Dalam investasi, istilah portofolio adalah semacam kolam dana atau keranjang untuk sekumpulan investasi keuangan. Berbagai jenis investasi yang dapat masuk ke kolam dana ini di antaranya saham, obligasi, komoditas, atau uang tunai. Investasi dapat juga setara dengan uang tunai seperti dana tertutup (closed-end funds) dan yang diperdagangkan di bursa (exchange traded funds, ETFs).
Namun, portofolio rupanya tidak hanya berbentuk saham, obligasi, atau uang saja. Portofolio bisa juga berupa berbagai macam aset, termasuk real estat, karya seni, bahkan berbagai koleksi pribadi.
Untuk perkara portofolio berupa dana, kamu dapat memilih mengelolanya sendiri, atau dapat mengizinkan pengelola keuangan atau penasihat keuangan untuk mengelolanya buatmu.
Mungkin kamu pernah mendengar nasihat keuangan “do not put all your eggs in one basket” alias jangan tempatkan semua telurmu dalam satu keranjang. Dalam pengelolaan portofolio, ini adalah salah satu konsep kunci dalam manajemen portofolio, yaitu diversifikasi.
Diversifikasi portofolio membantu mengurangi risiko dengan mengalokasikan investasi dalam berbagai instrumen keuangan, berbagai sektor industri, dan berdasarkan kategori lainnya. Jadi, saat investasimu dalam suatu sektor sedang turun, kamu dapat berharap investasimu di sektor lain menopangnya.
Ada banyak cara untuk melakukan diversifikasi portofolio. Faktor-faktor penentunya di antaranya adalah apa sasaran atau targetmu di masa depan hingga profil risikomu.
Baca juga: 7 Langkah Optimal untuk Bangun Portofolio Investasi dan Neraca Keuangan
Selain seperti keranjang atau kolam uang, kamu dapat membayangkan suatu diversifikasi portofolio seperti sebuah kue (apple pie, misalnya).
Bayangkan kue itu dibagi ke dalam beberapa bagian dengan berbagai ukuran yang tidak mesti segitiga sama sisi. Setiap bagian atau potongan kue itu mewakili kelas aset dan/atau jenis investasi berbeda.
Untuk membangun portofolio yang kuat bagi investasimu, tentu kamu harus menyesuaikannya dengan karaktermu. Misalnya, kamu dapat menaruh saham, obligasi, dan uang tunai dalam separuh potongan kue itu. Selanjutnya, kamu dapat taruh real estat, emas, atau lukisan dan koleksi seni atau sneakers dan tas mewah pada separuh bagian selanjutnya.
Alokasi semacam itu bisa dikatakan sebagai pembagian portofolio dengan toleransi rendah terhadap risiko. Strategi konservatif dalam portofolio umumnya ditujukan bagi investor yang masih khawatir jika terjadi penurunan drastis dalam nilai investasinya. Ada pula yang menaruh strategi menempatkan saham 20% pada ekuitas blue-chip alias saham-saham yang masuk indeks di nomor teratas.
Lantaran portofolio adalah sekumpulan investasi yang sifatnya personal dan sesuai dengan profil risiko tiap investor, tentu karakter tiap portofolio pun berbeda.
Baca juga: Apa Sih Pentingnya Membangun Portofolio Saham?
Dengan beragamnya karakter serta profil risiko investor, maka beragam pula jenis portofolio yang ada. Jika kamu seorang pemula dalam berinvestasi, kamu mungkin dapat meniru beberapa jenis portofolio berikut ini yang disesuaikan dengan profil risikomu. Setiap jenis portofolio adalah gambaran atau cerminan strategi serta skenario investasi berbeda.
Pada pendekatan portofolio jenis ini, pengelola keuangan akan mendiversifikasi investasi ke dalam berbagai atau seluruh kelas aset. Secara umum, portofolio hibrida menempatkan proporsi tertentu untuk saham, obligasi, dan investasi alternatif yang jumlahnya relatif tetap.
Hal ini akan menguntungkan investor. Sebab, secara historis, saham, obligasi, dan dana alternatif menunjukkan korelasi yang berkebalikan satu sama lain. Saat harga saham anjlok, kemungkinan besar harga obligasi akan terdongkrak naik.
Jenis portofolio ini membuat investor melihat bahwa portofolio adalah sekumpulan dana yang ditujukan untuk memberi imbal hasil atau nilainya tumbuh dari waktu ke waktu. Jadi, portofolio investasi bersifat strategis.
Umumnya, investor membeli aset keuangan dengan tujuan untuk menyimpan aset itu dalam waktu yang lama. Atau dapat juga bersifat taktis, artinya investor secara aktif membeli dan menjual aset dengan harapan dapat mencapai keuntungan jangka pendek.
Aset yang mendasari dalam jenis portofolio ini adalah aset yang dapat memberi keuntungan besar bagi investornya. Dengan demikian, risikonya pun turut besar. Umumnya, investor dengan portofolio agresif akan mencari perusahaan yang berada pada tahap awal pertumbuhan dengan proposisi nilai yang unik.
Jenis portofolio ini akan cenderung fokus pada kemampuan investor untuk bertahan terhadap penurunan aset. Dengan begitu, aset yang dipilih pun adalah aset yang dapat bekerja baik di saat buruk dan juga di saat yang baik. Jadi, betapa pun buruknya perekonomian dalam suatu masa, misalnya saat pandemi seperti saat ini, nilai aset tersebut akan cenderung stabil. Perusahaan yang menyediakan kebutuhan pokok atau perbankan umumnya masuk dalam kategori jenis ekuitas yang dapat bertahan dalam situasi sulit.
Dalam kategori ini, investor melihat portofolio adalah sekumpulan investasi yang dapat menghasilkan baginya. Misalnya saja, imbal hasil ini dapat berupa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan.
Biasanya, saham tertentu dipilih karena dipercaya akan memberi profit yang tinggi. Portofolio yang fokus pada pendapatan harus menghasilkan arus kas yang positif. Real estate investment trusts (REITs) adalah contoh investasi yang menghasilkan pendapatan.
Jenis portofolio ini paling baik bagi investor dengan tingkat toleransi tinggi terhadap risiko. Permainan dalam jenis portofolio ini meliputi pembelian saham yang baru saja menawarkan sahamnya secara perdana kepada publik (IPO) atau saham yang dikabarkan menjadi target pengambilalihan (takeover). Saham pada perusahaan teknologi atau bidang kesehatan yang sedang mengembangkan terobosan tertentu juga masuk dalam kategori ini.
Baca juga: Emas sebagai Aset Diversifikasi
Adapun, untuk memilih jenis portofolio, seorang investor perlu mempertimbangkan dari dua segi: risiko toleransinya dan kerangka waktu investasi.
Meski di awal kamu dapat memilih portofolio dengan alokasi aset yang generik, tapi secara signifikan dari waktu ke waktu, portofolio itu perlu mencerminkan risiko toleransimu. Jika kamu adalah investor yang toleran terhadap risiko, kamu dapat tambahkan beberapa saham dengan pertumbuhan kapitalisasi besar yang cenderung agresif.
Juga, kamu bisa mengambil beberapa obligasi dengan imbal hasil tinggi. Dan di waktu yang sama, kamu dapat melihat peluang investasi real estat sebagai alternatif portofolio. Namun, secara umum, kamu tetap perlu waspada dengan kelas aset yang volatilitasnya tak begitu dapat kamu prediksi.
Selain risiko toleransi, kerangka waktu investasi adalah faktor dasar memilih jenis portofolio. Kamu harus mempertimbangkan berapa lama kamu akan menaruh investasi dalam aset tertentu, dan untuk berapa lama kamu akan membangun portofolio dengan jenis tersebut.
Pengelolaan portofolio adalah hal berbeda bagi seorang investor yang menabung untuk masa pensiun dan bagi investor yang menabung untuk biaya sekolah anak. Untuk masa pensiun, kamu dapat mempersiapkan portofolio selama 10-20 tahun. Sementara, untuk persiapan sekolah anak, mungkin kamu hanya akan membangun portofolio dalam jangka waktu 5 tahun saja. Ini akan menentukan apakah kamu akan memilih portofolio konservatif ataukah agresif.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Investopedia
Bagikan artikel ini