Rangkuman kabar Kamis (21/10) mengungkap sejumlah cara jitu pemerintah Indonesia menangkal krisis energi. Tapi, pemerintah China ternyata berpikir hal serupa! Yuk, simak selengkapnya!
Presiden Joko Widodo mengungkapkan penghematan devisa negara yang cukup signifikan berkat penggunaan biodiesel, yakni Rp38 triliun sepanjang 2020 lalu. Tahun ini, total penghematannya ditaksir mencapai Rp56 triliun.
Penggunaan biodiesel juga mendorong penciptaan lapangan kerja lewat pembukaan pabrik biodiesel baru untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Penghematan devisa bisa memperkuat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Sebab artinya, Indonesia mengurangi kebutuhannya akan Dolar AS. Selain itu, Bank Indonesia juga tidak perlu semakin khawatir tentang cadangan devisa yang menipis ketika ingin mengintervensi pasar valas demi menstabilkan kurs rupiah terhadap Dolar AS.
Selain itu, aksi pemerintah yang berniat memanfaatkan biodiesel juga menciptakan pasar bagi produk turunan minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), yang selama ini merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia.
Bak melampaui dua tiga pulau sekaligus, langkah ini ternyata dapat membuka potensi lapangan kerja dan menghemat devisa. Selain bagus untuk ketahanan energi, diversifikasi energi ini akan berdampak positif pada neraca transaksi berjalan dan pemulihan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap bahwa pemerintah akan memberikan fasilitas pembiayaan bagi perusahaan batu bara yang ingin mengembangkan teknologi Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Pemerintah kini tengah merancang skema pembiayaan tersebut, mulai dari penerbitan surat utang hingga pengelolaan dana investasi untuk pengembangan EBT.
Langkah ini ditempuh sebagai bagian dari transisi pemerintah dari penggunaan energi “kotor” ke energi hijau. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut, pemerintah butuh biaya US$365 miliar demi memperlancar transisi yang dimaksud.
Jika gayung bersambut, maka emiten batu bara tentu akan menyambut rencana tersebut dengan menggelontorkan belanja modal untuk pengembangan teknologi EBT. Nah, belanja modal tersebut merupakan salah satu bentuk investasi langsung. Seperti diketahui, investasi langsung adalah salah satu komponen utama pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB).
Belanja modal yang tinggi juga akan mendorong efek berganda dalam perekonomian seperti lapangan pekerjaan dan kenaikan pendapatan. Kemudian, upaya ini juga membantu pemerintah untuk menurunankan emisi karbon yang ditarget 41% hingga 2030.
Baca juga: Rangkuman Kabar: BI Tahan Suku Bunga, BTC Makin Ngebut!
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (National Development and Reform Commision/NDRC) mengumumkan mekanisme baru untuk harga batu bara China yang mengalami lonjakan dalam sebulan terakhir.
Mekanisme tersebut melibatkan upaya optimalisasi produksi batu bara harian minimal 12 juta ton dengan pengawasan otoritas lokal. Perusahaan batu bara juga diwajibkan mendahulukan pasokan kebutuhan lokal untuk listrik.
NDRC juga memastikan akan menempuh segala cara untuk menekan harga batu bara dalam kisaran yang wajar, termasuk memaksa otoritas lokal membuat batas harga dan membatasi keuntungan.
Langkah Ini membuat harga batu bara China merosot hampir 20% dari rekor tertingginya hari ini di kisaran 1.587,4 yuan atau sekitar US$248,28 ton. Selasa lalu, harga batu bara menduduki puncak tertinggi di angka 1.982 yuan per ton.
Bagi China, intervensi pemerintah atas harga batu bara bisa menurunkan tarif listrik. Tarif listrik turun nantinya akan dinikmati oleh pelaku industri manufaktur, sehingga ongkos produksi mereka bisa ditekan.
Nah, ongkos produksi yang melandai akan meningkatkan produktivitas manufaktur China bisa naik. Hal itu nantinya akan bikin pertumbuhan China terangkat dan ujungnya berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi global, mengingat 18% PDB global berasal dari negara tirai bambu tersebut.
Sementara itu, bagi Indonesia, harga batu bara yang turun akan menyeret nilai ekspor komoditas Indonesia. Tapi, industri manufaktur Indonesia pun sejatinya masih mengimpor bahan baku dan bahan setengah jadi dari China. Sehingga, jika harga kedua barang impor kian murah, maka ongkos manufaktur Indonesia ikut efisien dan ujungnya bisa meningkatkan produktivitas manufaktur dalam negeri.
Dana kelolaan produk exchange-traded fund (ETF) berbasis kontrak Bitcoin ternyata menembus US$1 triliun hanya dalam satu hari sejak diluncurkan. ETF yang dirilis ProShares tersebut menjadi produk investasi yang tumbuh paling cepat mengalahkan rekor sebelumnya yang dicatatkan pada 2004.
Animo investor yang demikian membludak juga membuat BITO memcahkan rekor pertumbuhan organik harian tertinggi sepanjang sejarah, yakni US$ 1 triliun.
Pembentukan permintaan dari animo yang tinggi terhadap ETF berbasis kontrak Bitcoin memberi prospek cerah reli Bitcoin akan terus berlanjut. Selain itu, kondisi ini mengonfirmasi bahwa masyarakat sudah memandang Bitcoin sebagai instrumen investasi yang “valid”.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Coin Telegraph, Reuters, ECNS, Bisnis Indonesia, CNBC Indonesia
Bagikan artikel ini