
Dalam delapan dekade terakhir, semakin banyak negara “naik kelas” dari berkembang menjadi maju—sebuah indikasi pergeseran kekayaan dan pengaruh dari aliansi Barat menuju deretan negara ambisius, terutama di Asia. Pergeseran ini bukan hanya geopolitik; ia merembet ke cara modal mengalir, sektor apa yang tumbuh, hingga siapa yang memegang kendali investasi.
Pada saat yang sama, pergeseran besar juga terjadi lintas generasi. Estimasi Merrill Lynch mencatat hingga 2048 hampir US$124 triliun aset akan berpindah tangan dari generasi baby boomer, dengan sekitar separuhnya mengalir ke milenial dan Gen Z. Signifikansinya tidak semata-mata pada besarnya nilai warisan, tetapi pada kontras cara pandang kedua generasi ini dalam berinvestasi. Baby boomer menumpuk kekayaan melalui aset “klasik” seperti properti, lahan, komoditas, dan saham blue-chip. Sebaliknya, generasi penerus kian nyaman dengan tema pertumbuhan baru dari teknologi bersih, eksplorasi antariksa, serta aset crypto. Riset Bank of America Private Bank bahkan menunjukkan 72% investor milenial dan Gen Z menilai saham–obligasi tradisional saja tak lagi cukup untuk mengejar imbal hasil di atas rata-rata. Di sisi lain menurut State of Crypto, 51% dari Gen Z sudah memiliki aset crypto.
Dinamika ini sudah tercermin pada struktur pasar modal dunia. Komposisi bobot indeks saham global beralih dari dominasi minyak–gas menuju raksasa teknologi (Mag7), didorong ledakan permintaan terhadap kecerdasan buatan (AI). Menurut UBS, belanja modal untuk AI secara global menyentuh level US$423 miliar untuk tahun 2025 dan di tahun 2026 diproyeksikan naik menjadi US$571 miliar. Di sisi infrastruktur, pergeseran industri juga semakin kasat mata: jika pada 2022 belanja konstruksi perkantoran di Amerika masih sekitar tujuh kali lebih besar dari pembangunan data center, kini jaraknya kian menyempit dan data center berpotensi mengambil alih dalam 1 tahun kedepan. Bahkan, kontribusi investasi infrastruktur AI terhadap pertumbuhan PDB pada paruh pertama tahun ini hampir menyamai belanja konsumen,padahal secara historis belanja konsumen menjadi tulang punggung perekonomian Amerika Serikat.
“Setiap masa ada sektornya, setiap sektor ada masanya.” Rotasi sektor berjalan beriringan dengan rotasi kekayaan: dari baby boomer ke generasi pewaris yang kian akrab dengan aset crypto. Bersamaan dengan gesernya siklus ekonomi ke sektor kecerdasan buatan, lahirlah babak baru dalam strategi investasi, pola investasi yang baru, sektor juara pasar modal yang baru, serta definisi aset crypto yang baru—dengan kredibilitas yang kian diperkuat oleh kebijakan Amerika Serikat (GENIUS Act) yang mendorong pemanfaatannya dalam kerangka cadangan devisa negara.
Respon yang tepat atas semua sentimen ini? Pendekatan investasi yang agile, adaptif, pro-inovasi, namun tetap memperhatikan manajemen risiko. Oleh karena itu, Investor butuh platform yang cepat, aman, hemat biaya, kaya fitur, dan memberikan akses terhadap kelas dunia, yang saat ini sebagian besar hanya berada pada pasar saham Amerika Serikat. Dengan kriteria itu, berikut 5 aplikasi investasi terbaik—mulai dari Pluang hingga pemain global—lengkap dengan fitur unggulan dan catatan risikonya. Catatan: Alangkah baiknya jika kalian dapat menemukan aplikasi yang memberikan akses terhadap aset crypto dan sektor unggulan dunia (AI) secara bersamaan dalam satu aplikasi.
Pluang kian memantapkan posisinya sebagai salah satu aplikasi investasi terlengkap di Indonesia. Bertumpu pada ekosistem multi-aset yang luas dan basis lebih dari 12 juta pengguna, aplikasi ini menawarkan pengalaman investasi digital yang aman, berizin dan diawasi Bappebti dan OJK.
Lewat satu aplikasi, pengguna dapat mengakses 2.000+ produk investasi—mulai dari crypto, saham & ETF Amerika Serikat (AS), saham Indonesia (segera hadir), emas, reksa dana, hingga crypto futures dan options saham AS—dengan struktur biaya 0% untuk instan order, 0.10% untuk biaya maker dan 0.15% untuk biaya taker untuk transaksi crypto.
Dari sisi keamanan, untuk emas, saham AS, ETF, Yield USD dan Leverage seluruh transaksi dicatat dalam Jakarta Futures Exchange (JFX) dan dijamin oleh Kliring Berjangka Indonesia (KBI), untuk aset crypto dan crypto futures transaksi dicatat dalam Central Finansial X (CFX) dan dijamin oleh Kliring Komoditi Indonesia (KKI), terakhir untuk reksadana seluruh transaksi difasilitasi oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Meski berada dalam pengawasan regulator, produk saham AS, ETF, dan options tetap memiliki risiko: harga dapat berfluktuasi, nilai options bisa menyusut saat jatuh tempo, dan penggunaan leverage meningkatkan eksposur risiko.
Robinhood adalah perusahaan layanan finansial asal Amerika Serikat yang memungkinkan pengguna memperdagangkan instrumen seperti saham, ETF, opsi, futures, dan cryptocurrency, dengan fitur wallet crypto, layanan wealth management, hingga kartu kredit—meski lisensinya khusus untuk AS, Inggris, dan Uni Eropa, dan belum diawasi oleh OJK untuk pasar Indonesia.
Robinhood cocok untuk investor global yang ingin memanfaatkan kemudahan trading tanpa komisi, akses ke produk derivatif dan crypto canggih, serta inovasi seperti tokenized assets dan AI-powered tools.
Robinhood belum memiliki izin resmi dari OJK sebagai Pedagang Aset Keuangan Digital (PAKD). Artinya, transaksi melalui platform ini berpotensi menimbulkan masalah terkait kepatuhan pajak maupun perlindungan konsumen bila dilakukan oleh pengguna di Indonesia.
Binance adalah platform crypto global yang diawasi oleh regulator internasional, namun belum berada di bawah lisensi OJK. Platform ini dikenal atas ekosistemnya yang lengkap, meliputi spot trading, derivatif, staking, hingga NFT marketplace.
Platform ini cocok untuk investor yang mencari ekosistem crypto all-in-one.
Binance belum mengantongi izin PAKD dari OJK. Artinya, pengguna Indonesia berpotensi menghadapi kendala hukum dan pajak saat bertransaksi crypto di platform ini.
Bybit adalah platform exchange crypto global yang berbasis di Dubai yang diawasi oleh regulator internasional, namun belum berada di bawah lisensi OJK. Platform ini menawarkan akses aset crypto dan menjadi salah satu bursa derivatif yang menawarkan futures berjangka (perpetual contracts) dan leverage tinggi.
Platform ini cocok bagi trader yang membutuhkan opsi leverage tinggi dan fleksibilitas trading.
Risiko pasar cukup tinggi, terutama pada produk derivatif. Ditambah, absennya izin PAKD dari OJK membuat transaksi crypto di Bybit berpotensi menimbulkan persoalan pajak serta lemahnya perlindungan konsumen.
MotionTrade adalah platform online trading untuk akses perdagangan saham BEI berikut aksi korporasi rights issue (HMETD) dan instrumen warrants/waran terstruktur, tersedia di web dan aplikasi seluler.
Platform ini cocok untuk investor maupun trader yang menginginkan akses penuh ke saham BEI lewat antarmuka web & mobile.
Catatan Risiko
Meskipun PT MNC Sekuritas berizin dan diawasi regulator, investasi saham tetap berpotensi fluktuatif; rights dan waran terstruktur memiliki karakteristik dan risiko tersendiri. Investor disarankan memahami ketentuan, biaya, dan implikasi pajak sebelum bertransaksi.
Bagi pemula, berikut langkah paling praktis untuk memulai trading crypto:
Dengan pesatnya adopsi saham teknologi sampai dengan crypto di 2025, setiap aplikasi investasi memiliki nilai unik—mulai dari produk, fitur, hingga biaya. Investor harus membandingkan aspek tersebut dan memastikan aplikasi, terutama yang global, mematuhi regulasi lokal.
Sepanjang 2025, Pluang terlihat menonjol sebagai salah satu aplikasi investasi terdepan berkat akses ke 650+ Saham AS dan ETF, USD Yield hingga 3,88%, serta options dengan 650+ underlying—ditopang rating tinggi di Google Play Store (saat ini tercatat 4,8/5). Dari sisi keamanan, Pluang berizin dan diawasi OJK dan Bappebti.
Pemilihan aplikasi terbaik tergantung tujuan dan profil risiko investor. Manfaatkan materi edukasi sebelum mencoba fitur berisiko tinggi, perhatikan biaya dan pajak, serta pilih aplikasi yang sesuai strategi investasi.
Davion Arsinio
Davion Arsinio
Bagikan artikel ini