Amortisasi adalah suatu konsep yang penting dalam dunia keuangan dan akuntansi. Namun, apa manfaat dan bagaimana cara menghitungnya? Simak di sini!
Amortisasi adalah teknik dalam akuntansi yang digunakan untuk mengurangi nilai utang atau nilai aset tak berwujud (intangible asset) dalam periode waktu yang ditentukan sesuai dengan jangka waktu penggunaannya. Adapun contoh intangible asset dalam hal ini adalah benda-benda yang secara kasat mata tidak memiliki bentuk fisik tapi memiliki nilai, seperti hak paten, hak merek, atau perjanjian waralaba.
Pada dasarnya, amortisasi memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan biaya aset tak berwujud atau pembayaran utang dalam periode waktu yang lebih panjang. Ini mencerminkan pemahaman bahwa nilai aset atau utang tersebut akan berkurang seiring berjalannya waktu atau penggunaannya.
Nah, dengan demikian, penerapan amortisasi memiliki konsep yang mirip dengan depresiasi aset. Sehingga, pencatatan akunnya di dalam akuntansi pun sama seperti depresiasi, yakni dianggap sebagai komponen beban.
Amortisasi memiliki beberapa manfaat penting dalam konteks akuntansi dan keuangan perusahaan, antara lain:
Amortisasi memungkinkan perusahaan untuk mencatat secara akurat pengurangan nilai aset tetap seiring waktu.
Dalam laporan keuangan, pengurangan nilai ini tercermin dalam bentuk amortisasi sebagai beban yang dialokasikan secara proporsional selama masa manfaat aset. Dengan mengakui pengurangan nilai ini, perusahaan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang nilai asetnya dari waktu ke waktu.
Amortisasi memungkinkan perusahaan untuk mencerminkan pemakaian aset tetap dalam kegiatan operasionalnya.
Dengan mengalokasikan biaya aset selama masa manfaatnya, perusahaan dapat menggambarkan sejauh mana aset tersebut digunakan dan memberikan manfaat ekonomi. Hal ini membantu manajemen dalam memahami efisiensi penggunaan aset dan pengambilan keputusan terkait penggantian atau perbaikan aset.
Amortisasi memungkinkan perusahaan untuk mencatat biaya aset tetap secara proporsional selama masa manfaatnya, bukan sebagai biaya yang dialami secara seketika saat pembelian.
Dengan demikian, beban yang terkait dengan aset tetap dapat didistribusikan secara adil dalam laporan keuangan selama periode waktu yang relevan.
Amortisasi membantu perusahaan dalam merencanakan dan mengelola keuangan dengan lebih baik. Dengan mengetahui jumlah amortisasi yang harus dibayarkan setiap periode, perusahaan dapat memperkirakan arus kas yang akan terjadi dan mengatur anggaran dengan lebih efektif.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola kewajiban keuangan secara teratur dan menghindari kejutan keuangan yang tidak diharapkan.
Baca Juga: Akuntansi Akrual
Pada umumnya, amortisasi adalah perhitungan berbasis metode garis lurus. Namun, khusus untuk perhitungan pajak, metode perhitungan amortisasi terbagi dua yang tercantum di UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Apa saja kedua metode tersebut?
Metode garis lurus adalah metode amortisasi yang paling sederhana. Dalam metode ini, jumlah beban amortisasi setiap periode terbilang sama sepanjang masa manfaat aset tetap tersebut.
Berikut adalah cara menghitung amortisasi dengan metode garis lurus!
Amortisasi Tahunan = (Nilai Awal Aset - Nilai Sisa) / Masa Manfaat
Adapun keterangan masing-masing variabel di dalam formulasi di atas adalah sebagai berikut:
Contoh:
Anggap saja Sobat Cuan memiliki hak paten senilai Rp100.000.000 dengan perkiraan nilai sisa Rp20.000.000 setelah lima tahun. Maka, nilai amortisasi benda tersebut menggunakan metode garis lurus adalah:
Amortisasi Tahunan = (Rp100.000.000 - Rp20.000.000) / 5 = Rp16.000.000 per tahun.
Jadi, dengan menggunakan metode garis lurus, maka Sobat Cuan akan menanggung beban amortisasi sebesar Rp16 juta per tahun selama lima tahun.
Metode saldo menurun adalah metode perhitungan amortisasi berdasarkan saldo nilai asetnya setiap tahun.
Dengan metode ini, Sobat Cuan biasanya akan menanggung beban amortisasi lebih besar di awal dan semakin menyusut di periode-periode berikutnya. Hal ini lantaran perhitungan saldo nilai aset yang menjadi subjek amortisasi di periode berikutnya (t+1) akan lebih kecil di tahun ini (t) karena sudah disesuaikan dengan amortisasi yang terjadi di periode sebelumnya.
Adapun formulasi perhitungan amortisasi menggunakan metode saldo menurun adalah sebagai berikut:
Amortisasi Tahunan = Saldo Awal x Persentase Amortisasi
Sementara itu, penjelasan mengenai masing-masing variabel formulasi tersebut adalah sebagai berikut:
Contoh:
Misalkan Sobat Cuan memiliki hak paten dengan harga beli Rp100.000.000 dan masa manfaat empat tahun. Dalam hal ini, hal pertama yang perlu diketahui sebelum menghitung beban amortisasi yang kamu tanggung adalah mengetahui persentase amortisasi, yakni:
Persentase Amortisasi = (2/4) x 100 = 50%
Nah, setelahnya, kamu tinggal menghitung beban amortisasi per tahunnya.
Tahun 1: Amortisasi Tahunan = Rp100.000.000 x 50% = Rp50.000.000
Tahun 2: Amortisasi Tahunan = (Rp100.000.000 - Rp50.000.000) x 50% = Rp25.000.000
Kemudian, Sobat Cuan dapat mengulangi formulasi tersebut untuk menghitung amortisasi per tahun hingga tahun keempat.
Penting untuk dicatat bahwa ini hanya contoh sederhana dan cara menghitung amortisasi dapat berbeda tergantung pada aset, metode yang digunakan, dan kebijakan akuntansi perusahaan.
Perbedaan antara amortisasi dan depresiasi terletak pada jenis aset yang diakui dan metode yang digunakan.
Amortisasi diterapkan pada aset tetap tak berwujud dan mengacu pada alokasi biaya aset tersebut. Sementara itu, depresiasi diterapkan pada aset tetap berwujud dan mengacu pada pengurangan nilai aset tersebut.
Berikut perbedaannya yang lebih detail:
Amortisasi
Depresiasi:
Baca Juga: Neraca Keuangan
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi Saham AS, indeks saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini