Minyak memiliki keterkaitan yang erat dengan mata uang atau currency, karena perubahan harga minyak dapat menyebabkan reaksi positif atau negatif di negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor atau impor minyak. Dalam perdagangan minyak dunia, USD memiliki posisi teratas sebagai mata uang yang memiliki bargaining power terbesar karena sistem jual-beli menggunakan USD. Hal ini dikenal juga dengan petrodollar.
Istilah Petrodollar mulai dikenal sejak tahun 1970-an, sejak diadopsi secara keseluruhan sebagai mata uang untuk transaksi jual-beli minyak bumi. Tapi tau ga sih sobat cuan, sebenarnya, USD sudah digunakan sebagai alat transaksi minyak sejak tahun 1940-an namun terbatas antara AS dengan negara eksportir saja.
Skema Petrodollar meluas di tahun 1973, ketika Presiden Amerika Richard B. Nixon melakukan negosiasi dengan Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar di dunia. Proposal tersebut menyatakan bahwa Arab Saudi diwajibkan untuk jual-beli minyak antara Saudi dengan negara importir dengan mata uang USD. Sebagai imbalan nya, Amerika menawarkan perlindungan keamanan termasuk persenjataan dan militer untuk Arab Saudi. Pada saat itu, Arab menerima tawaran tersebut karena kondisi geopolitik di kawasan timur tengah yang sedang panas akibat gesekan-gesekan antara Mesir, Israel dan Syria (yang berujung pada Perang Yom Kippur 1973).
Dilatarbelakangi oleh konflik kepentingan, akhirnya proposal Petrodollar disetujui dan di tahun 1974 perjanjian Petrodollar berlaku penuh di Saudi dan tahun 1975, negara-negara OPEC mengikuti. Mulai saat itu negara importir minyak terus mengumpulkan USD untuk kepentingan jual-beli minyak mentah. Dengan permintaan minyak bumi yang semakin meningkat, maka valuasi USD juga meningkat. Sebelumnya, valuasi dari USD mengalami penurunan karena USD yang awalnya didukung oleh emas menjadi tidak dapat dipertukarkan dengan emas maupun logam mulia lain milik pemerintah Amerika.
Dollar Amerika pun menjadi mata uang yang valuasinya bergantung pada supply-demand minyak dunia. Maka semakin banyak transaksi minyak terjadi antar negara OPEC dan importir, semakin kokoh pula posisi Dollar Amerika sebagai mata uang dunia. Saat ini terjadi korelasi negatif antara harga minyak dunia dan valuasi USD. Apabila harga minyak dunia tinggi, maka akan ada pelemahan demand yang berdampak pada penurunan valuasi dari nilai tukar USD, begitu pula sebaliknya.
Namun, perjanjian dari Petrodollar ini berakhir di tahun 2024 dan memutuskan bahwa China dapat menggunakan Yuan China untuk perdagangan minyak antara Arab Saudi dan China. Selain menggunakan Yuan, Arab juga menerima mata uang lainnya seperti Euro, Rubel, Yen, dan sedang mempertimbangkan BTC sebagai alat pembayaran. hal ini dapat mengancam kekuatan dollar AS, mengingat FX reserve global currency 58% nya adalah USD, diproyeksikan kedepannya persentase USD dalam reserve global akan menurun, seiring dengan dedolarisasi.
Efek dari dedolarisasi ini sebenarnya sudah terlihat dengan penurunan persentase penggunaan Dollar As sebagai alat pembayaran internasional. Misalnya pada 2013, 80% ekspor Rusia ditransaksikan dalam dolar AS. Angkanya terus turun menjadi 61% pada 2019 dan menjadi 48% pada 2020. Dominasi USD untuk perdagangan di Rusia digantikan oleh Yuan, dimana Yuan menjadi mata uang asing yang paling banyak digunakan di Rusia sejak 2022. Ekspor China ke Rusia menembus US$76.12 miliar sementara impor mencapai US$114.15 miliar.
Langkah dedolarisasi selanjutnya adalah selama delapan tahun terakhir, China merayu Arab Saudi untuk menggunakan mata uang Yuan untuk membeli minyak. Jika kerja sama ini disepakati maka diperkirakan bisa menggerus permintaan dolar AS lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp163.9 triliun. Kontrak Saudi Aramco dengan perusahaan China terkait penjualan minyak diperkirakan mencapai US$10 miliar.
Selain dengan Rusia dan Arab, Yuan juga dijadikan sebagai mata uang perdagangan asing utama di Laos. Selain Laos, negara Indonesia juga mulai memiliki kesepakatan dengan China untuk menggunakan Yuan- Rupiah sebagai mata uang perdagangan kedua negara sejak September 2021.
Selain dari dedolarisasi, dampak lainnya adalah terjadi tingkat volatilitas yang tinggi karena adanya penetapan harga minyak yang berbeda-beda sesuai dengan mata uang pembelian. Karena fluktuasi nilai tukar juga mempengaruhi harga minyak dan arus perdagangan. Selain itu, kedepannya juga diproyeksikan BTC ataupun mata uang digital lainnya juga bisa memainkan peran penting dalam penetapan harga minyak dunia, apabila pembayaran melalui instrumen tersebut disetujui.
Untuk mencegah hal ini, AS sendiri di bawah Trump akan menerapkan sanksi tarif 100% apabila negara-negara mulai meninggalkan penggunaan USD. Adapun negara-negara yang menyatakan akan melakukan dedolarisasi adalah negara yang tergabung dibawah BRICS+. Negara-negara BRICS+, menyumbang 35% dari PDB dunia dan 45% dari populasi dunia. Sehingga hal tersebut menjadi ketakutan untuk Trump karena dampaknya bisa signifikan merugikan AS. AS mengimpor barang senilai US$ 401 miliar dari China, dengan defisit perdagangan lebih dari US$ 270 miliar dalam 11 bulan pertama tahun 2024, menurut data pemerintah AS.
Salah satu negara yang bergabung dengan BRICS+ adalah China, sehingga wajar apabila Trump menerapkan tariff tinggi terhadap China karena China ingin menggantikan dominasi USD dalam perdagangan internasional yang berdampak bagi pelemahan USD. Trade war yang diterapkan oleh Trump sendiri akan merugikan China, karena AS adalah salah satu pasar ekspor terbesar. Apabila Trump Tariff secara resmi diterapkan, diproyeksikan GDP China akan berada di bawah 5%. Berdasarkan pengumuman terbaru Feb 2025, Trump menaikkan tarif 10% untuk produk China, atau jauh dibawah rencana awal Trump yang menetapkan tarif sebesar 60%.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp10.000 dan hanya tiga kali klik saja! Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini