Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump kembali mengguncang pasar keuangan. Pada Senin (3/2), indeks saham utama turun lebih dari 2% setelah pengumuman tarif impor baru. Banyak pihak khawatir bahwa tarif ini akan memicu inflasi dan merugikan perdagangan global. Namun, data menunjukkan bahwa tarif justru bisa bersifat disinflasi dan mungkin menjadi solusi yang dibutuhkan pasar saat ini.
Tarif impor tambahan yang diberlakukan oleh Trump meliputi:
Menurut laporan CNN, tarif baru ini mencakup impor senilai $1,4 triliun—lebih dari tiga kali lipat tarif yang dikenakan selama masa jabatan pertama Trump. Akibatnya, indeks S&P 500 (SPX) dan NASDAQ Composite (COMP:IND) turun sekitar 2% di sesi pre-market. Sementara itu, harga Bitcoin (BTC-USD) juga mengalami volatilitas, diperdagangkan di kisaran $94.000.
Namun, apakah kekhawatiran pasar ini berlebihan? Mari kita analisis lebih dalam.
Sebagian besar investor percaya bahwa tarif akan meningkatkan inflasi dengan menaikkan harga barang impor. Namun, bukti sejarah menunjukkan hal yang berbeda:
Misalnya, pada tahun 2018, nilai tukar yuan China melemah, sehingga mengurangi dampak kenaikan tarif terhadap harga barang impor di AS.
Harga impor Amerika Serikat | Sumber: FRED
Hanya sebulan yang lalu, pasar khawatir akan lonjakan inflasi. Namun, dengan adanya tarif baru dan tren inflasi hunian yang menurun, kemungkinan besar inflasi akan mengalami penurunan dalam waktu dekat.
Grafik indeks sewa penyewa baru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa inflasi hunian telah turun drastis. Karena inflasi hunian merupakan komponen utama dalam Consumer Price Index (CPI), angka inflasi secara keseluruhan diperkirakan akan turun dalam beberapa bulan ke depan.
Indeks sewa penyewa baru | Sumber: Departemen Tenaga Kerja AS
Ketika Trump pertama kali menjabat, banyak yang khawatir bahwa kebijakan pemotongan pajak dan peningkatan belanja pemerintah akan memanaskan ekonomi terlalu cepat. Sekarang, dengan tarif baru yang bertindak sebagai pajak penjualan, AS justru memiliki kesempatan untuk:
Pasar sangat bergantung pada likuiditas, dan salah satu penyebab pelemahan pasar saat ini adalah berkurangnya likuiditas akibat kebijakan Quantitative Tightening (QT) yang diterapkan oleh The Fed. Jika kita melihat pola pada tahun 2018, penurunan pasar saat itu dipicu oleh "Fed Taper Tantrum," di mana The Fed mengurangi stimulus moneter secara bertahap. Namun, begitu The Fed mengubah arah kebijakan dan kembali ke Quantitative Easing (QE), pasar pun kembali menguat.
SPX 2016-2020 | Sumber: Trendspider
Saat ini, kita melihat tren serupa:
ON RRP (Overnight Reverse Repo Facility) | Sumber: FRED
Meskipun tarif baru memicu volatilitas di pasar, dampaknya kemungkinan tidak akan bertahan lama. Beberapa skenario yang dapat terjadi adalah:
Probabilitas bahwa tarif di Kanada dihapus (Polymarket)
Jika The Fed mengambil langkah proaktif untuk menghindari krisis likuiditas seperti tahun 2018, maka kita mungkin akan melihat rebound pasar yang cepat. Dengan demikian, bagi investor jangka panjang, kondisi ini bisa menjadi kesempatan strategis untuk masuk ke pasar sebelum fase pemulihan dimulai.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp10.000 dan hanya tiga kali klik saja! Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini