Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Blog

Banyak Uang Bukan Berarti Kamu Kaya! Cek Kesalahan Konsep Menimbun Harta di Sini!
shareIcon

Banyak Uang Bukan Berarti Kamu Kaya! Cek Kesalahan Konsep Menimbun Harta di Sini!

25 Mar 2021, 9:00 AM·READING_TIME
shareIcon
Kategori
Banyak Uang Bukan Berarti Kamu Kaya! Cek Kesalahan Konsep Menimbun Harta di Sini!

Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa kemakmuran harus diasosiasikan dengan mengumpulkan harta yang banyak. Semakin tinggi nilai harta yang digenggam, maka cara seseorang untuk menjadi kaya akan terbuka lebar.

Namun, hati-hati, Sobat Cuan! Sebab, kadang kita pun salah dalam memaknai konsep menimbun harta kekayaan. Kesalahan konsep ini dampaknya tidak main-main, lho, karena akan menentukan sikap kita berinvestasi nantinya.

Dalam hal ini, seorang analis investasi dan kontributor Forbes William Baldwin menerangkan bahwa terdapat tiga kesalahan konsep mengenai menimbun kekayaan yang kerap dipraktikkan masyarakat. Nah, kalau kamu bisa lepas dari miskonsepsi mengenai menimbun kekayaan di bawah ini, cara kamu menjadi kaya bakal lebih efektif dan efisien.

Apa saja kesalahan konsep mengenai cara mengumpulkan harta kekayaan tersebut?

1. Kekeliruan Pertama: Peningkatan Harga Aset = Peningkatan Kekayaan

Katakanlah kamu membeli rumah di pinggiran kota seharga Rp700 juta 10 tahun lalu dan sekarang harganya menjadi Rp1,4 miliar dan kamu tidak punya rencana untuk pindah. Apakah itu artinya kekayaanmu sudah naik Rp700 juta?

Jawabannya, tidak juga. Menaikkan kekayaan bukan hanya dengan melihat kenaikan harga dalam suatu aset, namun juga terkait dengan perbaikan kualitas hidupmu ketika tinggal di rumah tersebut.

Sebagai contoh: Jika kondisi ruang tamu, dapur, hingga kamar mandimu tidak berubah sedikit pun dibanding 10 tahun lalu, artinya tidak ada perbaikan kualitas apapun terhadap hidupmu maupun rumah yang kamu tempati. Dengan kata lain, harga rumah itu boleh jadi memang meningkat, tetapi standar hidupmu tidak.

Adapun, kenaikan harga asetmu bisa berubah menjadi kekayaan kalau kamu menjualnya. Namun, dengan menjualnya, bukan berarti kamu bisa sudah menempuh cara menjadi kaya yang maksimal. Perlu diingat bahwa tingkat inflasi selalu terjadi setiap tahun, sehingga “daya beli” kamu pun tak akan maksimal dengan menggunakan uang hasil jualan rumah itu.

Hal sama juga terjadi ketika kamu berniat menabung saham tertentu. Misalkan, kamu membeli saham perusahaan A dengan nilai Rp20.000 per lembarnya. Lima tahun kemudian, harganya naik ke Rp50.000 per lembar. Apakah artinya kamu sudah auto kaya Rp30.000?

Jawabannya adalah tidak. Memang, secara nilai, portofolio saham kamu bertambah Rp30.000. Tapi, kalau kualitas hidup kamu tidak meningkat dari menggenggam saham tersebut, ya sama aja boong. Misalnya, harga saham kamu boleh saja naik, tapi kalau pertumbuhan dividennya menurun terus, artinya kamu tidak ada perbaikan kualitas hidup dengan memiliki efek yang dimaksud.

Intinya, perubahan-perubahan harga itu hanyalah abstraksi ekonomi. Dalam kertas, kekayaanmu memang meningkat. Tapi jika kekayaanmu diukur dari seberapa baik kamu menjalani hidup, parameter ini bisa saja tidak berlaku.

Baca juga: Mulailah Sedini Mungkin, 6 Panduan Cara Jadi Kaya Ini Akan Berarti Besar

2. Kekeliruan Kedua: Trading Adalah Cara Menjadi Kaya

Ilusi kolosal ini berawal setidaknya satu abad lalu. Dan miskonsepsi ini menghambat banyak orang untuk mengakses cara menjadi kaya lebih efisien lagi.

Saat itu, pemberitaan tentang kesuksesan trading disiarkan pada Radio Corp of America. Pesona trading mencapai titik puncak pada 1999, dengan pemberitaan tentang seorang trader yang pensiun muda tajir melintir. Hal-hal ini membuat ekonomi kota New York makin bergairah.

Kini, demam trading seolah-olah bangkit di perdagangan aset kripto setelah harga Bitcoin dan Ethereum melejit bak roket. Namun, jika kamu terus melakukan trading tak henti-hentinya, justru itu akan menghalangi kamu untuk mencapai cuan yang maksimal.

Misalnya, kamu saat ini tengah menggenggam Bitcoin, di mana harga Bitcoin yang kamu beli saat itu sebesar US$55.000. Ternyata, keesokan harinya kamu menjual lagi Bitcoin tersebut lantaran harganya tahu-tahu melompat ke US$56.000. Dengan kata lain, kamu sudah untung sekitar US$1.000.

Namun, ternyata harga Bitcoin itu sudah menanjak lagi ke US$62.000 dua bulan kemudian. Ini artinya kamu sudah merelakan potensi cuan Bitcoin sebesar US$7.000 hanya untuk mendapat keuntungan US$1.000 dalam waktu singkat. Alhasil, cara menjadi kaya kamu jadi tak maksimal.

Padahal, sudah banyak begawan pasar modal yang memperingatkan bahwa trading adalah permainan zero-sum alias tidak membantu meningkatkan nilai asetmu dalam jangka panjang. Makanya, untuk menjadi kaya, kamu perlu berinvestasi, bukan trading.

Bahkan, raja saham dunia Warren Buffet kerap kali mengingatkan bahwa cara menjadi kaya di jangka panjang sangatlah gampang: Berinvestasi di reksa dana indeks saham.

Baca juga: 7 Langkah Optimal untuk Bangun Portofolio Investasi dan Neraca Keuangan

3. Kekeliruan Ketiga: Uang Merepresentasikan Kekayaan

Uang memanglah fondasi kekayaan. Tanpa alat tukar ini, kita tidak akan melihat adanya pabrik dan gudang yang memungkinkan produksi dan berputarnya modal. Namun, uang bukanlah kekayaan per se. Jika ya, tentunya Zimbabwe dan Venezuela hari ini termasuk negara kaya.

Kita umpamakan saja seperti begini: Kalau bank sentral mau semua warga menjadi kaya, tentu mereka bisa saja mencetak lebih banyak uang dan dibagikan ke warganya, bukan? Namun, hal itu tidak mereka lakukan. Sebab, kenaikan suplai uang akan meningkatkan permintaan barang dan jasa, yang ujung-ujungnya akan menciptakan inflasi yang tinggi.

Kenaikan inflasi kemudian akan menggerus nilai mata uang yang digenggam. Uang tersebut kemudian tak akan ada artinya lagi.

Makanya, kamu jangan terlampau bangga dulu kalau punya dompet tebal. Soalnya, untuk apa punya uang banyak tapi nilainya akan terkikis seiring waktu?

Mereka yang cerdas dalam mengatur keuangan pasti akan menempatkan uangnya di aset-aset pelindung nilai agar nilai kekayaannya tak tergerus inflasi. Tapi, apakah hal ini akan efektif sebagai cara menjadi kaya? Bisa jadi ya, bisa juga tidak, tergantung pada seberapa banyak dana yang kamu investasikan.

Salah satu investasi lindung nilai yang bisa kamu manfaatkan adalah emas. Memang, ia tak memberikan cuan secara periodik. Tapi, nilai kekayaanmu di dalamnya akan terjaga dengan baik hingga masa depan.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Forbes

Ditulis oleh
channel logo

Dewi Kharisma

Right baner

Dewi Kharisma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
keuangan
Baru Nabung? Yuk, Ramal Tabunganmu di Masa Depan dengan Kalkulator Ini!
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1