Web3 telah berevolusi menjadi sebuah ekosistem blockchain Layer 1 (L1) dan solusi skalabilitas Layer 2 (L2), yang masing-masing dirancang dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang unik. Seiring bertambahnya jumlah protokol blockchain, begitu pula dengan permintaan untuk memindahkan aset di seluruh rantai (chains). Untuk memenuhi permintaan ini, kita membutuhkan bridge atau jembatan.
Jembatan blockchain bekerja seperti jembatan yang kita kenal di dunia fisik. Sama seperti jembatan fisik yang menghubungkan dua lokasi fisik, jembatan blockchain menghubungkan dua ekosistem blockchain. Bridge memfasilitasi komunikasi antar blockchain melalui transfer informasi dan aset.
Mari kita ambil sebuah contoh:
Budi berasal dari Indonesia dan sedang merencanakan perjalanan ke Eropa. Budi memiliki IDR, tetapi Budi membutuhkan EUR untuk dibelanjakan. Untuk menukarkan IDR ke EUR, Budi dapat ke tempat penukaran mata uang asing dan membayar sejumlah biaya untuk penukaran.
Namun, apa yang harus Budi lakukan jika Budi ingin melakukan pertukaran yang sama dengan menggunakan blockchain yang berbeda? Katakanlah Budi ingin menukar ETH di Ethereum Mainnet dengan ETH di Arbitrum. Seperti pertukaran mata uang yang kita lakukan untuk EUR, kita membutuhkan mekanisme untuk memindahkan ETH kita dari Ethereum ke Arbitrum. Bridge memungkinkan transaksi semacam itu. Dalam hal ini, Arbitrum memiliki sebuah jembatan asli (native bridge) yang dapat mentransfer ETH dari Mainnet ke Arbitrum.
Semua blockchain memiliki keterbatasan. Agar Ethereum dapat berkembang dan memenuhi permintaan, diperlukan rollup. Sebagai alternatif, L1 seperti Solana dan Avalanche didesain secara berbeda untuk memungkinkan throughput yang lebih tinggi namun mengorbankan desentralisasi.
Akan tetapi, semua blockchain berkembang di lingkungan yang terisolasi dan memiliki aturan dan mekanisme konsensus yang berbeda. Ini berarti antar blockchain tidak dapat berkomunikasi secara natural, dan token tidak dapat bergerak bebas di antara blockchain.
Bridge ada untuk menghubungkan blockchain, memungkinkan transfer informasi dan token di antara mereka.
Bridge memungkinkan:
Berikut ini adalah beberapa skenario dalam menggunakan bridge:
Katakanlah sobat cuan memiliki ETH di Ethereum Mainnet tetapi menginginkan biaya transaksi yang lebih murah untuk menjelajahi berbagai dapp. Dengan menjembatani ETH sobat dari Mainnet ke rollup Ethereum L2, sobat dapat menikmati biaya transaksi yang lebih rendah.
Contohnya ketika sobat telah menggunakan Aave di Ethereum Mainnet untuk meminjamkan USDT, tetapi suku bunga untuk meminjamkan USDT menggunakan Aave di Polygon lebih tinggi.
Jika sobat memiliki ETH di Ethereum Mainnet dan ingin menjelajahi alt L1 untuk mencoba dapps asli mereka. Sobat dapat menggunakan bridge untuk mentransfer ETH sobat dari Ethereum Mainnet ke alt L1.
Katakanlah sobat cuan ingin memiliki Bitcoin (BTC), tetapi sobat hanya memiliki dana di Ethereum Mainnet. Untuk mendapatkan eksposur ke BTC di Ethereum, sobat dapat membeli Wrapped Bitcoin (WBTC). Namun, WBTC adalah token ERC-20 yang berasal dari jaringan Ethereum, yang berarti WBTC adalah Bitcoin versi Ethereum dan bukan aset asli di blockchain Bitcoin. Untuk memiliki BTC asli, sobat harus menjembatani aset sobat dari Ethereum ke Bitcoin menggunakan bridge. Ini akan menjembatani WBTC sobat dan mengubahnya menjadi BTC asli. Atau, sobat mungkin memiliki BTC dan ingin menggunakannya dalam protokol Ethereum DeFi. Ini akan membutuhkan penjembatanan dengan cara lain, dari BTC ke WBTC yang kemudian dapat digunakan sebagai aset di Ethereum.
Sobat cuan juga bisa melakukan semua hal di atas dengan menggunakan bursa terpusat (centralized exchange). Namun, kecuali dana sobat sudah ada di bursa, ini akan melibatkan beberapa langkah, dan mungkin akan lebih efektif menggunakan bridge.
Bridges memiliki banyak jenis desain dan kerumitan. Secara umum, bridges terbagi dalam dua kategori: trusted dan trustless bridges.
Trusted Bridges | Trustless Bridges |
Trusted bridges bergantung pada entitas atau sistem pusat untuk pengoperasiannya. | Trustless bridges beroperasi menggunakan kontrak pintar dan algoritme. |
Memiliki asumsi kepercayaan sehubungan dengan penyimpanan dana dan keamanan bridge. Pengguna sebagian besar bergantung pada reputasi operator bridge. | Tidak perlu asumsi kepercayaan, yang artinya, keamanan bridge sama dengan keamanan blockchain yang mendasarinya. |
Pengguna harus menyerahkan kendali atas aset kripto mereka. | Melalui kontrak pintar, trustless bridge memungkinkan pengguna untuk tetap memegang kendali atas dana mereka. |
Singkatnya, kita dapat mengatakan bahwa trusted bridge memiliki asumsi kepercayaan, sedangkan trustless bridge tidak memiliki asumsi kepercayaan dan tidak membuat asumsi kepercayaan baru di luar domain yang mendasarinya. Berikut adalah penjelasan dari istilah-istilah ini:
Untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan utama antara kedua pendekatan tersebut, mari kita ambil sebuah contoh:
Bayangkan sobat cuan berada di pos pemeriksaan keamanan bandara. Ada dua jenis pos pemeriksaan:
Check-in manual mirip dengan model dengan landasan kepercayaan karena bergantung pada pihak ketiga, yaitu petugas, untuk pengoperasiannya. Sebagai pengguna, sobat mempercayai petugas untuk membuat keputusan yang tepat dan menggunakan informasi pribadi sobat dengan benar.
Self check-in mirip dengan model trustless karena menghilangkan peran operator dan menggunakan teknologi untuk operasinya. Pengguna selalu memegang kendali atas data mereka dan tidak perlu mempercayai pihak ketiga dengan informasi pribadi mereka.
Banyak solusi bridging mengadopsi model di antara kedua ekstrem ini dengan berbagai tingkat trustlessness.
Bridge masih dalam tahap awal pengembangan. Kemungkinan besar desain bridge yang paling optimal belum ditemukan. Berinteraksi dengan semua jenis bridge memiliki risiko:
Selain itu, karena trusted bridges menggunakan asumsi kepercayaan, bridge ini memiliki risiko tambahan seperti:
Dana pengguna berisiko jika:
Salah satu peretasan baru-baru ini adalah bridge Wormhole milik Solana, di mana 120 ribu wETH (~US$325 juta) dicuri. Banyak peretasan terkenal dalam blockchain melibatkan bridge.
Bridge sangat penting untuk menerima pengguna ke Ethereum L2, dan bahkan untuk pengguna yang ingin menjelajahi ekosistem yang berbeda. Akan tetapi, mengingat risiko yang terlibat dalam berinteraksi dengan bridge, pengguna harus memahami trade-off yang dimiliki oleh bridge.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini