Kurang dari satu dekade yang lalu, perdagangan internasional didominasi oleh sistem perdagangan bebas yang bertujuan membuka pasar baru bagi perusahaan dan pekerja. Namun, saat ini, pertimbangan geopolitik dan keamanan ekonomi telah menjadi faktor dominan dalam membentuk kontur perdagangan global. Perubahan kebijakan perdagangan AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump diperkirakan akan memperburuk pergeseran ini, meningkatkan biaya impor dari pasar tertentu.
Selama kampanye pemilihan presiden AS, Donald Trump mengemukakan rencananya untuk menaikkan tarif impor dari beberapa negara. Ia mengusulkan tarif 60% untuk barang-barang dari China dan tarif 25% untuk barang-barang dari Meksiko dan Kanada. Implikasi dari kebijakan ini sangat besar, dengan potensi biaya impor AS mencapai $640 miliar jika tarif diterapkan pada 10 negara impor utama AS.
Menurut model yang kami buat, tarif ini akan berdampak besar pada kategori produk tertentu. Misalnya, biaya impor produk elektronik konsumen dari China diperkirakan akan meningkat sebesar $61 miliar akibat tarif 60% pada barang-barang elektronik. Ini akan mengubah jalur perdagangan global, terutama antara AS, Meksiko, Uni Eropa, dan China.
Chart Hubungan Perdagangan | Sumber: BCG
Di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi, negara-negara mulai membentuk aliansi baru untuk menghindari ketergantungan pada pasar Barat. Sebagai contoh, perdagangan antara AS dan Meksiko diperkirakan akan tumbuh sebesar $315 miliar pada tahun 2033, berkat kebijakan "nearshoring" dan "friendshoring". Kebijakan ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada impor dari China.
Meksiko, sebagai bagian dari USMCA (Perjanjian AS-Meksiko-Kanada), akan terus menarik investasi manufaktur. Namun, negara ini perlu meningkatkan infrastruktur dan kapasitas sumber daya manusia untuk mendukung pertumbuhan tersebut. Selain itu, kebijakan proteksionisme AS yang lebih ketat dapat mengubah arus perdagangan antara AS, Meksiko, dan Kanada secara signifikan.
Dalam beberapa tahun ke depan, negara-negara di Global South (negara berkembang) diperkirakan akan mengalami lonjakan perdagangan yang signifikan. Perdagangan dengan negara-negara seperti Brasil, India, dan Afrika diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 5,9% hingga tahun 2033. Program infrastruktur besar seperti Belt and Road Initiative yang diluncurkan China semakin memperdalam hubungan dagang dengan negara-negara ini.
Perdagangan antara negara-negara Global South diperkirakan akan meningkat sebesar $673 miliar selama dekade berikutnya, yang akan mendukung agenda geopolitik China untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Barat. Hal ini akan membuka peluang besar bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di pasar-pasar berkembang yang dinamis.
ASEAN muncul sebagai pemain utama dalam perdagangan global, baik dengan negara-negara di Global South maupun dengan negara-negara besar seperti AS dan China. Perdagangan gabungan negara-negara ASEAN diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,7% per tahun, berkat perkembangan sektor manufaktur dan diversifikasi rantai pasokan.
Perdagangan ASEAN dengan China diperkirakan akan tumbuh 5,6% per tahun, didorong oleh perjanjian perdagangan bebas yang lebih mendalam antara kedua belah pihak. Sementara itu, hubungan perdagangan ASEAN dengan AS juga diharapkan mengalami pertumbuhan yang moderat sebesar 4,3% per tahun, meskipun ada kemungkinan pengawasan lebih ketat terhadap barang-barang yang dihasilkan di ASEAN dengan komponen dari China.
Uni Eropa, yang terdiri dari 27 negara anggota, tengah menghadapi tantangan besar dalam prospek perdagangan masa depan. Ketegangan geopolitik, masalah terkait keamanan energi, dan meningkatnya fokus pada perdagangan berbasis nilai telah berdampak signifikan pada kebijakan perdagangan dan aliansi ekonomi blok ini. Dalam menghadapi ketidakpastian global, Uni Eropa perlu menyesuaikan strategi perdagangan untuk mempertahankan daya saingnya di pasar internasional.
Uni Eropa diperkirakan akan mengalami stagnasi perdagangan dengan China dalam dekade mendatang. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada hal ini adalah pengenalan tarif impor baru, termasuk tarif terhadap kendaraan listrik yang berpotensi mempengaruhi hubungan dagang dengan negara tersebut. Selain itu, hubungan perdagangan Uni Eropa dengan Rusia diperkirakan akan turun sekitar $106 miliar pada tahun 2033, sebagai akibat dari sanksi yang diterapkan pasca-invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Meskipun tantangan ini, Uni Eropa masih diperkirakan akan mengalami pertumbuhan perdagangan yang stabil. Proyeksi menunjukkan bahwa total perdagangan Uni Eropa dengan negara lain akan meningkat sekitar 2% per tahun hingga 2033. Hal ini akan didorong oleh sejumlah faktor, termasuk peningkatan perdagangan energi dan kemajuan sektor manufaktur yang berbasis teknologi tinggi.
Perdagangan Uni Eropa dengan AS diperkirakan akan meningkat sebesar $303 miliar pada dekade mendatang, didorong oleh lonjakan impor gas alam cair (LNG) dari AS. Selain itu, hubungan perdagangan dengan negara-negara berkembang seperti India, Turki, dan Afrika diproyeksikan akan mengalami percepatan yang signifikan.
Uni Eropa juga semakin mendekati kesepakatan perdagangan dengan Mercosur, blok perdagangan yang mencakup negara-negara di Amerika Selatan. Jika kesepakatan ini terwujud, perdagangan Uni Eropa dengan Amerika Selatan diperkirakan akan meningkat pesat, membuka peluang baru untuk sektor manufaktur dan energi terbarukan.
Untuk menghadapi perubahan geopolitik dan memastikan kelangsungan bisnis, kami merekomendasikan agar para pemimpin bisnis mengambil langkah-langkah berikut:
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp10.000 dan hanya tiga kali klik saja! Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Marcella Kusuma
Marcella Kusuma
Bagikan artikel ini