Emas umumnya dikenal sebagai aset investasi jangka panjang yang baik. Namun, seperti aset lainnya, harga emas bisa menurun dalam jangka pendek.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan harga emas:
Harga emas cenderung turun setiap ada kenaikan suku bunga acuan. Apa penyebabnya?
Emas merupakan instrumen investasi yang tidak memberikan imbal hasil yang teratur. Akibatnya suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya peluang (opportunity cost) dalam menggenggam emas.
Sebagai contoh, anggap bahwa ada seorang investor yang memiliki uang US$1.000. Ia kemudian dihadapkan pada dua pilihan investasi: membeli emas (instrumen yang tidak menghasilkan imbal hasil kecuali jika harganya naik) atau obligasi baru (produk investasi yang memberikan pendapatan bunga secara teratur). Investor ini tentu akan memilih obligasi saat rezim suku bunga tinggi lantaran obligasinya menghasilkan cuan secara teratur dengan imbal yang lebih tinggi dibanding emas.
Inflasi adalah faktor berikutnya yang mempengaruhi risiko investasi emas. Ketika inflasi naik secara tidak terduga, harga aset riil, termasuk emas, juga akan naik mengikuti inflasi. Namun, ketika inflasi atau ekspektasi inflasi turun, harga emas pun terseret turun.
Faktor pertama sudah menjelaskan bahwa harga emas berhubungan dengan tingkat suku bunga nominal. Bersama dengan inflasi, suku bunga nominal bisa digunakan untuk menghitung suku bunga riil yang dijabarkan dalam rumus berikut :
Suku Bunga Riil = Suku Bunga Nominal – Inflasi
Harga emas umumnya naik ketika suku bunga riil rendah. Ini bisa terjadi saat (1) Federal Funds rate atau suku bunga pinjaman semalam antar bank di AS turun (2) bergeraknya penawaran dan permintaan di pasar obligasi yang mengakibatkan menurunnya suku bunga jangka panjang di pasar obligasi atau (3) tingkat inflasi tinggi.
Selama pandemi COVID-19, harga emas melonjak 25% lantaran pasar keuangan runtuh dan The Fed mencetak uang dalam jumlah besar. Harga emas kemudian melemah pada kuartal II 2021 saat pelaku pasar mulai melepaskan kekhawatiran akan ancaman inflasi tinggi.
Harga emas dalam Rupiah akan meningkat jika nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terdepresiasi. Ini lantaran harga emas dunia ditetapkan dalam Dolar AS, sehingga harga emas dalam Rupiah berisiko naik setiap kali kurs Rupiah terhadap Dolar AS melemah.
Banyak investor di seluruh dunia secara seksama memantau tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai tukar untuk menentukan apa yang akan terjadi pada harga emas. Dengan demikian, pergerakan salah satu faktor tersebut dapat memicu reaksi investor untuk melakukan jual-beli emas.
Harga pun bergerak yang kemudian bisa mendorong pelaku pasar lainnya untuk bertindak dan yang seterusnya mengakibatkan pergerakan harga lagi dan pelaku pasar terus bergerak untuk menanggapi perubahan harga. Momentum pergerakan harga bisa semakin tajam mengingat sekarang aliran modal dapat dengan mudah keluar-masuk pasar suatu aset karena terdorong untuk memanfaatkan pergerakan harga.
Bagikan artikel ini