Segmen ini akan membahas lebih dalam terkait suku bunga mulai dari penyebab naik dan turunnya suku bunga sampai dengan dampak dari kebijakan suku bunga AS terhadap ekonomi global. Simak berita berikut!
Suku bunga adalah jumlah yang dibebankan kepada peminjam utang kepada pemberi hutang. Umumnya suku bunga dinyatakan sebagai persentase dari pokok utang. Suku bunga berbanding lurus dengan jumlah risiko yang terkait dengan peminjam. Artinya, semakin besar risiko nya maka suku bunga yang diberikan juga akan semakin tinggi untuk memberikan risk to reward yang seimbang. Suku Bunga dapat diterapkan selama jangka waktu satu tahun, bulanan, triwulanan bahkan harian (overnight rate).
Selain itu, suku bunga juga dapat mengacu pada suku bunga yang dibayarkan oleh bank kepada kliennya untuk menyimpan simpanan di bank ataupun bunga yang diberikan oleh pemerintah ketika terdapat investor yang melakukan pembelian terhadap surat utang negara.
Suku bunga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni fixed rate dan variabel (floating) rate. Suku bunga tetap (fixed rate) adalah suku bunga yang konstan sepanjang jangka waktu pinjaman. Selanjutnya ada juga suku bunga mengambang (floating rate), di mana suku bunga bervariasi dan dapat berfluktuasi berdasarkan suku bunga referensi yang ditentukan oleh bank sentral suatu negara.
1. Simple Interest Rate : Jenis bunga ini dihitung berdasarkan jumlah asli atau pokok pinjaman. Adapun rumusnya adalah
2. Compound Interest Rate : Bunga majemuk dihitung tidak hanya berdasarkan jumlah pokok tetapi juga berdasarkan akumulasi bunga periode sebelumnya, oleh karena itu jenis perhitungan ini disebut juga sebagai bunga atas bunga. Rumus bunga majemuk adalah sebagai berikut:
Suku bunga nominal adalah suku bunga tanpa penyesuaian terhadap inflasi. Dengan kata lain, suku bunga yang diberikan tidak sejalan dengan kondisi inflasi di negara tersebut, sehingga nilai dari suku bunga nya menjadi konstan atau sama.
Kedua, terdapat suku bunga riil yang memperhitungkan tingkat inflasi. Suku bunga yang didapatkan mempertimbangkan opportunity cost yang hilang dibandingkan dengan buying power yang dikeluarkan apabila investor mengkonsumsi uang tersebut untuk pembelian barang di masa lalu.
Ketika suatu negara memiliki tingkat inflasi sebesar 4% dan suku bunga yang diberikan adalah 1%, maka setiap tahunnya kita akan kehilangan 3% dari uang yang kita miliki.
Suku bunga dipengaruhi oleh permintaan untuk, dan penawaran kredit dalam suatu perekonomian. Peningkatan permintaan kredit pada akhirnya menyebabkan kenaikan suku bunga, atau harga pinjaman. Sebaliknya, peningkatan pasokan kredit tanpa diimbangi dengan demand utang dapat menyebabkan penurunan suku bunga.
Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin tinggi suku bunga naik. Hal ini membuat money supply menjadi berkurang karena orang-orang lebih memilih untuk menabung dibandingkan untuk spending sehingga angka inflasi dapat tertekan. Suku bunga dijadikan sebagai alat moneter untuk mengatur tingkat inflasi di suatu negara. Namun, harus diketahui juga bahwa ketika inflasi sudah sangat rendah, bank sentral harus meresponnya dengan meningkatkan money supply dengan cara menurunkan suku bunga. Hal ini ditujukan agar negara tersebut tidak menjadi deflasi, karena pada dasarnya akan lebih susah bagi suatu negara untuk mengatasi masalah deflasi dibandingkan inflasi.
Ketika suatu negara mengalami deflasi maka akan terjadi kerusakan struktural di dalam suatu negara tersebut, mulai dari pelemahan daya beli yang membuat revenue perusahaan-perusahaan menurun dan mengurungkan niatnya untuk melakukan ekspansi hingga adanya layoff untuk efisiensi biaya. Atas dasar inilah mengapa deflasi lebih susah untuk ditangani dibandingkan inflasi.
Selain itu, negara-negara berkembang maupun negara yang lebih kecil dibandingkan negara adikuasa, harus melihat kiblat kebijakan suku bunga di negara tersebut. Saat ini Amerika masih menjadi negara adikuasa sehingga setiap kebijakan The Fed pasti akan ditiru oleh negara-negara lainnya. Hal ini disebabkan karena perdagangan dunia masih didominasi oleh USD sehingga setiap kebijakan yang mempengaruhi nilai nominal USD akan selalu diikuti oleh negara-negara lain. Seperti yang sobat cuan ketahui bahwa ketika suatu negara menaikan suku bunga nya maka currency negara tersebut juga akan menguat, vice versa.
Karena mayoritas negara masih menggunakan USD sebagai alat pembayaran, khususnya untuk perdagangan minyak dunia, maka ketika US The Fed meningkatkan suku bunga maka negara-negara lain juga akan mengikuti karena tidak ingin currency negara nya menjadi melemah terhadap USD, vice versa. Selain dijadikan alat pembayaran, circulating money juga paling banyak berada di negara barat, sehingga negara-negara berkembang yang ingin meminjam uang, kebanyakan berbentuk USD sehingga kalau currency negara yang meminjam melemah artinya uang yang harus dibayarkan kembali kepada peminjam akan semakin tinggi.
Kenaikan suku bunga juga mempengaruhi money flow, dimana ketika The Fed meningkatkan suku bunga maka yield treasury (risk free) di negara safe haven akan meningkat, sehingga orang-orang akan lebih memilih berinvestasi di USA dibandingkan dengan negara berkembang karena dianggap lebih aman.
Sama hal nya seperti Indonesia, Indonesia memiliki kebijakan suku bunga yang berkiblat pada negara barat, The Fed. Ketika The Fed menurunkan suku bunga maka Indonesia akan bertindak akan hal yang sama. Namun, ada kala nya ketika The Fed menurunkan suku bunga, namun BI tetap menahan suku bunga. Hal ini dikarenakan terdapat pelemahan rupiah terhadap USD, sehingga ketika BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga maka hal itu akan merugikan Indonesia sendiri. Maka kebijakan menahan suku bunga adalah hal yang tepat untuk dilakukan.
Lalu mengapa tidak menaikan suku bunga? Karena dengan high interest rate environment maka likuditas akan semakin ketat, cost of borrowing akan menjadi lebih mahal dan orang-orang akan berhenti untuk spending. Dimana pada titik akhirnya, Indonesia akan mengalami depresiasi ekonomi dan deflasi. Seperti yang sobat cuan ketahui bahwa sekarang ekonomi di Indonesia masih terus berjuang pulih dari keterpurukan akibat Covid-19, sehingga high interest rate environment bukanlah hal yang tepat bagi Indonesia
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp10.000 dan hanya tiga kali klik saja! Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini