Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

US Treasury Yield, Hal Penting yang Dilupakan Pasar di Tengah Geliat Tarif
shareIcon

US Treasury Yield, Hal Penting yang Dilupakan Pasar di Tengah Geliat Tarif

9 Apr 2025, 4:05 AM·Waktu baca: 4 menit
shareIcon
Kategori
US Treasury Yield, Hal Penting yang Dilupakan Pasar di Tengah Geliat Tarif

Tekanan terhadap anggaran pemerintah Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat tajam dalam beberapa tahun ke depan. Pemerintah harus melakukan pembiayaan ulang terhadap utang nasional sebesar $28 triliun dalam empat tahun ke depan, dan hal ini harus dilakukan di tengah tingkat suku bunga yang jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun lalu. Akibatnya, pembayaran bunga atas utang negara akan melonjak drastis. 

Meskipun inflasi secara resmi diumumkan turun menjadi sekitar 2,9% pada musim panas 2024, kenyataannya harga berbagai kebutuhan seperti listrik, makanan, sewa rumah, dan asuransi mobil tetap meningkat. Penurunan harga mobil bekas sebesar 11% selama setahun menjadi salah satu faktor utama yang menurunkan angka inflasi secara statistik. Namun, penurunan harga mobil bekas itu telah berhenti, dan inflasi kini mulai naik lagi.

Selanjutnya, yang lebih mengkhawatirkan adalah kondisi fiskal pemerintah. Defisit anggaran tahun lalu mencapai hampir $2 triliun, dan diperkirakan tahun ini akan serupa atau bahkan lebih besar walaupun Trump sudah melakukan efisiensi. Sementara itu, total utang nasional telah melewati $36 triliun, dan sekitar $28 triliun dari jumlah tersebut harus dibiayai ulang dengan bunga yang lebih tinggi—dari sekitar 2% menjadi 5%. Tambahan beban bunga ini diperkirakan akan menambah sekitar $840 miliar per tahun, yang bisa membuat total pembayaran bunga tahunan melebihi $2 triliun dalam empat tahun ke depan.

Pembayaran Bunga Utang AS | Sumber: US Treasury Fiscal Data

Dengan adanya kenaikan inflasi akan menghambat The Fed untuk menurunkan suku bunga, sedangkan di sisi lain Trump ingin Fed untuk menurunkan suku bunga dengan segera agar bisa melakukan refinancing utang AS dengan cost of borrowing yang lebih murah. 

Situasi ini makin genting karena semakin banyak negara asing dan bank sentral—termasuk negara-negara BRICS dan bahkan beberapa sekutu AS di Eropa—yang mulai mengurangi kepemilikan dolar dan lebih memilih aset seperti emas, dimana hal ini dapat membuat kekuatan dari USD melemah, karena currency-nya sudah tidak di back by gold. 

Untuk mengatasi pelemahan mata uang AS adalah dengan FDI (Foreign Direct Investment) ataupun peningkatan investasi dalam negaranya. Dengan latar belakang tersebut, Trump akhirnya memberlakukan tarif sehingga seluruh direct investment flow kembali masuk ke AS, walaupun dampak dari tarif tersebut akan di pass-through kepada rakyat AS sendiri, karena merekalah yang menanggung beban dari kenaikan harga barang di dalam negaranya. Saat ini, dengan adanya guncangan besar dalam negaranya maka dikhawatirkan apabila AS ingin melakukan melakukan refinancing debt dengan obligasinya, tapi obligasinya tidak laku. 

Jika investor asing enggan membeli obligasi AS, maka satu-satunya pilihan tersisa adalah The Federal Reserve, yang kemungkinan besar akan mencetak uang untuk membeli obligasi pemerintah. Seperti yang terjadi selama pandemi, pencetakan uang dalam jumlah besar (sekitar $5 triliun) menyebabkan inflasi melonjak hingga 9%. Jika The Fed kembali harus mencetak uang untuk membiayai ulang $28 triliun utang, inflasi bisa meningkat jauh lebih tinggi dari target 2%.

Dengan adanya kondisi situasi global yang sedang terpuruk dan terguncang karena turunnya daya beli global yang disertai dengan inflasi (karena perhitungan inflasi exclude basket makanan dan energi). Masyarakat lebih senang untuk berinvestasi di aset safe haven seperti Emas yang sudah melambung tinggi, bahkan di proyeksi dapat mencapai US$3,500 / ounce. Namun, disisi lain, sobat cuan juga harus mengetahui bahwa peningkatan harga emas ini bukan hanya di beli oleh investor retail tapi dibeli oleh bank-bank sentral dunia, salah satunya adalah China. 

Secara historis, semakin panjang akumulasi kenaikan emas maka akan ada hal buruk didepan salah satunya adalah ancaman resesi global. Bahkan The Fed menyarankan agar perbankan di AS untuk menyiapkan permodalan bank untuk memperbesar loan-losses reserve yang artinya terdapat ancaman kredit gagal bayar. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi banking crisis, karena krisis terbesar diawali dengan banking crisis. Sinyal lainnya yang wajib diwaspadai adalah yield curve dan market spread. 

Sekarang ini, yield curve 10-Y USA berada di level 4.2%. Yield curve mengindikasikan hubungan antara imbal hasil (yield) dan tenor (jatuh tempo) dari obligasi pemerintah (biasanya obligasi negara seperti US Treasury atau obligasi negara lainnya). Saat yield curve tinggi, artinya investor meminta imbal hasil lebih besar untuk obligasi jangka panjang, karena mereka melihat risiko atau ketidakpastian ekonomi yang lebih besar di masa depan, seperti inflasi, kenaikan suku bunga, atau pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil.

US Treasury Yield 10Y | Sumber: CNBC

Sedangkan untuk market spread (Yield obligasi korporasi – Yield obligasi pemerintah (dengan tenor yang sama)) yang sekarang ini juga cenderung meningkat. Peningkatan credit spread artinya selisih imbal hasil antara obligasi korporasi (non-pemerintah) dan obligasi pemerintah (yang dianggap bebas risiko) sedang melebar, dengan kata lain, investor menuntut imbal hasil lebih tinggi untuk memegang obligasi korporasi karena mereka melihat risiko yang meningkat. 

Kalau credit spread naik (melebar), artinya:

  1. Risiko kredit meningkat – Investor khawatir perusahaan mungkin gagal bayar (default). 
  2. Sentimen pasar memburuk – Bisa karena ketidakpastian ekonomi, geopolitik, atau kekhawatiran resesi.
  3. Investor cari aset aman – Mereka menjual obligasi korporasi dan pindah ke obligasi pemerintah → permintaan turun → yield korporat naik → spread melebar.

Investasi dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang untuk investasi di 1000+ pilihan aset yang mencakup Saham AS & ETF, Options Trading untuk Saham AS & ETF, Aset Crypto, Crypto Futures, Emas, dan juga puluhan produk Reksa Dana, semua mulai dari Rp10.000 saja! Di Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena Pluang sudah bekerja sama dengan mitra-mitra tepercaya yang memiliki izin dan diawasi oleh lembaga pemerintah terkait. Yuk, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marcella Kusuma

Right baner

Marcella Kusuma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
pluang insight
Pluang Insight: Lahan Virtual, Proyek Menggiurkan atau Bakal Gagal Total?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1