Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Risiko Terpendam pada Bitcoin, Saham, Obligasi, serta Aset Lainnya
shareIcon

Risiko Terpendam pada Bitcoin, Saham, Obligasi, serta Aset Lainnya

13 Jan 2025, 10:29 AM·Waktu baca: 6 menit
shareIcon
Kategori
Risiko Terpendam pada Bitcoin, Saham, Obligasi, serta Aset Lainnya

Inagurasi Donald Trump sebentar lagi akan dilaksanakan, namun….

Sangatlah penting untuk memahami apa yang menggerakkan pasar dan mengapa. Di kala narasi yang berpusat pada Trump mendominasi arus, pasar keuangan menceritakan kisah yang berbeda. Saham-saham AS telah kehilangan seluruh kenaikannya sejak pemilihan Trump pada awal November, yang pada awalnya diharapkan dapat mendorong pertumbuhan yang lebih kuat, juga pajak yang lebih rendah. Rally pasca pemilu yang diantisipasi dalam altcoin nampak terpatahkan pada tanggal 6 Desember. Tanggal ini bukan hanya kebetulan namun menjadi momen penting dengan implikasi yang luas.

Crypto Trading Volumes (Kiri) vs. Crypto Funding Rates (Kanan, weekly) | Sumber: 10x

Penurunan tajam pada altcoin setelah tanggal tersebut adalah buktinya. Sejak kemeriahan awal Desember, volume perdagangan kripto telah menurun secara substansial, dengan tingkat pendanaan (funding rates) mencapai puncaknya pada tanggal 6 Desember. Hal ini menunjukkan signifikansi yang lebih dalam pada tanggal tersebut. Memahami hal ini dapat menjelaskan kekuatan dominan saat ini yang mendorong harga aset.

Faktor makroekonomi adalah pendorong utama siklus pasar Bitcoin dan kripto. Keputusan The Fed untuk menerapkan penurunan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin pada bulan September berasal dari kekhawatiran akan resesi yang akan datang yang dipicu oleh kelemahan pasar tenaga kerja AS.

Namun, data selanjutnya menunjukkan gambaran yang berbeda. Non-farm payrolls (NFP) menunjukkan hanya 12.000 pekerjaan yang ditambahkan pada bulan Oktober, namun rebound tajam menjadi 227.000 pada bulan November, dengan data yang dirilis pada tanggal 6 Desember. Minggu lalu, angka-angka tersebut menunjukkan kenaikan kuat lainnya, dengan NFP meningkat 256.000 dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,1%, yang dirilis pada 10 Januari. Angka-angka ini menunjukkan bahwa alasan awal the Fed untuk menurunkan suku bunga pada dasarnya tidak tepat, sehingga mematahkan argumen untuk siklus penurunan suku bunga selanjutnya.

Meskipun Bitcoin dapat berkinerja cukup baik bahkan ketika Federal Reserve menghentikan kenaikan suku bunganya, kinerjanya secara signifikan lebih kuat ketika penurunan suku bunga diantisipasi. Ekspektasi seperti itu cenderung meningkatkan rally altcoin, seperti yang terlihat menjelang data ketenagakerjaan yang dirilis pada 6 Desember. Namun, selama pertemuan FOMC 18 Desember, The Fed secara eksplisit kembali ke sikap hawkish, menandakan perubahan yang mungkin membutuhkan waktu bagi Bitcoin maupun saham untuk mencernanya

Penyesuaian ini semakin diperumit oleh pertumbuhan lapangan kerja yang lebih kuat dan meningkatnya ekspektasi inflasi. Pergeseran The Fed merupakan manuver politik dan juga respons ekonomi, dengan dampak yang terlihat pada kenaikan tajam imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi, indikator utama biaya modal (cost of capital), telah naik secara signifikan-dari 2,4% selama masa jabatan pertama Trump menjadi 4,76% saat ini, sebuah lompatan lebih dari 200 basis poin.

Awalnya, imbal hasil mulai menurun seiring dengan tumbuhnya optimisme akan prospek pemerintahan AS yang efisien dan berpotensi lebih berhati-hati dalam mengelola fiskal di bawah kepemimpinan Trump. Namun, sejak rilis data ketenagakerjaan pada 6 Desember, imbal hasil telah melonjak lebih tinggi, mencerminkan lanskap ekonomi makro yang berkembang pesat dan meningkatnya ketidakpastian seputar kebijakan fiskal dan moneter. Dinamika ini menyoroti hubungan yang rumit antara perubahan kebijakan, sentimen pasar, dan kinerja aset.

USD / CNY (Kiri) vs. US 10yr Bond Yields (Kanan) - keduanya menanjak lebih tinggi | Sumber: 10x

Secara historis, perusahaan asuransi jiwa dan dana pensiun Jepang memanfaatkan peluang tersebut dengan berinvestasi di luar negeri. Namun, dengan imbal hasil obligasi di Jepang yang juga meningkat, tabungan domestik sekarang lebih cenderung untuk tetap berada di dalam negeri. Pergeseran ini menandai perubahan yang signifikan, karena tabungan Jepang secara tradisional membantu menjaga imbal hasil obligasi AS tetap rendah.

China sedang berada dalam fase “Jepangisasi”, ditandai dengan populasi yang menua, pertumbuhan yang lamban, tingkat tabungan yang lebih tinggi, dan imbal hasil obligasi yang mendekati nol. Namun, tidak seperti Jepang setelah gelembung aset tahun 1989 (ketika surplus tabungan disalurkan ke luar negeri untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi), situasi China berbeda secara signifikan. Perputaran arus modal China semakin dibatasi untuk tetap berada di dalam negaranya, sebagaimana dibuktikan oleh penurunan tajam imbal hasil obligasi China (imbal hasil obligasi 10 tahun sebesar 1,62%), dengan implikasi yang besar untuk pasar internasional.

Tidak seperti Jepang, China dapat terus menjual kepemilikan Treasury AS-nya, sebuah tren yang telah berlangsung selama beberapa tahun dan dapat meningkat jika ketegangan perdagangan baru dengan AS muncul. Dinamika ini dapat menyebabkan kenaikan imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun, sehingga menekan perekonomian yang sudah bergulat dengan kenaikan biaya pembiayaan kembali. Selain itu, dorongan Menteri Keuangan untuk memperpanjang durasi utang (bergeser dari utang jangka pendek ke utang jangka panjang) menambah lapisan kompleksitas lain dalam mengelola prospek fiskal negara.

Strategi penjualan Treasury berdenominasi dollar AS ini juga sejalan dengan upaya China untuk menstabilkan mata uangnya, yuan. Yuan berada di bawah tekanan dari arus keluar modal yang tidak disetujui dan diperdagangkan pada level terlemah sejak 2007. Selama periode devaluasi yuan sebelumnya, Bitcoin awalnya mengalami aksi jual, diikuti oleh rally besar-besaran, karena modal China mengalir ke Bitcoin melalui perusahaan-perusahaan pertambangan Bitcoin. Meskipun penambangan Bitcoin di Chna telah menurun secara signifikan setelah larangan pemerintah, transaksi OTC telah mengisi kekosongan tersebut. Transaksi - transaksi ini sekarang berfokus pada memfasilitasi akses ke USDT untuk individu yang ingin memindahkan uang keluar dari Tiongkok, yang mencerminkan interaksi berkelanjutan antara dinamika mata uang dan pasar kripto.

Namun pada Agustus 2024, China menerapkan reformasi hukum yang signifikan yang menargetkan aktivitas terkait mata uang kripto, terutama yang melibatkan Tether (USDT). Mahkamah Agung Rakyat (Supreme People’s Court) dan Kejaksaan Agung Rakyat (Supreme People’s Procurate) memperbarui undang-undang anti pencucian uang (anti money laundering) negara untuk mengklasifikasikan transaksi aset virtual sebagai potensi pelanggaran pencucian uang. Efektif pada 21 Agustus 2024, revisi ini memperkenalkan hukuman yang ketat bagi individu yang terlibat dalam transaksi mata uang kripto ilegal, termasuk denda dan hukuman penjara.

Penerbitan USDT pada on Ethereum (putih) and pada Tron (ungu) - $ miliar | Sumber: 10x

Tron memiliki hubungan yang erat dengan Tiongkok dan memainkan peran penting dalam penerbitan stablecoin. Hingga Agustus 2024, USDT yang diterbitkan di Tron merupakan pendorong utama arus masuk ini. Jauh lebih besar daripada di Ethereum dan berpotensi menjadi saluran utama untuk memindahkan modal ke luar negeri dan mendorong pasar Bitcoin dan pasar kripto yang lebih luas. Meskipun aliran stablecoin melonjak secara signifikan pada Q4, aktivitas ini secara khusus bergeser dari Tron. Sebaliknya, arus masuk terkonsentrasi pada USDT yang diterbitkan di Ethereum, sebuah tren yang bertahan hingga Federal Reserve mengadopsi sikap yang lebih hawkish pada bulan Desember.

Bahkan jika imbal hasil obligasi AS terus meningkat (berpotensi didorong oleh PBOC, bank sentral China, yang menjual lebih banyak cadangannya) atau jika China mendevaluasi mata uangnya, seperti yang terjadi pada tahun 2015, modal-modal dari China mungkin tidak dapat memanfaatkan pergeseran ini. Secara historis, China telah mahir dalam memanfaatkan peluang pasar selama masa-masa sulit, terutama setelah menemukan Bitcoin pada tahun 2013. Pada puncaknya, China menyumbang 90% volume perdagangan Bitcoin global dan memegang 70% pangsa pasar dalam penambangan Bitcoin selama lebih dari enam tahun.

Namun, lanskap saat ini menunjukkan bahwa modal-modal China sekarang mungkin secara efektif terperangkap di dalam negeri. Hal ini digarisbawahi oleh penurunan tajam pada imbal hasil obligasi 10 tahun China, yang menandakan aliran modal yang terbatas dan berkurangnya peluang untuk investasi eksternal. Perangkap modal domestik ini dapat mewakili salah satu risiko sistemik terbesar dalam lingkungan ekonomi saat ini.

China mendevaluasi RMB pada 11 Agustus, 2015 - Diikuti RallyBitcoin yang Kuat | Sumber: 10x

Meskipun banyak perhatian terfokus pada Trump, risiko yang lebih besar mungkin ada di China. Likuidasi kepemilikan obligasi pemerintah AS oleh China dapat mendorong imbal hasil yang lebih tinggi, meningkatkan tekanan pada ekspektasi suku bunga AS, saham, dan Bitcoin. Pada saat yang sama, devaluasi mata uang China dapat memicu penurunan tajam pada aset-aset berisiko. Tidak seperti pada devaluasi sebelumnya, bagaimanapun, modal-modal China mungkin tidak akan datang untuk menyelamatkan kali ini. Pada episode sebelumnya, seperti saat devaluasi mata uang terakhir China, Bitcoin menguat tajam setelah reaksi risk-off awal, didukung oleh aliran uang dari China.

Absennya Tron dari lonjakan aktivitas stablecoin setelah pemilihan umum 11 November juga patut dicatat. Kurangnya keterlibatan ini dapat menandakan pergeseran pengaruh China terhadap pasar kripto. Ketika kita melihat ke depan ke tahun 2025, risiko sistemik terbesar mungkin berkisar di sekitar China dan potensi dampaknya pada Imbal Hasil Treasury AS dan juga Bitcoin.

China mendevaluasi RMB pada 11 Agustus, 2015 sebesar 1.9% | Sumber: 10x

Investasi dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp10.000 dan hanya tiga kali klik saja! Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Pius Bagas H

Right baner

Pius Bagas H

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
pluang insight
Pluang Insight: Lahan Virtual, Proyek Menggiurkan atau Bakal Gagal Total?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1