapi pihak lawan gagal melakukannya. Hal ini dapat terjadi pada berbagai transaksi keuangan, termasuk perdagangan sekuritas dan transaksi valuta asing.
  2. Risiko Hukum: Risiko hukum timbul dari potensi kerugian akibat tindakan hukum, tuntutan hukum, atau sanksi peraturan. Hal ini dapat mencakup risiko tuntutan hukum, tindakan penegakan hukum, atau perselisihan kontrak. Risiko hukum dapat timbul dari berbagai sumber, seperti ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dokumentasi hukum yang tidak memadai, atau perubahan standar hukum.
  3. Risiko Regulasi: Risiko hukum dan risiko regulasi adalah konsep yang saling terkait namun berbeda dalam manajemen risiko. Risiko regulasi secara khusus mengacu pada risiko kerugian finansial atau kerusakan reputasi yang diakibatkan oleh pelanggaran hukum, peraturan, atau standar industri. Perubahan peraturan atau pengawasan regulasi juga dapat menimbulkan risiko bagi bisnis. Risiko regulasi lebih difokuskan pada risiko yang terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan dan potensi konsekuensi dari ketidakpatuhan, seperti denda, penalti, atau kerusakan reputasi.
  4. Risiko Akuntansi: Risiko akuntansi mengacu pada potensi kesalahan atau kesalahan penyajian data dalam pelaporan keuangan. Hal ini dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam praktik akuntansi, kecurangan, atau kesalahan interpretasi standar akuntansi.
  5. Risiko Pajak: Risiko pajak muncul dari potensi konsekuensi pajak yang merugikan karena perubahan undang-undang perpajakan, perhitungan pajak yang salah, atau kegagalan untuk mematuhi peraturan perpajakan.
  6. Risiko Model: Risiko model adalah risiko kerugian finansial akibat kesalahan atau keterbatasan dalam model keuangan yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Risiko ini dapat disebabkan oleh ketidakakuratan asumsi, input data, atau desain model.
  7. Tail Risk: Tail Risk mengacu pada risiko kejadian ekstrem atau tak terduga yang berada di luar ekspektasi normal. Peristiwa ini sering disebut sebagai peristiwa "black swan", dimana peristiwa ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada pasar keuangan dan bisnis.
  8. Risiko Operasional: Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses, sistem, atau manusia internal yang tidak memadai atau gagal, atau dari kejadian eksternal. Risiko ini mencakup risiko yang terkait dengan teknologi, kesalahan manusia, penipuan, dan bencana alam.

Memitigasi risiko non-finansial adalah aspek penting dari manajemen risiko yang efektif bagi investor. Risiko non-finansial dapat mencakup berbagai faktor, termasuk masalah lingkungan, sosial, tata kelola (ESG), peristiwa geopolitik, perubahan peraturan, dan banyak lagi. 

1.2.6 Prinsip Mitigasi Risiko 

Dalam hal ini, prinsip-prinsip mitigasi risiko non-finansial juga dapat diterapkan pada investor ritel. Meskipun beberapa strategi, lebih sering dikaitkan dengan investor institusional, investor ritel masih dapat mengadopsi banyak dari prinsip-prinsip ini untuk mengelola risiko non-keuangan secara efektif. Investor ritel dapat menerapkan prinsip-prinsip mitigasi risiko dengan:

  1. Diversifikasi: Menyebarkan investasi ke berbagai aset untuk mengurangi eksposur terhadap risiko non-keuangan tertentu.
  2. Due Diligence: Melakukan riset terhadap investasi yang potensial dengan menggunakan informasi yang tersedia, seperti laporan keuangan, dan ESG rating.
  3. Integrasi ESG: Mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola sebuah perusahaan saat membuat keputusan investasi.
  4. Tetap Update: Terus mengikuti perkembangan peristiwa global, perubahan peraturan, dan tren pasar.
  5. Pemantauan Aktif: Tinjau dan kaji ulang portofolio investasi Anda secara teratur untuk mengelola risiko secara proaktif.
  6. Kepatuhan Hukum: Memastikan investasi mematuhi peraturan yang relevan.

Sesuaikan pendekatan Anda berdasarkan pengetahuan, sumber daya, dan toleransi risiko, dan apabila memungkinkan, mintalah panduan dari penasihat keuangan atau manfaatkan platform yang menyediakan informasi mengenai risiko non-keuangan.

1.3 Cara Mengelola Risiko dalam Investasi

Risiko selalu merupakan bagian dari investasi, sehingga investor dapat mengambil beberapa strategi untuk mengelola risiko dan membuat keputusan investasi yang bijak. 

Berikut adalah beberapa metode untuk mengatasi risiko dalam investasi:

1.3.1 Pahami Profil Risiko

Dalam melakukan investasi, penting bagi investor untuk memahami profil risiko mereka terlebih dahulu. 

Dengan mengetahui profil risiko, investor dapat menentukan apakah aset yang dipilih sesuai dengan preferensi risiko mereka. Terdapat tiga kategori profil risiko, yaitu:

1.3.1.1 Konservatif

Profil risiko konservatif mencirikan investor yang lebih fokus pada kestabilan dan keamanan dana daripada mencari keuntungan nilai investasi.

1.3.1.2 Moderat

Profil risiko moderat melibatkan investor dengan tingkat toleransi risiko yang seimbang antara potensi keuntungan dan kerugian.

1.3.1.3 Agresif

Profil risiko agresif merujuk pada investor yang cenderung mengambil risiko tinggi dalam melakukan investasi.

1.3.2 Diversifikasi Portofolio

Diversifikasi merupakan strategi kunci untuk mengurangi risiko dalam investasi. Dengan menyebar investasi pada berbagai aset yang berbeda, potensi kerugian keseluruhan portofolio dapat ditekan. 

Investor dapat melakukan diversifikasi dengan berinvestasi di berbagai industri, menggabungkan saham, crypto, obligasi, dan instrumen investasi lain dalam portofolio mereka sesuai dengan profil risiko masing-masing investor.

1.3.3 Riset yang Mendalam

Melakukan riset mendalam (due diligence) menjadi kunci untuk membuat keputusan investasi yang lebih cerdas. Lakukan analisis menyeluruh terhadap perusahaan atau saham yang akan diinvestasikan.

Tinjau laporan keuangan, lakukan analisis fundamental, dan ikuti berita terkini yang dapat memengaruhi harga saham. Riset yang cermat sebelum melakukan investasi dapat membantu investor menghindari potensi risiko dan mengelola investasinya secara lebih efektif.

Investasi saham dan kripto memiliki potensi keuntungan yang besar tetapi juga membawa risiko tinggi (high risk high return). Dengan memahami jenis risiko, penyebabnya, dan cara mengatasinya, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak.

1.3.4 Penggunaan Stop, Limit, & Stop-Limit Order

Menggunakan stop order, limit order, dan stop-limit order adalah alat penting untuk manajemen risiko dalam berinvestasi. Jenis-jenis order ini membantu investor ritel mengimplementasikan instruksi spesifik untuk membeli atau menjual aset pada harga yang telah ditentukan, sehingga mereka dapat mengelola potensi kerugian dan mengontrol titik masuk dan keluar.

Berikut penjelasan mengenai setiap jenis order dan bagaimana mereka berkontribusi pada manajemen risiko:

  1. Stop Order: Stop order terutama digunakan untuk membatasi potensi kerugian. Contohnya, order sell-stop yang ditempatkan di bawah harga pasar saat ini dapat terpicu jika nilai aset menurun, sehingga membantu investor meminimalkan kerugian dengan keluar dari posisi.
  2. Limit Order: Limit order digunakan untuk mengontrol titik masuk atau keluar dengan memastikan bahwa order dieksekusi pada tingkat harga tertentu. Hal ini membantu investor menghindari perubahan harga yang tidak terduga dan memastikan bahwa mereka hanya masuk atau keluar dari posisi pada harga yang menguntungkan.
  3. Stop-Limit Order: Stop-limit order digunakan untuk mengontrol titik masuk dan keluar, memberikan presisi tambahan. Order ini dapat sangat berguna selama kondisi pasar yang bergejolak dengan memungkinkan investor untuk menetapkan level tertentu di mana mereka ingin order mereka dieksekusi.

1.3.4.1 Contoh

1. Stop Order

Seorang investor memiliki saham yang saat ini diperdagangkan di harga US$50 dan menempatkan sell-stop order di harga US$45. Jika harga saham turun menjadi US$45 atau di bawahnya, order tersebut menjadi market order, dan saham tersebut dijual pada harga pasar yang berlaku.

2. Limit Order

Seorang investor ingin membeli saham yang diperdagangkan pada harga US$50, namun hanya jika harga turun menjadi US$48. Investor tersebut menempatkan buy-limit order pada harga $48, memastikan bahwa ia hanya akan membeli saham tersebut pada atau di bawah harga yang ditentukan.

3. Stop-Limit Order

Seorang investor memiliki sebuah saham di harga US$60 dan menempatkan sell-stop-limit order dengan harga stop di US$55 dan harga limit di US$54,50. Jika saham turun ke US$55, limit order untuk menjual akan terpicu, namun hanya akan dieksekusi pada harga US$54,50 atau lebih baik.

1.3.4.2 Pertimbangan Manajemen Risiko:

  1. Stop order dan stop-limit order mungkin tidak menjamin eksekusi pada harga yang ditentukan selama pergerakan pasar yang cepat, memungkinkan terjadinya price slippage.
  2. Investor harus mewaspadai potensi perbedaan harga, terutama selama perdagangan setelah jam kerja (after hour trading), di mana harga eksekusi mungkin berbeda secara signifikan dari harga stop atau limit.

Investor ritel harus mempertimbangkan dengan cermat toleransi risiko, kondisi pasar, dan tujuan investasi mereka saat menggunakan jenis-jenis order di atas. Investor dianjurkan untuk selalu mendapatkan informasi tentang mekanisme spesifik dan potensi keterbatasan yang terkait dengan setiap jenis order untuk menerapkan strategi manajemen risiko secara efektif.

1.3.5 Peninjauan Portofolio

Peninjauan portofolio secara teratur adalah praktik penting bagi investor ritel, yang melibatkan evaluasi sistematis untuk memastikan keselarasan dengan tujuan keuangan dan kondisi pasar. Komponen-komponen utamanya meliputi:

  1. Frekuensi: Tentukan jadwal yang konsisten untuk peninjauan, biasanya setiap tiga bulan atau setiap tahun.
  2. Evaluasi performa: Menilai performa portofolio secara keseluruhan terhadap tujuan dan tolok ukur.
  3. Penilaian Risiko: Mengevaluasi profil risiko, memastikan keselarasan dengan toleransi risiko dan jangka waktu investasi.
  4. Alokasi Aset: Meninjau dan menyeimbangkan kembali portofolio untuk mempertahankan alokasi aset yang diinginkan.
  5. Analisis Aset Individual: Menganalisis faktor fundamental dan teknikal yang mempengaruhi kepemilikan tertentu.
  6. Biaya-biaya: Memeriksa biaya-biaya terkait untuk memastikan kesesuaiannya dengan nilai investasi.
  7. Pendapatan dan Dividen: Menilai penghasilan pendapatan dari aset, memastikan aset tersebut memenuhi kebutuhan keuangan.
  8. Kondisi Pasar: Pertimbangkan faktor ekonomi dan pasar yang lebih luas dalam pengambilan keputusan.
  9. Pertimbangan Pajak: Mengevaluasi implikasi pajak dan mempertimbangkan strategi yang hemat pajak.
  10. Tinjauan Tujuan Keuangan: Tinjau kembali tujuan keuangan dan sesuaikan strategi berdasarkan perubahan situasi.
  11. Dokumentasi: Menyimpan catatan rinci tentang tinjauan, mendokumentasikan perubahan dan alasan untuk referensi di masa mendatang.

Peninjauan rutin membantu investor membuat keputusan yang tepat, beradaptasi dengan kondisi yang berubah, dan memastikan portofolio mereka tetap selaras dengan tujuan jangka panjang.

1.4 Kesimpulan

Meskipun risiko investasi tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, pemahaman dan pengelolaan yang baik dapat membantu investor mengatasi potensi kerugian. 

Dengan memanfaatkan strategi diversifikasi, penelitian menyeluruh, dan pendidikan berkelanjutan, investor dapat meminimalisir dampak risiko pada portofolio mereka.

Ditulis oleh
channel logo

Dewi A Zuhriyah

Right baner

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Pelajari Materi Lainnya

cards
Pemula
Diversifikasi 101

Salah satu konsep penting dalam investasi adalah...

no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1