Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Apa Hubungan The Fed Cut Rate Dengan Investasi?
shareIcon

Apa Hubungan The Fed Cut Rate Dengan Investasi?

11 hours ago·Waktu baca: 6 menit
shareIcon
Kategori
Apa Hubungan The Fed Cut Rate Dengan Investasi?

Hubungan antara pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dan pasar modal, emas, serta kripto cukup signifikan karena suku bunga mempengaruhi biaya uang, minat risiko, dan arah investasi.

- Di pasar saham, suku bunga rendah membuat saham menjadi lebih menarik dibandingkan obligasi, karena return dari instrumen pendapatan tetap seperti deposito dan surat utang ikut turun. Hal ini biasanya mendorong kenaikan harga saham. 

- Emas sebagai aset lindung nilai juga mendapat dorongan karena nilai dolar AS cenderung melemah saat suku bunga turun, membuat emas lebih menarik sebagai penyimpan nilai. 

- Kripto sering mengalami lonjakan karena investor mencari alternatif dengan imbal hasil lebih tinggi saat suku bunga rendah. Aset kripto seperti Bitcoin juga mulai dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan kebijakan moneter longgar. 

Secara keseluruhan, pemangkasan suku bunga mendorong peralihan dari aset konservatif ke aset yang lebih berisiko dan berpotensi memberikan return lebih tinggi.

Economic Indicator yang Menjadi Pertimbangan The Fed Untuk Cut Rate?

Economic indicator (indikator ekonomi) yang biasanya digunakan The Fed sebagai pertimbangan untuk memotong suku bunga (cut rate) adalah indikator yang mencerminkan perlambatan ekonomi, rendahnya inflasi, dan kondisi pasar tenaga kerja. Berikut indikator utamanya:

1. Inflasi (CPI, PCE)

Consumer Price Index (CPI) dan Personal Consumption Expenditures (PCE) adalah indikator utama inflasi. Jika inflasi turun di bawah target 2% (target The Fed), maka pemangkasan suku bunga bisa dipertimbangkan untuk mendorong harga naik kembali.

2. Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)

Diambil dari data Non-Farm Payrolls (NFP) dan laporan pengangguran bulanan. Jika pengangguran naik signifikan, itu tanda ekonomi melambat → The Fed cenderung memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan dan lapangan kerja.

3. GDP Growth (Pertumbuhan Ekonomi)

Jika Gross Domestic Product (GDP) menunjukkan pertumbuhan yang melemah atau kontraksi, itu sinyal ekonomi butuh stimulus. The Fed bisa memangkas suku bunga untuk meningkatkan konsumsi dan investasi.

4. Retail Sales & Konsumsi

Jika data penjualan ritel menurun, itu menandakan daya beli masyarakat melemah. Suku bunga bisa dipotong untuk mendorong konsumsi rumah tangga melalui pinjaman yang lebih murah.

5. Manufacturing & PMI (Purchasing Managers’ Index)

PMI di bawah 50 = kontraksi industri. Jika sektor manufaktur melemah, The Fed mungkin melihat perlunya kebijakan moneter yang lebih longgar.

Kapan The Fed Akan Melakukan Cut Rate?

Meskipun Federal Reserve memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga pada pertemuan tanggal 7 Mei, pasar berjangka kini menunjukkan sekitar 51.1% kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September 2025. Pemotongan tambahan kemungkinan akan terjadi di akhir tahun 2025 untuk mendukung perlambatan ekonomi.

Apa yang Terjadi Apabila The Fed Tidak Menurunkan Suku Bunga?

Jika The Federal Reserve (The Fed) tidak menurunkan suku bunga, maka akan ada dampak signifikan terhadap likuiditas (ketersediaan uang) di sistem keuangan serta aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

1. Likuiditas Tetap Ketat (Tight Liquidity)

Suku bunga tinggi → biaya pinjaman mahal, baik untuk konsumen maupun bisnis. Perbankan dan lembaga keuangan akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Masyarakat dan perusahaan cenderung menahan belanja dan investasi. Hasilnya: Jumlah uang yang beredar dalam ekonomi melambat → likuiditas menurun.

2. Penurunan Aktivitas Ekonomi

Kredit properti, modal usaha, dan konsumsi akan menurun karena bunga tinggi. Ini memperlambat pertumbuhan ekonomi, bisa berdampak pada: Peningkatan pengangguran, Penurunan laba perusahaan, Pelemahan pasar saham dan aset lainnya.

Dampak pada Pasar Keuangan

1. Pasar Saham

Kurangnya likuiditas dan tingginya cost of capital membuat investor enggan menaruh uang di saham → pasar saham bisa melemah.

2. Pasar Kripto

Kripto adalah aset spekulatif. Kurangnya likuiditas dan investor institusi yang risk-off (menghindari risiko) bisa menekan harga kripto.

3. Emas

Emas bisa kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil (yield), sehingga kalah bersaing dengan instrumen pendapatan tetap (obligasi) saat suku bunga tinggi.

4. Nilai Tukar Dolar AS Menguat

Suku bunga tinggi menarik investasi asing ke aset dolar (misalnya obligasi AS). Dolar AS menguat, yang bisa menekan nilai tukar mata uang negara lain dan mempersulit negara berkembang.

Mengapa Trump Sangat Ingin The Fed Menurunkan Suku Bunga?

Donald Trump ingin The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga karena hal itu sejalan dengan kepentingan politik dan strateginya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai figur yang kembali mencalonkan diri dalam pemilu, Trump berkepentingan agar ekonomi terlihat kuat, dengan pertumbuhan tinggi, lapangan kerja meningkat, dan pasar saham mencetak rekor. 

Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong konsumsi, investasi, dan harga aset seperti saham dan properti, sehingga menciptakan efek kekayaan (wealth effect) yang menguntungkan citra kepemimpinannya. Selain itu, Trump juga dikenal dengan kebijakan tarif dan proteksionisme, yang berisiko memicu inflasi dan memperlambat perdagangan. Dengan menurunkan suku bunga, The Fed dapat membantu mengimbangi tekanan ekonomi dari kebijakan dagang tersebut. Trump juga memiliki kepentingan fiskal: suku bunga rendah akan menurunkan beban bunga utang pemerintah, yang terus membengkak akibat belanja besar selama masa jabatannya. Lebih jauh lagi, suku bunga rendah bisa melemahkan dolar AS, membuat ekspor Amerika lebih kompetitif. 

Selain itu, terdapat juga motif dari refinancing utang US dengan bunga yang lebih murah mengingat utang Amerika saat ini sudah sangat besar. Total utang nasional telah melewati $36 triliun, dan sekitar $28 triliun dari jumlah tersebut harus dibiayai ulang dengan bunga yang lebih tinggi—dari sekitar 2% menjadi 5%. Tambahan beban bunga ini diperkirakan akan menambah sekitar $840 miliar per tahun, yang bisa membuat total pembayaran bunga tahunan melebihi $2 triliun dalam empat tahun ke depan. Dengan adanya kenaikan inflasi akan menghambat The Fed untuk menurunkan suku bunga, sedangkan di sisi lain Trump ingin Fed untuk menurunkan suku bunga dengan segera agar bisa melakukan refinancing utang AS dengan cost of borrowing yang lebih murah.

Hubungan M2 Money Supply Dengan Cut Rate

M2 supply adalah indikator jumlah uang beredar dalam ekonomi, termasuk uang tunai, simpanan tabungan, dan deposito berjangka pendek. M2 yang tinggi menandakan banyak likuiditas tersedia, yang biasanya mendorong harga aset naik karena ada banyak modal mencari tempat investasi.

Jika M2 meningkat dan The Fed menurunkan suku bunga, maka likuiditas bertambah, memberikan sentimen positif bagi pasar saham dan kripto. Sebaliknya, jika M2 menyusut atau stagnan akibat kebijakan moneter ketat, maka likuiditas berkurang, sehingga tekanan jual di pasar bisa meningkat, menyebabkan harga turun.

Pergerakan M2 money supply dan pasar saham umumnya memiliki korelasi positif, artinya ketika M2 bertambah, pasar saham cenderung naik, dan sebaliknya.

Apakah Terdapat Potensi QE? 

Meskipun pasar mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada paruh kedua tahun 2025, proyeksi tersebut masih disertai dengan ketidakpastian tinggi. Beberapa analis, seperti yang dilaporkan oleh JPMorgan, memperkirakan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga dua kali pada tahun 2025, namun hal ini sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi selanjutnya. 

Investor juga mengamati dengan cermat pernyataan dan kebijakan The Fed terkait QT dan QE. Beberapa analis menyarankan bahwa jika kondisi pasar, seperti lonjakan imbal hasil Treasury yang signifikan, memburuk, The Fed mungkin perlu mempertimbangkan untuk menghentikan QT lebih awal atau bahkan mempertimbangkan QE untuk mendukung likuiditas pasar.

Apa Yang Harus Investor Lakukan Untuk Menghadapi Situasi Global?

1. Diversifikasi Portofolio

Ketidakpastian ekonomi dan pasar membuat diversifikasi sangat penting. Jangan hanya fokus di satu aset, terutama aset berisiko tinggi seperti kripto. Gabungkan saham defensif, aset safe haven (emas, obligasi), dan beberapa aset kripto yang punya fundamental kuat.

2. Pantau Kebijakan Moneter dan Inflasi

Suku bunga dan kebijakan The Fed sangat mempengaruhi pasar. Jika The Fed memangkas suku bunga, likuiditas bisa meningkat dan mendorong reli saham serta kripto. Sebaliknya, kenaikan suku bunga atau kebijakan ketat bisa menekan harga.

3. Perhatikan Volume dan Sentimen Pasar

Kenaikan volume perdagangan dan sentimen positif bisa jadi tanda awal reli. Namun, waspadai juga volatilitas tinggi yang umum terjadi saat pasar bereaksi terhadap berita ekonomi.

4. Siapkan Strategi Keluar dan Masuk (Entry & Exit)

Gunakan analisis teknikal dan fundamental untuk menentukan waktu yang tepat masuk dan keluar pasar. Jangan terburu-buru ikut FOMO (fear of missing out).

Investasi dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang untuk investasi di 1000+ pilihan aset yang mencakup Saham AS & ETF, Options Trading untuk Saham AS & ETF, Aset Crypto, Crypto Futures, Emas, dan juga puluhan produk Reksa Dana, semua mulai dari Rp10.000 saja! Di Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena Pluang sudah bekerja sama dengan mitra-mitra tepercaya yang memiliki izin dan diawasi oleh lembaga pemerintah terkait. Yuk, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marcella Kusuma

Right baner

Marcella Kusuma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
pluang insight
Pluang Insight: Lahan Virtual, Proyek Menggiurkan atau Bakal Gagal Total?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1