Saat ini 54% komponen dari Apple masih di bergantung dengan China, sehingga dengan adanya tariff dari Trump akan berdampak pada kenaikan harga barang. Kenaikan harga barang ini nantinya akan dibebankan kepada customer yang membeli produk Apple. Reuters memprediksi harga barang apple akan naik 30%-40%. Apple sedang menjalankan berbagai inisiatif untuk mengurangi dampak kenaikan biaya akibat tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain terhadap produk andalannya.
- iPhone 16 (standar)
Harga sekarang: $799 (Rp 9.5 juta) → Bisa naik ke $1.142 (Rp 19.7 juta)
- iPhone 16 Pro Max (1TB)
Harga sekarang: $1.599 (Rp27.6 juta) → Bisa naik ke $2.300 (Rp 39.8 juta)
- iPhone 16e (versi murah)
Harga sekarang: $599 (Rp10.4 juta) → Bisa naik ke $856 (Rp14.8 juta)
Kurs 1 dollar AS Future = 17.285 per Senin (7/4/2025).
Harga iPhone di Indonesia nantinya juga akan dikenakan berbagai biaya tambahan seperti bea masuk, PPN 11 persen, hingga biaya distribusi lokal, termasuk margin dari Apple Authorized Reseller. Kalau harga dasarnya saja sudah naik, maka seluruh komponen pajak dan margin reseller akan ikut naik juga, karena dihitung berdasarkan nilai barang.
Proyeksi kenaikan harga produk Apple | Sumber: Rosenlatt Securities
Apple memang telah bertahun-tahun berusaha mendiversifikasi fasilitas produksinya dari Cina ke negara-negara seperti Brasil, India, dan Vietnam. Namun, negara-negara tersebut juga menghadapi tarif impor yang tinggi, sehingga beban biaya tetap besar. Menurut Bloomberg, Apple sedang menjalankan berbagai strategi untuk meminimalkan dampak tarif ini, meskipun tidak ada solusi yang bisa sepenuhnya menghindari kenaikan harga.
Memindahkan seluruh produksi ke AS, misalnya, diperkirakan akan menggandakan harga produk Apple. Maka dari itu, dibanding melakukan relokasi total, Apple tampaknya memilih untuk menyerap sebagian dampak tarif dan menyesuaikan rantai pasoknya. Meski sudah ada pabrik chip TSMC di AS, kapasitas produksinya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan teknologi besar seperti Apple. Bahkan jika manufaktur dalam negeri ditingkatkan, prosesnya akan memakan waktu bertahun-tahun dan tetap bergantung pada bahan baku yang sebagian besar harus diimpor.
Untuk jangka pendek, Apple mungkin akan menurunkan margin keuntungannya yang saat ini rata-rata mencapai 45%, agar harga produk tidak langsung melonjak drastis. Perusahaan juga kemungkinan besar sedang menekan mitra manufaktur dan pemasok komponen untuk menurunkan harga mereka. Selain itu, Apple dikabarkan sedang menjajaki perubahan dalam rantai pasok globalnya, seperti mengirimkan produk langsung ke pasar non-AS untuk menghindari tarif yang dikenakan pada ekspor-impor AS.
Menurut analisis Reuters, Apple juga disebut-sebut tengah menimbun stok produk yang ada untuk menunda kenaikan harga. Jika benar, strategi ini bisa membuat harga produk populer seperti iPhone dan iPad tetap stabil hingga peluncuran model terbaru di paruh kedua 2025. Namun untuk produk-produk baru, seperti iPhone 17 Pro, harga diperkirakan bisa melambung hingga di atas $2.000 akibat tarif dan perang dagang.
Sampai dengan 7 April 2025, selama 3 hari kebelakang saham Apple sudah turun 19% atau kehilangan US$638 miliar nilai kapitalisasi pasar.
Menurut konsensus Bloomberg, estimated intrinsic value dari saham Apple berada di level US$244.81 atau dengan upside potential sebesar 34.9% dari harga closing price pada 7 April 2025 di level US$181.46.
Transaksi Saham Apple di Sini!
Beli Call / Put Option Apple di Sini!
Download aplikasi Pluang untuk investasi di 1000+ pilihan aset yang mencakup Saham AS & ETF, Options Trading untuk Saham AS & ETF, Aset Crypto, Crypto Futures, Emas, dan juga puluhan produk Reksa Dana, semua mulai dari Rp10.000 saja! Di Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena Pluang sudah bekerja sama dengan mitra-mitra tepercaya yang memiliki izin dan diawasi oleh lembaga pemerintah terkait. Yuk, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Marcella Kusuma
Marcella Kusuma
Bagikan artikel ini