Dalam artikel sebelumnya, Sobat Cuan mengetahui bahwa jaringan Cardano diciptakan berdasarkan kajian sains dan akademis yang cukup kompleks. Namun, seperti apa sih cara kerja teknologi Cardano? Dan bagaimana perkembangannya ke depan? Simak selengkapnya di artikel ini!
Cardano didirikan berbasis data-data dan kajian akademis yang teliti. Makanya, sang pengembang pun tak main-main dalam membangun arsitektur jaringan Cardano.
Salah satu keseriusan tersebut bisa Sobat Cuan perhatikan di struktur jaringan utama blockchain Cardano.
Blockchain lain boleh saja memiliki satu jaringan utama. Namun, Cardano justru memanfaatkan dua lapisan jaringan utama di dalamnya, yakni Cardano Settlement Layer (CSL) dan Cardano Computation Layer (CCL).
Melalui dua jaringan tersebut, Cardano ingin menghindari masalah macetnya proses transaksi yang kerap berujung pada kenaikan biaya transaksi, seperti dialami jaringan lainnya. Dengan kata lain, hadirnya perbedaan antara jaringan khusus transaksi dan komputasi di dalam tubuh Cardano memungkinkan jaringan tetap bisa menjalankan fungsi tata kelolanya tanpa mengganggu jalannya transaksi.
Di samping itu, Cardano juga punya beberapa jaringan ekstra (sidechains) yang berfungsi sebagai jembatan komunikasi antar kedua lapisan.
Arsitektur jaringan seperti demikian memudahkan Cardano melaksanakan soft fork ketimbang jaringan lainnya. Di jaringan Ethereum, misalnya, implementasi soft fork terbilang sukar lantaran tidak ada perbedaan mencolok antar lapisan-lapisan jaringannya.
Lantas, seperti apa penjelasan detail masing-masing lapisan jaringan tersebut?
CSL adalah lapisan jaringan yang bertindak sebagai lokasi di mana pemilik token bisa menerima dan mengirim ADA dengan biaya transaksi minim. Proses pencatatan transaksinya mirip seperti sistem digital buku besar (ledger) akuntansi, layaknya Bitcoin, namun dilengkapi dengan fungsi-fungsi khas jaringan Cardano.
CCL merupakan sekumpulan protokol yang menjalankan fungsi smart contract, memastikan aspek keamanan jaringan, dan memungkinkan operasi fitur penting lainnya di jaringan. Sehingga, bisa dibilang bahwa CCL adalah tulang punggung utama jaringan Cardano.
Di samping itu, algoritma konsensus Proof-of-Stake khas Cardano yang bernama Ouroboros pun terletak di jaringan CCL.
Menariknya, Ouroboros menggunakan ilmu matematika untuk menyokong aspek keamanannya. Fakta unik lainnya, seluruh aktivitas yang memanfaatkan algoritma konsensus ini wajib ditinjau oleh para pakar Cardano.
Mekanisme konsensus Ouroboros juga berbeda dibanding jaringan lain yang memanfaatkan sistem serupa. Sekadar informasi, algoritma konsensus Ouroboros dianggap "aman" jika 51% dari total "pemegang suaranya" dikendalikan oleh entitas yang bertanggung jawab. Syarat ini lebih rendah dibanding protokol Proof-of-Stake lain yang mematok angka 67%.
Lebih lanjut, proses validasi blok transaksi di Ouroboros menggunakan sistem finalisasi berdasarkan probabilitas.
Sistem ini justru mirip seperti algoritma konsensus Proof-of-Work mengingat mayoritas jaringan berbasis Proof-of-Stake selalu menggunakan sistem finalisasi berbasis suara absolut.
Namun, ciri khas ini membuat validasi transaksi di jaringan Cardano terbilang lebih efisien dibanding jaringan lainnya. Sebab, Ouroboros hanya membutuhkan sebagian kecil pemegang token ADA yang sedang online untuk memvalidasi transaksi untuk mewakili seluruh validator resmi.
Hal ini bisa terjadi lantaran Ouroboros memungkinkan masing-masing pemilik token ADA untuk menunjuk beberapa perwakilannya demi memvalidasi satu aktivitas transaksi. Imbasnya, penciptaan blok transaksi baru menjadi lancar meski beberapa validator sedang offline.
Bahkan, nantinya konsensus Ouroboros bisa melakukan validasi transaksi dengan durasi kilat melalui sebuah pembaruan konsensus bernama Hydra.
Protokol Ouroboros membagi waktu transaksi berdasarkan satuan bernama Epochs. Kemudian, masing-masing Epochs akan "dicincang" kembali menjadi satuan lebih kecil bernama Slots.
Dalam Cardano, satu blok transaksi diharapkan bisa tercipta dalam kurun satu Slot atau setara dengan 20 detik. Untuk memimpin jalannya transaksi, jaringan akan memilih pemimpin Slot (Slot Leaders), yang kesempatan untuk dipilihnya didasarkan atas jumlah koin ADA yang mereka miliki
Agar proses pemilihan Slot Leaders lepas dari unsur kecurangan, jaringan Cardano mengimplementasikan sistem pemilihan acak, mirip seperti sistem "hompimpa" dengan melempar koin. Setelah terpilih, setiap Slot Leaders nantinya hanya akan berhak memverifikasi satu blok transaksi saja.
Haskell adalah bahasa pemrograman dengan derajat toleransi kesalahan tinggi yang digunakan di jaringan Cardano. Bahasa pemrograman ini memang jarang digunakan di industri blockchain, namun cukup marak digunakan oleh kalangan akademisi.
Haskell juga memungkinkan terjadinya verifikasi menggunakan ilmu matematika. Sehingga, tak heran ia digadang sebagai salah satu bahasa pemrograman yang paling aman dengan mekanisme verifikasi yang cukup kokoh.
Oleh karenanya, bahasa pemrograman Haskell diharapkan bisa memperkuat aspek keamanan dan infrastruktur aplikasi terdesentralisasi, yang kadang berisikan aset kripto senilai miliaran Dolar AS, di atas jaringan Cardano.
Cardano adalah sebuah jaringan yang diharapkan bisa terus berevolusi ke depan. Oleh karenanya, ia pun membagi tahapan perkembangannya menjadi lima fase, di mana setiap fasenya berfokus pada pemasangan fungsi spesifik di jaringan Cardano.
Uniknya, nama setiap masing-masing fase tersebut terinspirasi dari nama-nama ahli ilmu pengetahuan yang punya sumbangsih besar ke bidangnya masing-masing.
Lantas, seperti apa penjelasan lengkap masing-masing tahapan pengembangan Cardano?
Tahapan Byron diambil dari nama Lord Byron, ayah dari ahli matematika Ada Lovelace. Seperti dijelaskan di artikel sebelumnya, Ada Lovelace merupakan inspirasi dari nama token asli Cardano bernama ADA.
Dalam fase ini, Cardano berfokus menciptakan arsitektur jaringan dan mengujicobakan fungsi-fungsi dasar Cardano agar jaringan bisa berjalan dengan lancar.
Selain itu, di tahapan Byron, Cardano juga melancarkan upaya untuk menggaet komunitasnya sendiri. Oleh karenanya, tak heran jika tahapan Byron dimulai September 2017, bertepatan dengan peluncuran versi pertama Cardano.
Di tahapan ini, Cardano sudah memungkinkan penggunanya untuk menjual dan membeli ADA di sekumpulan jaringan yang ditenagai algoritma konsensus Ouroboros. Di fase yang sama, Cardano juga meluncurkan dompet digital Daedalus dan Yoroi, yang masing-masing diluncurkan oleh IOHK dan Emurgo.
Sepanjang tahapan Byron, Cardano juga melakukan listing ADA di platform exchange kripto. Setelah seluruh kegiatan itu rampung, fase Byron pun selesai di 2020 dan Cardano kemudian resmi memasuki fase Shelley.
Fase Shelley adalah tahapan di mana Cardano meluncurkan jaringan utamanya dan memulai upaya desentralisasi di dalamnya. Dengan jumlah pengguna yang lebih banyak ketimbang era Byron, fase Shelley diharapkan bisa meningkatkan aspek keamanan dan performa jaringan Cardano.
Nama Shelley sendiri diambil dari penulis buku bergenre horor Frankenstein, Mary Shelley. Pemilihan nama ini cukup unik lantaran mencerminkan ambisi Cardano untuk menciptakan jaringan yang beroperasi secara otonom, mirip seperti makhluk rekayasa Frankenstein.
Cardano memulai fase Shelley pada 29 Juli 2020 lalu yang ditandai dengan aktivasi algoritma konsensus Proof-of-Stake dan penawaran program staking ke penggunanya.
Di dalam tahapan ini, Cardano juga memungkinkan pemilik ADA untuk mendelegasikan tugasnya sebagai validator ke pengguna lainnya.
Jaringan juga membuat sistem baru di mana semua pemilik ADA bisa menciptakan "kolam dana ADA". Mereka bisa menggunakan ADA yang berasal dari "kolam" tersebut untuk membayar imbalan bagi pihak-pihak yang mewakili mereka dalam proses validasi transaksi.
Fase Goguen adalah tahapan di mana Cardano mulai menginstalasi teknologi smart contract di dalamnya agar komunitas kripto bisa mengembangkan aplikasi terdesentralisasi di atas jaringan Cardano. Hal ini diharapkan dapat menambah nilai guna Cardano selain sebagai jaringan blockchain biasa semata.
Dalam tahapan ini, Cardano juga memungkinkan interoperabilitas smart contract miliknya dengan smart contract milik jaringan lain meski keduanya memiliki bahasa pemrograman berbeda.
Fase Goguen, yang namanya diambil dari ahli komputer AS Joseph Goguen, dimulai pada September 2021 lalu.
Di dalam fase ini, Cardano berniat mengoptimalisasi skala jaringan agar protokol Cardano bisa mudah berinteraksi dengan jaringan lainnya.
Untuk menuju hal tersebut, Cardano akan melancarkan dua aksi penting selama tahapan yang namanya terinspirasi dari penyair Jepang Matsuo Bashõ tersebut.
Pertama, Cardano akan memperkenalkan jaringan ekstra (sidechains) bernama Hydra 2 yang bisa digunakan untuk "memecah-mecah" transaksi demi mengurangi kepadatan lalu lintas transaksi tanpa perlu mengorbankan aspek keamanan jaringan.
Kedua, Cardano akan meluncurkan standar pencatatan transaksi baru yang sesuai dengan standar saat ini, yakni UTXO, demi memudahkan aspek interoperabilitasnya.
Melalui fase Voltaire, Cardano ingin memperkenalkan sistem pemungutan suara yang lebih transparan dan adil, di mana setiap pemilik token benar-benar punya hak untuk menentukan masa depan jaringan Cardano.
Jika tahapan ini selesai, maka Cardano dianggap sudah memiliki sifat desentralisasi penuh. Sehingga, IOHK pun tak akan ragu menyerahkan kepemilikan jaringan Cardano ke komunitasnya.
Fakta uniknya, nama Voltaire diambil dari penulis Perancis abad 17 yang kala itu getol menyuarakan kebebasan hak sipil dan kerap disebut sebagai salah satu pionir utama Revolusi Perancis. Semangat Voltaire tersebut dianggap senada dengan tujuan Cardano di tahapan pengembangan akhir ini.
Komponen Cardano yang berbasiskan ilmu pengetahuan tersebut terdengar kompleks ya, Sobat Cuan.
Kendati demikian, Cardano ternyata tidak lelah untuk terus berinovasi. Berikut adalah contoh inovasi yang tengah dikembangkan Cardano untuk menopang keandalan jaringan di masa depan!
Secara kasat mata, Cardano dan Ethereum memiliki tujuan dan keinginan sama, yakni menjadi pemimpin platform smart contract sejagat. Namun, masing-masing platform tetap punya masalah tersendiri.
Di satu sisi, Ethereum memiliki masalah skalabilitas transaksi, sebuah momok yang selama ini ditakutkan punggawa Cardano Charles Hoskinson.
Untungnya, masalah tersebut bakal terpecahkan setelah Ethereum mengimplementasikan algoritma konsensus Proof-of-Stake di pembaruan jaringan teranyarnya. Bahkan, dengan ukuran ekosistem yang besar, Ethereum digadang bisa memiliki skalabilitas dan aspek keamanan yang lebih mantap ketimbang Cardano.
Sementara, di sisi lain, karakteristik Cardano yang mengedepankan riset dan tinjauan akademis membuat proses pengembangannya jadi lama. Ujungnya, ia pun kewalahan menyalip dominasi Ethereum dalam jangka waktu dekat.
Intinya, Ethereum dan Cardano punya keunggulannya masing-masing. Namun, agar Sobat Cuan mampu melihat perbedaan di antara keduanya, berikut ringkasan distingsi antara Ethereum dan Cardano!
Terdapat beberapa aplikasi menarik yang dibangun di atas jaringan Cardano, berikut contohnya!
SundaeSwap adalah platform exchange terdesentralisasi pertama yang meluncur di atas jaringan Cardano. Melalui platform ini, pengguna di ekosistem Cardano bisa melakukan tukar-menukar token dan mendapatkan likuiditas.
Platform ini memperkenalkan model distribusi token yang unik bernama Initial Stake Pool Offering (ISO atau ISPO), yang mirip seperti kombinasi antara airdrop dan penawaran umum koin perdana (ICO).
MELD adalah platform pinjam-meminjam aset kripto. Dengan kata lain, platform ini memungkinkan penggunanya untuk mengakses pendanaan dan "menabung" di jaringan Cardano.
Pada November 2021, MELD mengumumkan telah menggaet pendanaan baru sebesar US$1 miliar dalam bentuk ADA yang dijadikan bagian dari ISPO.
OccamFi adalah launchpad perdana di jaringan Cardano. Melalui platform ini, penggunanya bisa berinvestasi di token-token tertentu sebelum mereka benar-benar dilempar ke pasaran.
CNFT merupakan lokapasar Non-Fungible Token (NFT) terbesar di jaringan Cardano. Namun, CNFT nantinya akan memiliki "teman" lokapasar lainnya bernama Fiborite, sebuah platform NFT besutan Emurgo.
Pavia adalah proyek Metaverse pertama di jaringan Cardano. Meski memang tahap pengembangannya baru seumur jagung, namun fans berat metaverse sudah ngebet ingin membeli lahan di dalamnya. Bahkan, beberapa di antaranya rela merogoh kocek hingga 60.000 keping ADA untuk membeli satu kavling tanah di Pavia!
Bagikan artikel ini