Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Kamus

Sell in May and Go Away
shareIcon

Sell in May and Go Away

2042  dilihat·Waktu baca: 3 menit
shareIcon
Sell in May and Go Away

Sell in May and Go Away adalah istilah yang cukup populer di dunia investasi. Istilah ini menggambarkan sikap investor yang menjual saham besar-besaran di bulan Mei mengingat kinerja pasar saham biasanya memburuk antara Mei hingga Oktober.

Selepas bulan Oktober, investor nantinya akan kembali memborong saham di bulan November, mengingat kinerja pasar saham biasanya terbilang moncer antara November hingga April.

Sell in May and Go Away bukanlah mencerminkan kepanikan investor. Namun, ini adalah strategi yang mereka terapkan agar bisa bertahan dan meraih cuan dari pasar modal.

Mereka mempercayai bahwa sebagian besar investor akan berlibur sepanjang musim panas, sehingga volume perdagangan serta jumlah pelaku pasar modal akan melandai di periode tersebut. Kondisi tersebut akan membuat berinvestasi di pasar ekuitas akan menjadi lebih berisiko atau tidak menguntungkan sama sekali.

Baca juga: Apa Itu Transaksi Short Selling?

Sell in May and Go Away Adalah Istilah Populer Investasi Saham

Istilah Sell in May and Go Away dipercaya berasal dari pepatah Inggris lama yang berbunyi “Sell in May and go away, and come on back on St. Leger’s day.” Frasa tersebut merujuk pada sebuah kebiasaan yang dilakukan pedagang, kaum aristokrat, dan bankir di London setiap musim panas. Yakni, meninggalkan Inggris untuk pergi berlibur ketika cuaca di negara tersebut sedang panas-panasnya dan kembali lagi saat St. Leger’s Day.

St. Leger’s Day merujuk pada hari berlangsungnya St. Leger’s Stakes, sebuah judi pacuan kuda yang berlangsung di pertengahan September. St. Leger’s Stakes adalah satu dari tiga kejuaraan British Triple Crown, yang merupakan serangkaian turnamen pacuan kuda yang hanya boleh diikuti oleh ras kuda unggul bernama Thoroughbred.

Istilah ini pun kemudian diadopsi oleh trader dan investor saham Amerika Serikat yang berlibur antara hari Memorial (yang jatuh 31 Mei) hingga Hari Buruh AS (yang jatuh pada 6 September). Hasilnya, selama setengah abad terakhir, memang kinerja pasar saham memburuk di antara kedua tanggal tersebut.

Baca juga: Destinasi Liburan Musim Dingin 2021 di Eropa

Kinerja Pasar Saham Selama Sell In May Go Away

Sejak 1950 hingga 2013, indeks Dow Jones Industrial Average hanya memiliki tingkat imbal hasil sebesar 0,3% antara Mei hingga Oktober. Angka ini jauh lebih rendah dibanding return November hingga April sebesar 7,5%.

Analis masih memperdebatkan penyebab utama penurunan nilai secara musiman tersebut. Namun, mereka semua sepakat bahwa memang aliran investasi mengalir kencang saat musim dingin ketimbang musim panas.

Kemudian, dampak Sell in May and Go Away pun nampaknya tidak berlaku dalam beberapa tahun belakangan. Investor nampaknya menyadari bahwa mereka bisa saja kehilangan kesempatan mendulang cuan antara Mei hingga Oktober, sehingga mereka memilih untuk tidak “go away”.

Salah satu contohnya terjadi pada indeks NASDAQ 2016 silam. Nilai indeks NASDAQ di akhir April 2016 tercatat 4.775,36. Namun ternyata, nilainya malah naik ke 4.779,25 di akhir Juni. Indeks NASDAQ sendiri melesat 55% antara akhir Juni 2016 hingga akhir Januari 2018.

Hal serupa terjadi di indeks S&P 500. Justru indeks tersebut mencatat performa dua digit sepanjang Mei hingga Oktober tahun lalu, yang seolah-olah menantang stigma Sell in May and Go Away. Hal tersebut terlihat di grafik berikut:

Alternatif Strategi Sell in May and Go Away

Meski strategi sell in May and go away ini sukses di tahun-tahun sebelumnya, namun analis malah menyarankan investor untuk melakukan rotasi. Rotasi adalah strategi di mana investor tidak akan menarik seluruh investasi mereka, namun mendiversifikasi portofolio mereka dan fokus pada produk-produk yang tahan atas tren musiman. Makanya, strategi ini mengharuskan investor berinvestasi di sektor teknologi atau kesehatan.

Selain itu, investor ritel yang ingin berinvestasi jangka panjang pun disarankan tetap menahan portofolionya. Sebab, pasar ekuitas pasti akan berkembang terlepas dari musimnya.

Baca juga: Dari A ke Z, Ini 33 Istilah Saham yang Paling Penting Untuk Kamu Ketahui

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Investopedia

Ditulis oleh
channel logo

Galih Gumelar

Right baner

Galih Gumelar

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

PCE

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1