Sebagai salah satu ekosistem paling komprehensif di jagat kripto, jaringan Ethereum tentu sangat menarik untuk diselami. Yuk, pelajari di sini!
Ethereum adalah jaringan blockchain yang bertujuan untuk menjadi "komputer dunia". Jaringan ini menyambungkan komputer-komputer di seluruh dunia ke satu platform bersama. Sehingga, jaringan tersebut bisa membangun satu ekosistem komputer virtual besar yang bisa menopang operasi beberapa aplikasi, seperti aplikasi jasa keuangan seperti jasa pinjam-meminjam, urun dana, dan platform exchange, asuransi, dan game.
Jadi, secara umum, jaringan Ethereum memungkinkan masyarakat untuk menciptakan aplikasi piranti lunak di gawainya masing-masing.
Sebagai jaringan blockchain pada umumnya, Ethereum adalah buku besar publik terdesentralisasi yang digunakan untuk memverifikasi dan mencatat transaksi. Dalam jaringan tersebut, pengguna bisa menciptakan, meluncurkan, dan memonetisasi rangkaian aplikasi yang berjalan di atasnya. Adapun ragam aplikasi yang berada di jaringan Ethereum disebut sebagai aplikasi terdesentralisasi (dApps).
Jaringan Ethereum juga menjadi alat untuk memproduksi token. Yakni, satuan unit digital yang punya fungsi tertentu sesuai dengan keinginan penciptanya. Standar penciptaan token ERC20, yang umum digunakan untuk menciptakan token yang bisa dipertukarkan (fungible), dan ERC271, standar penciptaan Non-Fungible Token (NFT), kini telah menjadi standar token di kancah kripto.
Jaringan blockchain Ethereum memiliki aset kripto sendiri bernama Ether (ETH) dan bahasa pemrograman yang independen bernama Solidity. Sebagai aset kripto, ETH kini menempati peringkat ke-dua aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar setelah Bitcoin (BTC) per Januari 2022. Pengguna Ethereum umumnya menggunakan ETH sebagai alat tukar resmi di atas jaringan tersebut.
Berikut adalah keunggulan jaringan Ethereum
Namun, terdapat pula kritik yang dialamatkan ke jaringan Ethereum, di antaranya adalah:
Ethereum menjadi pelopor jaringan blockchain yang bisa mengeksekusi smart contract, sehingga meningkatkan nilai guna teknologi smart contract yang memang sudah ada sebelumnya.
Smart contract merupakan program komputer yang dapat mengeksekusi beberapa kegiatan secara otomatis untuk memenuhi kesepakatan antara beberapa pihak di internet. Program ini didesain untuk mengurangi keterlibatan pihak perantara di dalam penyusunan kontrak antara kedua belah pihak. Akibatnya, biaya transaksi bisa semakin efisien dan transaksi di jaringan tersebut bisa semakin andal.
Menurut salah satu pendiri Ethereum Gavin Wood, jaringan Ethereum didesain untuk menjadi "satu komputer untuk seluruh dunia" yang bisa membuat program-program di dalamnya menjadi kokoh, anti-sensor, dan tidak rentan terhadap kecurangan. Keunggulan tersebut muncul lantaran jaringan Ethereum berjalan di atas jaringan node publik yang dijalankan secara global.
Selain sebagai platform eksekusi smart contract, jaringan blockchain Ethereum juga bisa menjadi "rumah" untuk aset kripto lainnya yang disebut dengan token. Token-token tersebut disusun berdasarkan satu standar penciptaan yang diberi nama standar ERC-20.
Jaringan Ethereum saat ini memiliki lebih dari 280.000 token yang diciptakan sesuai standar ERC-20. Bahkan, 40 di antaranya berhasil masuk jajaran 100 aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia. Beberapa contohnya antara lain USDT, LINK, dan BNB.
Lantas, mengapa para pengembang perlu menciptakan aplikasinya di atas Ethereum meski mereka bisa membangun aplikasi-aplikasi tersebut menggunakan komputer biasa? Nah, jawabannya cukup simpel, Sobat Cuan. Yuk, simak penjelasannya!
Jika pengembang menjalankan aplikasi di jaringan komputer biasa, maka operasional aplikasi tersebut akan ikut berhenti jika komputer mereka padam atau digondol maling. Nah, untuk mencegah hal tersebut, pengembang perlu menyambungkan komputernya dengan dua, 10, atau bahkan ratusan komputer lain sehingga mereka bisa saling menyangga satu sama lain.
Agar jaringannya lebih aman lagi, pengembang bisa menempatkan komputer-komputer tersebut di sebuah ruangan dengan tingkat pengamanan tinggi dan anti maling. Sehingga, aplikasi tersebut bisa tetap beroperasi meski terjadi bencana alam atau musibah lainnya.
Sayangnya, pengembang tentu membutuhkan modal besar hanya untuk mengamankan aplikasinya dengan cara seperti di atas. Sebagai solusinya, mereka bisa memanfaatkan jaringan Ethereum yang terhubung dengan jutaan komputer di seluruh dunia.
Apalagi, hampir semua orang bisa terhubung ke jaringan komputer asal tipe komputernya sesuai. Bahkan, komputer tercanggih di dunia sekali pun bisa menopang jalannya operasional sebuah aplikasi asal ia terhubung ke jaringan internet.
Sementara itu, bagi pemilik komputer di seluruh dunia, mereka bisa membantu para pengembang untuk menjaga kesinambungan operasional aplikasinya dengan "meminjamkan" daya pemrosesan komputernya ke pengembang melalui jaringan Ethereum. Sebagai imbalannya, para pemilik komputer bisa mengutip tarif dari para pengembang.
Banyak pengembang menjalankan aplikasinya di teknologi penyimpanan awan (cloud storage), seperti di Amazon Web Service (AWS) atau Google Cloud Computer Services. Dengan menggunakan jasa tersebut, mereka hanya tinggal membayar tarif ke penyedia layanan untuk mengakses beberapa komputer sekaligus.
Penyedia layanan memiliki berbagai kantong pusat data seantero dunia. Sehingga, hal itu bisa menjadi jaminan bahwa aplikasi para pengembang tetap dapat online 99,9% setiap saat meski dunia tengah gonjang-ganjing. Nah, pengembang bisa memilih aktivitas ini sebagai opsi yang efisien untuk meningkatkan keandalan aplikasinya ketimbang membeli banyak komputer dalam waktu bersamaan.
Namun masalahnya, para pengembang jadi terlalu mengandalkan keandalan aplikasinya ke para penyedia layanan tersebut. Sikap ini sebenarnya sah-sah saja. Tetapi, hal ini bisa berkembang jadi musibah jika penyedia layanan berulah.
Sebagai contoh, AWS pernah mengambil alih piranti lunak open-source yang terhubung ke peladennya (servers) pada 2019 silam dan memaksa penggunanya untuk membayar tarif ketika menggunakan piranti lunak tersebut.
Nah, kejadian di atas tak akan terulang jika pengembang mempercayakan keandalan aplikasinya ke jaringan Ethereum. Sebab, jaringan ini tidak dimiliki siapa pun dan tidak ada satu otoritas pun yang mampu bikin kacau jaringan tersebut.
Seperti yang telah disinggung di atas, jaringan Ethereum memiliki koin native yakni ETH. Komunitas kripto pun kini menyematkan status "minyak digital" ke ETH, layaknya Bitcoin yang menyandang julukan "emas digital". Apa alasannya?
Sobat Cuan mungkin sepakat bahwa minyak bumi adalah sumber energi utama di dunia ini. Minyak bumi yang diolah menjadi bahan bakar atau petrokimia menunjukkan bahwa komoditas tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas. Sehingga, bisa dibilang bahwa minyak bumi bernilai berharga karena bisa mendorong manusia untuk melakukan banyak kegiatan.
Nah, hal serupa juga terjadi di Ethereum. Jika minyak bumi menyimpan potensi kekuatan energi yang besar, maka Ethereum dianggap memiliki potensi tenaga komputasi yang luar biasa.
Komunitas kripto memandang Ethereum sebagai jaringan berharga karena bisa mengakomodasi berbagai macam kegiatan di atasnya. Sementara itu, mereka menganggap ETH sebagai representasi dari akses mudah masyarakat ke jaringan komputer di seluruh dunia dan kemampuan untuk menjalankan program-program di atasnya.
Analogi mudahnya, sebuah mobil bisa berjalan jika terdapat bahan bakar di dalamnya. Sementara itu, komputer bisa melakukan berbagai macam aktivitas jika kita "memberi tenaga" ke jaringan Ethereum dalam bentuk ETH.
Pemilik komputer bisa mendapatkan bayaran dalam bentuk ETH ketika "meminjamkan" daya pemrosesan komputernya ke pengembang aplikasi melalui jaringan Ethereum. Begitu pun sebaliknya. Pengembang harus membayar menggunakan ETH untuk bisa mengakses jaringan komputer dunia.
Laju permintaan ETH yang lebih kencang dari suplai ETH di pasar bisa mengerek nilai ETH ke depan. Hal itu serupa dengan harga BBM saat ini yang tentu saja berkali-kali lipat lebih tinggi dibanding 100 tahun lalu.
Berikut ini adalah daftar ekosistem Ethereum
Bagikan artikel ini